23

2.4K 43 0
                                    

"Cla bener ini tempatnya?" Dimas menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung yang terlihat sudah tua.

"Harusnya bener" Clarissa mengecek alamat dari ponselnya kemudian menatap gedung itu.

"Yaudah deh kita turun yuk!" ajak Syifa yang duduk di bangku belakang bersama Laureen dan Thomas.

Kemudian mereka turun bersama dari mobil dan memasuki area gedung itu.

"Ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang suster yang berada di meja resepsionis.

"Kami dari universitas F, kami ditugaskan untuk menangani salah satu pasien di rumah sakit ini" Ucap Clarissa sambil menunjukkan indentitas yang menggantung di lehernya.

"Baik mari saya antar" Ucap suster itu, kemudian mengantarkan mereka menuju sebuah ruangan.

Di dalam ruangan itu hanya ada seorang wanita yang duduk menatap keluar jendela.

"Kalian sudah datang?" Ucap seorang dokter yang datang dari arah belakang mereka.

"Saya dokter Riska, saya yang bertugas menangani pasien itu" ucap dokter Riska menunjuk kearah seorang pasien yang ada di sana.

"Perkenalkan saya Clarissa dari universitas F, dan ini teman saya Dimas, Laureen, Thomas dan Syifa" Ucap Clarissa sambil memperkenalkan keempat teman-temannya, kemudian mereka bergantian berjabat tangan.

"Baiklah senang berkenalan dengan kalian, kalau begitu saya akan jelaskan sedikit tentang pasien yang akan kalian tangani. Namanya Kirana, semenjak dia dibawa kemari dua tahun yang lalu, saya belum pernah mendengarkan dia berbicara sedikitpun, tetapi dia selalu menolak keluar dari ruangan ini dia juga menolak jika dia digabung dengan pasien lain" jelas dokter Riska.

"Saya dengar sebelumnya dia bermasalah dengan pihak berwajib apakah betul dok?" Tanya Dimas.

"Yah, itu benar, sebelumnya dia memang melukai seorang laki-laki dan menyebabkan orang itu buta, sebelumnya lagi dia juga melukai seseorang dan menyebabkan orang itu meninggal"

"Boleh kami tau apa penyebabnya dok?" kali ini suara lembut Syifa yang bertanya.

"Dia di perkosa" ucap dokter itu membuat mereka semua menganga.

"Jadi, maksudnya dia balas dendam gitu?" Ucap Laureen. Dokter Riska mengangguk.

"Bagaimana dengan keluarganya?" tanya Clarissa.

"Seluruh keluarganya sudah meninggal" ucapan dokter Riska membuat mereka semua menatap wanita yang ada di dalam ruangan itu dengan iba.

"Jadi dia sebatang kara dong?, Kasian banget sih" ucap Syifa dengan memasang wajah sedihnya.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, salah satu dari kalian bisa mencoba untuk berkomunikasi dengannya, semoga berhasil" ucap dokter Riska kemudian berlalu dari hadapan mereka.

"Biar gue aja yang masuk" ucap Clarissa mendapat anggukan setuju dari teman-temannya.

Clarissa melangkahkan kakinya dengan pelan memasuki ruangan itu, ini adalah kamar tetapi lebih mirip penjara.

"Hm, hallo kak" Clarissa melambaikan tangannya untuk menyapa wanita yang duduk termenung di depannya.

Tak ada reaksi apapun, membuat Clarissa menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Nama aku Clarissa, nama kakak siapa?" Clarissa mencoba berucap dengan ramah, namun lagi-lagi wanita itu hanya diam.

Kemudian Clarissa mencoba memberanikan diri untuk berdiri tepat di depan wanita itu, dan menghalangi pandangannya yang menghadap jendela.

"Aku ngajak kenalan loh, masa kakak cantik gak mau, nanti aku sedih" Clarissa berjongkok dengan kedua tangannya yang menyangga kepalanya, kemudian mengerucutkan bibirnya.

"Baiklah kalau gitu, aku pergi dulu, besok Clarissa dateng lagi nengok kakak cantik" merasa tak mendapatkan jawaban apapun, kemudian Clarissa bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya gontai, menuju ke arah teman-temannya yang berdiri diluar ruangan dan siap menunggu jawaban.

"Gimana?" Antusias Laureen. Dan hanya mendapat gelengan kepala dari Clarissa.

"Yaudah sekarang kita balik ke hotel aja dulu, sekarang udah malem, besok kita balik lagi" ucap Thomas merangkul bahu Clarissa kemudian mengajaknya untuk pergi dari tempat itu.

Sebelum kembali ke hotel tempat mereka menginap, mereka terlebih dahulu mampir ke sebuah restoran untuk menikmati makan malam mereka.

"Menuru kalian kira-kira besok dia bakal mau bicara gak ya?" ucap Syifa dan hanya mendapat gelengan kepala dari mereka.

"Apa kita perlu cari cara?" Tanya Laureen.

"Cara apa?"

"Gue juga gak tau" Laureen menjawab dengan gaya bodohnya, yang langsung mendapat jitakan dari Syifa.

"Aaww, sakit tau Syifa loe apaan sih main jitak aja" ucap Laureen sambil mengusap kepalanya yang bekas jitakan Syifa.

"Syukurin loe bego gak ketulungan"

"Apa kita perlu mencari orang yang dia buat buta, barangkali aja kita bisa dapat informasi dari dia" usul Dimas.

"Tapi kabarnya orang itu sudah pindah ke jakarta" Ucap Thomas.

"Loe gak punya informasi apapun tentang dia Cla?" kali ini ucapan Dimas sukses membuyarkan Clarissa dari lamunannya.

"Ah, apa?" Ucap Clarissa kebingungan.

"Loe nglamunin apa sih?" ucap Syifa

"Gue heran aja, orang secantik dia bisa gila?" ucap Clarissa sambil membayangkan wajah wanita tadi.

"Secantik apa emang?" antusias Diman penasaran.

"Cantik banget, gue yakin banget wanita itu gak gila, tapi dari yang gue lihat tatapannya kosong, seperti banyak beban tapi sepertinya dia punya satu keinginan yang kuat"

"Keinginan apa?" lagi-lagi ucapan bodoh yang keluar dari mulut Laureen membuat mereka semua mendesah sebal.

"Laureen sayang, kalau gue tau gue gak bakal bilang sepertinya" ucap Clarissa sambil menekan kata sepertinya.

"Yaudahlah sekarang kita istirahat dulu, besok kita balik lagi, semoga aja besok kita dapat hasil yang lebih baik" ucap Thomas menyudahi.

"Amin" ucap mereka semua serempak.

Kemudian mereka semua kembali ke hotel dan memasuki kamar masing-masing.



Clarissa baru saja selesai membasuh wajahnya di kamar mandi, ia menatap kedua temannya yang sudah terlelap.

Yah Clarissa menempati kamar ini bersama kedua temannya Syifa dan Laureen, sedangkan Thomas dan Dimas menempati kamar sebelahnya.

Mereka sengaja hanya memesan dua kamar untuk menghemat pengeluaran mereka, meskipun mereka adalah anak-anak orang kaya tetapi mereka tidak ingin menghamburkan harta orang tua mereka.

Itulah yang membuat Clarissa senang berteman dengan mereka, mereka bukan orang yang sombong meski mereka anak orang kaya.

Clarissa duduk didepan meja rias, dan hendak membersihkan sisa make up di wajahnya, namun tiba-tiba ingatannya kembali kepada wanita tadi.

'Kok gue ngerasa pernah ketemu dia ya, tapi dimana?' Clarissa mencoba mengingat dimana dia pernah menemui wanita itu, namun nihil sekeras apapun dia mencoba ia tetap tak mengingatnya.

Clarissa menghembuskan nafasnya kasar, kemudian segera membersihkan wajahnya dengan cairan pembersih make up dan segera menyusul teman-temannya yang sudah tertidur duluan.

Gadis 40Juta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang