KIRANA POV
Aku masih ingat jelas hari itu, hari dimana aku merasa hidupku hancur, hari dimana seolah lebih baik mati. Ketika kehormatan ku direnggut secara paksa oleh dua orang bajingan yang tak ku kenal. Tapi bukan itu yang membuatku lebih sakit, tapi keluargaku, teman temanku dan fakta bahwa orang di sekitarku tak ada yang mendukungku untuk mengembalikan semangat hidupku. Di saat seperti itu, bukankah bagimu lebih baik mati? Ah, tapi lagi-lagi takdir seolah tak berpihak padaku, seorang gadis menarik tanganku di tengah derasnya hujan, di saat tubuh ini sudah siap melayang terjun kebawah dari jembatan.
Kupikir sudah usai, nyatanya takdir seolah tak berhenti mempermainkan ku, setelah ibu dan kakakku meninggal dalam kecelakaan, aku masih harus menelan pahitnya kenyataan. Adikku koma di rumah sakit karena pendarahan di otaknya, dan dia harus segera di operasi.
Butuh uang empat puluh juta untuk biaya operasinya, nilai yang cukup besar bagiku, bagaimana pula caraku mendapatkan uang sebanyak itu. Di saat aku hampir menyerah, saat itu pula secerah harapan datang padaku.
Seseorang datang dan menawarkan bantuan, tentu tidak gratis, ada sebuah kesepakatan yang harus aku sepakati, pernikahan kontrak.
Awalnya aku pikir kata itu hanya ada dalam sebuah novel online yang biasa aku baca, ternyata tidak. Aku ingin menolak, bagiku pernikahan bukan mainan, pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Namun fakta bahwa adikku sedang terbaring tak berdaya di rumah sakit membuatku mengurungkan niatku.
Aku pikir kami akan menjalani pernikahan seperti biasanya, namun nyatanya tidak, fakta bahwa aku membohonginya dan mengatakan bahwa aku masih perawan meskipun nyatanya tidak, cukup membuatnya murka. Sejak itu sikapnya sangat dingin padaku, ia hanya akan datang kepadaku untuk meminta haknya setelahnya ia akan pergi begitu saja meninggalkanku sendirian di kamar. Ha,ha,ha pasti kalian berfikir aku sudah seperti jalang bukan, sama aku juga berfikir demikian.
Kata orang cinta ada karena terbiasa akupun berfikir demikian waktu itu, saat aku hamil dan dia mengantarkan aku untuk periksa kandungan ke dokter, aku masih ingat senyumnya kala melihat janin di dalam perutku dari layar kaca monitor USG, senyum tipis yang tak pernah ia perlihatkan padaku, senyum yang mampu meluluhkan hati wanita yang memandangnya. Tak aku pungkiri sejak saat itu aku telah jatuh hati padanya. Aku berharap bahwa bayi yang ada di dalam perutku mampu meluluhkan hatinya yang keras bagaikan batu.
Aku juga masih ingat saat untuk pertama kalinya ia mengajakku makan di luar, menanyakan padaku makanan apa yang ingin ku makan, dan aku juga masih ingat, kala tangannya yang lembut menggandeng tanganku, cukup untuk membuat hatiku merasa menghangat kala itu. Hingga sosok itu muncul di depan mataku, sosok orang yang sangat aku benci, bahkan aku ingin membunuhnya jika aku melihatnya di depan mataku.
Pria bajingan itu berjalan sambil merangkul pinggang seorang wanita seksi, seketika mataku memanas memandangnya, otakku mendidih dan seketika aku menjadi gelap, lupa jika saat ini aku sedang bersama dengan Zein, aku berlari ke arah pria bajingan itu dan langsung memukulnya. Tentu saja tidak kan ku menarik perhatian seluruh pengunjung mall, tapi aku tak peduli bayang-bayang itu membuatku sakit, dan bayangan tawanya seusai ia menggagahiku dulu membuatku murka, aku ingin membunuhnya detik itu.
Hingga tanganku di tarik paksa oleh suamiku, mampu membuatku sedikit merasa takut dan tersadar jika aku sedang bersama Zein sekarang, ah, pasti dia akan murka setelah ini. Benar saja ia menarik ku dengan paksa, meninggalkan tempat itu, aku masih ingat sedetik kala aku menoleh kepada pria bajingan itu, dan dia sedang tersenyum menyeringai penuh kemenangan.
Sejak itu sikapnya berubah, kembali seperti semula, dingin bagaikan es dan keras bagaikan batu. Oke, aku kalah aku tak mungkin lagi mampu menggapai nya, tapi itu tak akan membuat cintaku memudar padanya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan mencintainya seorang meskipun aku tau cintaku tak mungkin terbalas, tapi aku tidak akan menyerah aku akan mencintainya dalam diam. Kecuali jika nanti dia telah menemukan wanita yang di cintai dan mencintainya maka detik itu aku akan menyerah.
Saat aku melahirkan pun, Zein tak ada di samping ku, hanya kak Bianca yang setia mendampingiku hingga aku keluar dari rumah sakit.
Kak Bianca juga menyampaikan bawa Zein akan tetap menceraikan aku, tapi ia memintaku untuk tenang karena dia mengatakan kepada Zein agar tak menceraikan aku hingga usia anakku enam bulan, dengan alasan anakku masih membutuhkan ASI eksklusif dariku. Tentu aku bahagia sekali saat itu, aku tak tau lagi bagaimana caraku untuk membalasnya. Selama aku disini dia telah banyak sekali membantuku, aku berjanji suatu saat aku akan membalas semua kebaikannya padaku.Aku masih ingat malam itu, ketika Zein datang ke kamarku dengan menyerahkan amplop coklat berisi berkas perceraian, seketika duniaku berhenti detik itu, aku pikir ia sudah berubah pikiran nyatanya tidak. Aku harus merelakan pernikahan sekali seumur hidup yang aku dambakan dan yang lebih membuatku sakit adalah aku harus merelakan bahwa hak asuh putriku jatuh kepada suamiku. Yah, itu adalah kesepakatan kita dari awal, dan aku tak punya kuasa menolaknya
PLAK....!!!! Satu tamparan keras mendarat mulus di pipiku
"gue udah bilang jauhi adek gue!" di susul dengan suara keras dari orang yang berdiri di depanku.
Aku menyentuh ujung bibirku yang berdarah menggunakan ibu jariku, lalu mendongak menatap pria yang berdiri di depanku dengan tatapan nyalangnya.Aku tersenyum masam, dengan seluruh keberanian aku menjawab "mendekati? Aku tidak pernah mendekati adikmu dialah yang yang membawaku kemari" ucapku tanpa takut, mampu membuatnya naik pitam.
"Loe benar-benar wanita ular, setelah loe hancurin hidup sahabat gue sekarang loe mencoba menghancurkan adek gue juga" Erick kemudian mendekati ku, mengikis jarak diantara kita "gue tau niat busuk loe, dan gak akan pernah tinggal diam kalau loe sampai berani mengusik adik gue, jalang" bisiknya tepat di telingaku dengan menekan di akhir katanya.
Aku mematung, rasanya hatiku seperti di hujam oleh ribuan anak panah, jalang kata yang dulu ada di pikiranku di seseorang lontar kan padaku, aku tidak tau jika mendengarnya akan sesakit ini.
Air mata yang sejak tadi ku tahan, akhirnya tak mampu lagi ku bendung.
"Aku tidak tau apa dosaku di masalalu hingga aku harus mendapatkan karma seperti ini, aku juga tidak tau apa kesalahanku padamu hingga membuatmu sebenci itu padaku, maaf jika aku ada salah, maaf jika aku pernah membuatmu terluka, maaf jika aku telah melukai sahabatmu, maaf juga jika aku mengusik kehidupan adikmu, tapi sungguh tak ada sedikitpun terbesit dalam otakku tentang semua pikiriran burukmu" aku menghapus air mata ku dengan kasar."Kamu yang membawaku pada sahabatmu, mungkin aku memang salah karena aku sudah berbohong, maaf, aku akui itu kesalahanku, tapi apakah semua yang aku tanggung selama ini tak mampu untuk membayar kesalahanku, apakah kamu tau apa saja yang di lakukan sahabatmu padaku, apakah kamu tau bagaimana rasanya aku harus berpisah dengan putriku" akhirnya air mataku keluar lagi, bahkan lebih banyak dari yang tadi.
"Aku hanya ingin dekat dengan putriku, aku hanya ingin memastikan ia tumbuh dengan baik, sungguh aku tak ada niatan apapun untuk mengacaukan hidup orang-orang di sekitar mu, jika memang Zein sudah mendapatkan istri yang mencintainya dan mampu menyayangi putriku dengan baik, akan aku pastikan detik itu juga aku akan pergi dari kalian, dan aku tak akan lagi menampakkan wajahmu dedepan kalian". Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, aku terisak, tak mampu lagi membendung air mataku. Aku tidak lemah, hanya saja ini terlalu menyakitkan.
Erick tak menjawab, ia justru membalikkan badan untuk keluar dari apartemen, meninggalkan ku yang masih terisak. Seketika tubuhku luruh ke lantai setelah mendengar suara pintu yang di tutup dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis 40Juta (Tamat)
RomanceCitra Kirana yang menikahi Zein Arga Wijaya demi uang 40Juta. Bagaimana akhir kisah rumah tangga mereka, akankah cinta mampu hadir di antara mereka?