32

2.3K 44 0
                                    

KIRANA POV💕

Sudah ku duga, cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Benar saja, pertemuan yang tak ku harapkan ini akhirnya terjadi. Ini yang aku takutkan, aku takut Zein akan semakin menjauhkan ku dari putriku, aku takut Zein akan membawa putriku pergi jauh ke tempat yang tak bisa aku temui. Aku tau Zein pasti akan berpikir buruk tentangku, aku tau itu, dan yang aku takutkan akhirnya terjadi.

Setelah pertemuan ku dengan Zein, aku tak mampu lagi melanjutkan perjalananku pulang. Tenagaku seolah habis, kakiku tak mampu lagi melangkah. Membayangkan apa yang akan Zein lakukan setelah ini membuat dadaku semakin sesak.

Aku duduk di salah satu bangku yang tak jauh dari tempat perdebatan ku dengan Zein tadi. Tak ada yang bisa aku lakukan selain menangis, kepalaku sudah sangat pusing akibat menangis, tapi air mataku tak kunjung mau berhenti.

"Kirana, loe ngapain disini?" merasa namaku di panggil, akhirnya aku mendongakkan kepalaku dengan terpaksa. Erick menghampiriku, saking asyiknya menangis aku sampai tak menyadari ada mobil yang berhenti di depanku.
"Loe nangis? Hey, kenapa?" Erick berjongkok di depanku, menyentuh kedua pipiku agar aku menatapnya. "Bilang sama gue, siapa yang bikin loe nangis" Erick bertanya dengan nada cemas, bukannya menjawab, aku justru semakin menangis di pelukannya.

Erick membiarkan aku menangis di pelukannya, hingga pundaknya basah karena air mataku, ia mengusap punggungku dengan lembut. Perlahan tangisan ku mulai mereda, dan aku melepas pelukanku darinya "Zein.. Dia.. Hiks.. Hiks" aku tak mampu lagi melanjutkan ucapanku.

"Zein kenapa? Loe diapain sama Zein?" jelas sekali cemas tergambar diwajahnya.

Aku menggelengkan kepalaku tak sanggup lagi untuk melanjutkan kata-kataku, membayangkan apa yang terjadi membuatku sangat takut.

.

"Minum dulu!" Erick menyodorkan secangkir teh hangat di hadapanku.

Sekarang aku sedang berada di apartemen Erick, setelah tadi aku menceritakan semua padanya. Ia memaksaku untuk ikut ke apartemennya, dengan alasan tidak tega jika aku sendirian.
Aku mengangkat cangkir di hadapanku dengan kedua tangan yang sedikit bergetar, menyeruput pelas isinya, hingga hangat menjalar ke dalam tubuhku.

"Nanti tidur di kamar Clarissa aja, kebetulan dia nginep di rumah papa-mama" aku hanya mengangguk pelan.

Ngomong-ngomong soal Erick. Dia sudah banyak berubah sekarang, sikapnya sudah tidak sekadar dulu padaku. Bahkan dia cenderung bersikap lembut, tak jarang ia mengirim pesan, sekedar menanyakan bagaimana pekerjaanku, sudah makan atau belum dll.

"Apa besok loe mau gue anterin ketemu anak loe, biar loe gak khawatir lagi?"

"Jangan!!" sanggahku cepat.

Erick tampak mengerutkan keningnya "kenapa?"

"Aku belum mengumpulkan uang untuk mengembalikan uangnya Zein" jawabku lirih sambil menundukkan pandanganku.

"Uang? Uang apa?"

"Uang yang dulu Zein berikan padaku"

Erick menhembuskab napasnya kasar "astaga Kirana, itu uang sudah diberikan padamu, sesuai berjanjian kontrak, untuk apa di kembalikan"

"Tapi aku sudah berjanji untuk mengembalikannya" aku meremas jariku, takut-takut jika Erick marah.

"Yaudah terserah loe, sekarang mending loe tidur, besok gue anterin ketemu anak loe" Erick kemudian beranjak pergi menuju kamarnya, meninggalkanku yang masih dilanda gelisah seorang diri.

.

ZEIN POV💕

Sudah dua bulan semenjak pertemuan ku dengan Citra di cafe waktu itu.
Dan sekarang aku semakin ketat dalam menjaga putriku, aku akan selalu menjemput putriku lebih awal, menunggunya di depan gerbang meski jam sekolahnya belum selesai.

Gadis 40Juta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang