22 [REVISI]

2.6K 43 0
                                    

"Omaaa" seorang gadis kecil terlihat berlari menghampiri seorang wanita setengah baya yang berdiri disamping mobilnya, wanita itu melambaikan tangannya dengan senyum lebar dibibirnya kepada gadis kecil itu.

"Oma jemput Eva" gadis itu berhambur memeluk wanita setengah baya itu.

"Iya hari ini oma yang jemput Eva, karena papa ada meeting penting" wanita membalas pelukan cucu kesayangannya, yah, dia adalah Mariana oma Eva. Wanita yang sangat cantik meski di usianya yang tak muda lagi.

"Eva mau ketemu papa" Eva tampak cemberut, sambil mengembungkan pipinya membuatnya semakin terlihat gemas.

"Cucu oma kok cemberut" Mariana mencubit gemas pipi eva, "yaudah sekarang kita ke kantor papa, kita ajak papa makan siang bareng, oke?"

"Oke" antusias Eva.

Mereka segera menuju kantor Zein, jarak dari sekolah Eva dengan kantor Zein juga lumayan dekat, sekitar 30 menit.

Setiap pagi Zein akan selalu mengantarkan Eva ke sekolah sekalian ke arah kantornya, karena memang sekolah Eva dan kantor Zein satu arah. Zein sengaja menyekolahkan Eva disitu supaya bisa setiap hari mengantarnya dan juga menjemputnya ketika sedang tidak sibuk di kantor.

Ia ingin menepati janji untuk menjaga putrinya melebihi apapun, janji? Entah janji dengan siapa tapi ia merasa memiliki janji yang harus dia tepati. Zein juga sangat menyayangi putrinya itu, tak ada lagi club malam semenjak putrinya hadir.

Zein akan selalu pulang tepat waktu, untuk menemani putrinya makan malam, menemani belajar, hingga menemani putrinya tidur.

Jika dipikir lagi kehidupannya terasa lebih hangat semenjak putri kecilnya hadir di hidupnya.

Mariana berjalan dengan anggun memasuki kantor putranya itu, terlihat semua orang membungkuk hormat kepada nyonya besar Wijaya itu.

Mariana menuntun Eva menuju ruangan Zein.

"Papaa" Eva berhamburan menghampiri Zein, yang langsung di samput oleh pelukan Zein.

"Hei, anak papa sudah pulang, bagaimana sekolahmu?"

"Baik pa, hari ini Eva dapat nilai bagus" gadis kecil itu sangat bersemangat untuk mengadu tentang sekolahnya hari ini.

"Anak papa memang pintar" Zein tersenyum lebar sambil mengusap lembut rambut putrinya.

"Sudah, sudah sekarang ayo kita makan siang dulu, oma sudah lapar" Ucap Mariana seraya mengusap perutnya tanda lapar. Zein dan Eva sontak tertawa.

Akhirnya mereka segera menuju restoran langganan mereka untuk makan siang.

Mariana tersenyum lebar melihat dua insan di depannya, ia bersyukur sekali dengan hadirnya Eva, karena Eva membuat hidup Zein menjadi lebih berwarna bahkan putranya itu sekarang lebih sering tersenyum, tidak seperti dulu yang terkenal dingin dan arogan, bahkan kepada Mariana sendiri ia tak pernah tersenyum meski Mariana adalah ibunya.

Yah, Mariana memutuskan untuk tinggal di Indonesia setelah mengetahui putranya memiliki seorang anak, dia memutuskan untuk membantu Zein mengurus cucunya itu, karena ibunya meninggalkan Eva.

Tepatnya 4 tahun yang lalu saat Mariana dan suaminya datang ke indonesia untuk menjenguk putranya, awalnya mereka sengaja tidak mengabari Zein tentang kedatangannya ke indonesia karena ingin memberi kejutan kepada putra dan calon menantunya Bianca.

Tetapi siapa sangka justru merekalah yang di buat terkejut, dengan fakta bahwa Zein sudah menikah dan memiliki putri, dan Zein mengakui bahwa pertunangannya hanyalah pura-pura dan itu semua ide Bianca.

Awalnya Mariana dan suaminya ingin marah, namun melihat Cucunya yang sangat cantik membuat mereka luluh, bukankah keinginannya hanyalah menimang cucu makan dari siapa cucu itu tak masalah baginya.

Namun sayang sekali dia tidak dapat bertemu dengan menantunya karena saat dia datang sudah sebulan menantunya meninggalkan rumah. Bahkan sampai sekarang dia belum tau seperti apa wajah menantunya itu.

Orang tua Bianca pun sekarang sudah merestui Bianca dengan Johan, karena mereka merasa bersalah telah memaksa Bianca untuk dijodohkan dengan Zein sementara Zein sudah beristri.

"Tante Mariana, kak Zein" Suara Clarissa menyadarkan Mariana dari lamunanya.

"Kalian makan siang disini?" Clarissa menghampiri mereka bertiga.

"Tante Cla" Eva tampak tersenyum lebar melihat kedatangan Clarissa.

"Hallo, anak cantik" Clarissa membungkukkan badannya mengusap gemas rambut gadis kecil itu.

"Kau kesini dengan siapa Cla?" Tanya Mariana.

"Dengan kak Bianca, tapi dia masih nemarkirkan mobilnya" Clarissa tersenyum manis kepada Mariana.

"Kalau begitu kalian bergabung saja dengan kami" tawar Mariana dan langsung mendapat anggukan setuju dari Clarissa.

"Nah itu kak Bianca" tunjuk Clarissa kepada Bianca yang melambaikan tangan, berjalan kearah mereka.

"Kalian sudah lama disini?" Tanya Bianca.

"Tidak kami juga baru sampai, kami masih menunggu makanan datang" kemudian Mariana cipika-cipiki dengan Bianca.

Bianca menoleh kepada gadis kecil yang duduk di samping Zein.

"Keponakan tante makin cantik saja" Bianca mencium pipi Eva sekilas kemudian mencubit gemas pipi Eva.

"Makasih tante" Eva melebarkan senyumnya memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Akhirnya Bianca pun duduk bergabung bersama mereka bertiga, mereka tampak asyik berbincang  sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Oh ya, Clarissa, tante dengar kamu sedang melanjutkan S2 mu, kenapa tidak dilanjutkan di luar negeri saja?" Tanya Mariana.

"Tidak tante, Clarissa rasa di Indonesia juga tidak kalah bagus dengan di luar negeri."

"Mama seperti tidak tau saja, dia kan sedang mengejar cinta yang tak kunjung di dapatkan" Sahut Zein usil, membuat ibunya dan juga Bianca tertawa. Yah Zein tau jika Bianca sedang gencar mengejar Andi, bahkan itu dari empat tahun yang lalu, namun sepertinya dewi cinta belum berpihak pada Clarissa, karena ia belum juga berhasil meluluhkan gunung es itu.

"Kak Zein kok gitu amat sih?" Clarissa memasang wajah cemberut nya, dan membuat mereka semua tertawa menatapnya.

"Oh iya, Cla kakak dengar kau ingin pergi ke surabaya?" kali ini Bianca yang bertanya.

"Iya tapi tidak diijinkan sama kak Erick" Clarissa menekuk wajahnya sedih.

"Memangnya kenapa?"

"Disana ada salah satu Pasien yang jadi objek Clarissa disana, empat tahun yang lalu dia masuk penjara karena melakukan pembunuhan, kemudian dua tahun kemudian dia di bebaskan, tapi tidak lama dia kembali melakukan percobaan pembunuhan dan membuat korbannya buta, dia di tangkap namun tidak jadi ditahan karena dia diduga mengalami gangguan jiwa, dan sekarang dia sedang berada di rumah sakit jiwa" Clarissa menjelaskan panjang lebar.

"Jika sperti itu bukannya memang berbahaya Cla, Erick benar jika dia melarangmu" Zein tampak menasehati Clarissa.

"Iya Cla, jika dia telah membunuh orang, berarti dia sudah berbahaya, bagaimana jika ada apa-apa dengan kamu, lebih baik kamu cari objek lain saja" kali Ini mariana ikut menimpali.

"Tapi ini yang bisa menentukan kelulusan Clarissa, lagipula jika ada apa-apa itu sudah menjadi resiko Clarissa sebagai seorang psikiater menghadapi orang seperti mereka, bukankan kak Bianca juga seperti itu?" kali ini Clarissa menatap Bianca meminta persetujuan.

Bianca mengangguk "Clarissa ada benarnya, tugas kami memang menyembuhkan orang-orang dengan gangguan mental, tanpa perduli latar belakangnya seperti apa" Ucapan Bianca membuat semua orang mengangguk.

"Baiklah nanti kak Zein bantu untuk bicara dengan kakakmu" ucapan Zein membuat Clarissa tersenyum lebar.

"Terimakasih kak"

Akhirnya mereka menyudahi obrolan mereka karena makanan mereka telah datang, selanjutnya tak ada pembicaraan apapun lagi hingga mereka menyelesaikan makan siang nya.

Gadis 40Juta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang