01 [REVISI]

4.7K 67 1
                                    

Siang ini cuaca begitu panas, terik matahari tepat di atas kepala.
Seorang gadis menggunakan kemeja putih dan rok span hitam terlihat sedang duduk di bawah sebuah pohon pinggir jalan, ia mengusap keringat di darinya menggunakan lengan tangannya, lalu meminum air yang ia bawa di dalam tasnya.
Di pangkuannya ada sebuah amplop berwarna coklat sepertinya lamaran kerja.

"Huft,. Harus cari kerja kemana lagi ya, ternyata lulusan menengah sangat sulit cari kerja" ia menunduk terlihat sekali raut wajahnya yang sedih.

Hampir seminggu ia mencari kerja kesana kemari, tapi tak kunjung mendapatkan pekerjaan sedangkan adiknya sedang terbaring koma di rumah sakit.
Seminggu yang lalu adiknya kecelakaan bersama kakak dan ibunya, adiknya satu satunya yang selamat dari kecelakaan itu, tapi dia harus menjalani operasi secepatnya karena pendarahan di otaknya akibat kecelakaan itu, biaya operasi membutuhkan uang 40juta. ia tahu uang sebanyak itu tak mungkin bisa dia dapatkan dalam waktu satu malam.

Ia menunduk cairan bening keluar dari pelupuk matanya, saat ini dia benar-benar bingung harus mencari uang kemana untuk biaya operasi adiknya.

Seseorang tiba-tiba menyentuh pundaknya, membuatnya mendongak ke atas untuk melihat pria yang menggunakan sepatu pantofel wewah itu.

"Boleh duduk disini?" ucap pria yang berdiri di samping menatapnya sambil tersenyum menunggu persetujuan gadis itu.

Dia hanya mengangguk, lalu menggeser duduknya.

"Sedang apa?" tanya pria itu lagi

"Hmm" sambil menoleh

"Sedang apa?" tanyanya lagi pada gadis di sampingnya itu.

"Hanya duduk" jawabnya singkat lalu kembali menatap ke depan.

Pria itu tertawa "aku tahu kamu sedang duduk, maksudku apa yang kamu lakukan di siang yang panas ini?"

Gadis itu menoleh sambil tersenyum "oh, aku sedang mencari pekerjaan, tapi sepertinya sulit di kota sebesar ini"

"Boleh lihat cv mu?" tanyanya sambil menunjuk amplop coklat yang ada di pangkuan gadis itu.

"Silahkan" ia lalu memberikan amplop pada pria itu, lalu pria itu membuka amplop tersebut.

"Citra kirana" ucapnya, masih sambil membolak balik kertas tersebut "hanya lulusan SMP, sayang sekali sulit mencari kerja di kota ini jika hanya lulusan SMP " ia memberikan amplop itu lagi pada gadis tersebut.

"Saya tahu, itulah sebabnya saya duduk sambil merenung disini" ia menerima amplop tersebut dengan sedikit senyum yang terpaksa.

pria itu tertawa mendengar jawaban gadis tersebut, pintar juga rupanya gadis ini menjawab ucapannya. ''Di tempat saya ada lowongan pekerjaan, mungkin saya bisa membantu kamu, ini kartu nama saya" ia memberikan sebuah kartu nama pada gadis itu, lalu sebuah mobil putih berhenti di depan mereka.

"Jemputan saya sudah datang, saya pergi dulu"

"Terimakasih"

Pria itu berdiri lalu masuk ke dalam mobil tersebut, ia hanya memandangi mobil tersebut lalu membaca kartu nama itu Erick Abraham.

.

Malam ini seorang pria masuk kedalam bar langganannya, bar itu milik seorang sahabatnya hampir setiap malam ia datang ke bar ini untuk minum lalu mencari wanita yang akan di bawa ke apartemennya.
Itu adalah kebiasaannya setiap hari, ia duduk di sebuah tempat meja yang kosong, lalu melambaikan tangan memanggil waiters untuk memesan minuman.

Seorang wanita seksi dengan pakaian ketat dan terbuka menghampirinya.
"Sepertinya tuan butuh teman" ia menyentuh wajah pria itu lalu duduk di pangkuannya dengan menggoda

"Mungkin kau mau menemaniku?" ia lalu memeluk pinggang wanita yang ada di pangkuannya itu.

"Dengan senang hati tuan" ia tersenyum menggoda lalu mencium pria tersebuta, dengan senang hati pria itu membalas ciumannya.

"Zein"

Ia menghentikan aktivitasnya dan menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Johan" johan adalah dokter spesialis sekaligus sahabatnya selain Erick, johan lalu berjalan ke arah Zein.

"Tumben kamu kesini?" ia heran, pasalnya Johan sangat jarang sekali datang ke bar, dan sekarang tiba tiba dia datang kesini.
Johan lalu duduk di depan Zein.

"Di undang sama Erick" jawabnya singkat

"Pantes"

Seorang pelayan datang membawa minuman dan menuangkannya ke gelas untuk di berikan kepada Zein dan Johan.

"Kamu masih gak pernah berubah ya?" johan mengucap tanpa menatap zein.

"Maksud kamu?"

Johan hanya melirik wanita di samping Zein yang masih di peluknya,
Zein menoleh "sayang bisa tinggalkan kami" Zein berbisik pada wanita tersebut, wanita itu lalu berdiri dan mencium bibir Zein sekilas sebelum berlalu pergi.

"Ada apa"

"Jadi tiap hari kamu masih suka datang mencari jalang ke tempat ini?"

"Bukan urusan loe joe" Zein berkata dengan tenang

"Memang ini bukan urusanku, tapi apa kamu gak takut terkena penyakit karena ulahmu yang  setiap hari ganti wanita?"

Zein tersenyum miring "buktinya aku masih sangat sehat hingga detik ini"

"Detik ini?" johat berkata dengan penuh penekanan "hanya detik ini zein, kamu gak akan tau kedepannya seperti apa, mereka sudah berhubungan dengan banyak pria tidak akan tidak mungkin mereka tidak menularkan penyakit kepadamu"

"Lalu aku harus apa?" zein masih berkata dengan tenang tanpa menoleh kepada johan

"Kenapa kamu tidak menikah saja?" ucanya membuat zein seketika tertawa

"Hahaha apa kamu sedang bercanda Johan?" Zein tertawa dengan begitu keras, ucapan johan terdengar lucu di telinganya. Bagaimana bisa dia memintanya untuk menikah sedangkan dia tidak suka terikat dengan wanita manapun.

"Apa salahnya, bukankah itu lebih baik, itu lebih aman kamu juga bisa melakukan 'itu' kapanpun kamu mau kan" Johan heran dengan sahabatnya yang satu ini bagaimana bisa menikah terdengan begitu lucu baginya.

"Baiklah aku mau menikah jika itu dengan gadis perawan" Zein masih tidak mau berhenti tertawa

"Hay bro" erick datang dan menghampiri mereka "lagi ngobrolin apa sih, sepertinya seru" Erick tiba -tiba datang menghentikan johan yang hendak membuka mulutnya. erick lalu duduk bergabung bersama mereka.

"Tiba-tiba Johan menyuruhku menikah, apa menurutmu itu tidak lucu" Zein masih tak mau berhenti tertawa.

Erick ikut tertawa "serius?" tanya erick menoleh pada johan yang duduk di sampingnya

"Apa salahnya dengan menikah, bukankah itu lebih baik daripada kamu bergonta ganti wanita yang tidak jelas" Johan mulai terlihat emosi dengan sahabatnya ini, bagaimana bisa mereka menganggap pernikahan sebuah lelucon seperti ini.

"Jadi maksud kamu wanita di tempatku tidak jelas seperti itu tuan Johan" Erick menatap Johan dengan tajam ia sedikit tersinggung dengan ucapan sahabatnya itu.

"Bukannya begitu, tapi kan para wanita disini pasti sudah berhubungan dengan banyak pria tidak ada jaminan bagi mereka untuk tidak menularkan penyakit, lagian apa salahnya sih menikah, kamu juga butuh keturunan sebagai penerus perusahaan mu kan"
Erick seketika diam, benar apa yang di katakan Johan dia pun tak ingin melihat sahabatnya yang seperti ini terus bagaimanapun ini tidak akan baik untuk Zein.

"Baiklah aku akan menikah jika itu dengan gadis perawan" Zein berkata asal, baginya ucapan Johan masih terdengar aneh tentang menikah, tapi tak ada salahnya tentang keturunan.
Bagaimanapun Johan benar ia butuh keturunan untuk sebagai penerus perusahaannya..

Tiba tiba ponsel erick berbunyi, ia membaca pesan itu dan tersenyum
"Sepertinya aku tau wanita yang cocok dengan Zein"

"Benarkah?"johan bingung dengan apa yang di katakan erick, sedangkan erick hanya tersenyum dan memandang mereka berdua bergantian..




Gadis 40Juta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang