Chapter 2: Tiba-tiba Manten

15.2K 756 17
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya, Aziashara Fatharani Binti Irwan Hadiansyah dengan emas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

Pertanyaan Bapak penguhulu dibalas dengan sahutan "Sah!" Oleh para tamu undangan. Sahutan yang terdengar nyaris terlalu kompak di telingaku. Saking kompaknya, nyaris terdengar seperti paduan suara.

Saat kalian tidur, kalian pasti sering bermimpi, kan?

Saat kita bermimpi, seringkali kita tidak bisa mengingat wajah orang-orang yang kita temui dalam mimpi. Terutama jika orang-orang ini hanya 'background character ' yang tidak berinteraksi langsung dengan kita. Konon kabarnya, mekanisme ini adalah mekanisme otomatis otak untuk tidak bekerja terlalu keras saat kita tertidur. Visualisasi detail bukanlah sesuatu yang penting di dunia mimpi. Karena saat kita tertidur, bukan respon logis yang kita butuhkan. Persepsi kita hanya butuh stimulan untuk merespon suatu informasi. Siluet dan wajah yang kosong adalah stimulasi yang cukup untuk membuat otak kita percaya kalau kita sedang berinteraksi dengan manusia lain saat kita sedang bermimpi.

Itu yang aku rasakan saat menghadiri pesta pernikahanku sendiri. Aku merasa wajah-wajah yang datang dan pergi hanya sesuatu yang abstrak, ada area wajah, tapi tidak ada detail spesifik khusus pada wajah itu. Tidak ada mata, tidak ada hidung, tidak mulut, aku hanya tahu mereka adalah tamu.

Hari ini, aku merasa seperti bergerak dalam mode autopilot, pria di depanku, bukan, maksudku suamiku, mengulurkan tangannya. Otakku langsung memberi sinyal kalau dia akan memasangkan cincin nikah di jari manisku. Jadi, aku memberikan tanganku. Saat tangannya menyentuh telapak tanganku, aku merasakan suhu yang cukup panas dari jemarinya.

'Apa dia sedang demam? Apa dia gugup?' Pikirku. Cincin yang dia pasangkan terasa longgar di jari manisku. Tentu saja longgar, cincin ini memang bukan dibuat untukku.

Mode autopilot berlanjut bukan hanya saat momen akad nikah, tetapi saat resepsi berlangsung juga. Aku masih menggunakan mode ini saat menerima salam dari para tamu, beberapa mengomentari tangan aku yang terasa begitu dingin. Saat itu, aku baru sadar kalau ternyata suhu tubuhku lah yang di bawah normal, bukan suamiku yang sedang demam. Yang lain mengatakan kalau aku terlihat pangling dan cantik dalam balutan kebaya putih. Kedua komentar itu hanya aku jawab dengan senyuman. Aku tahu pasti kalau aku terlihat aneh dengan kebaya ini, terutama karena ukuran tubuhku dan adikku berbeda. Tubuh Gea lebih mungil tapi pinggul dia lebih berisi, berbeda dengan tubuhku yang cenderung tinggi tidak berlekuk. Tangan kebaya ini juga terlalu pendek untuk ukuran tubuhku, tetapi mencari kebaya pengganti kurang dari berapa jam sebelum acara dimulai adalah hal yang hampir tidak mungkin.

Hari yang sangat absurd. Absurd karena seharusnya yang berdiri di sini dan menerima salam dari para tamu adalah adikku, Gea. Suami yang berdiri di sebelahku seharusnya adalah suami dia. Tetapi, drama Gea yang melarikan diri mengubah segala rencana yang dibuat oleh orang tuaku, dan aku yang menerima imbas konsekuensinya

Gea dijodohkan dengan anak dari sahabat ibu tiriku. Namanya Arial. Dari awal Gea sempat menolak karena dia masih ingin melanjutkan kuliah dan meniti karir. Sementara Ibu tetap bersikeras untuk menikahkan Gea karena beliau merasa Arial adalah jodoh yang cocok untuk Gea. Aku kira semua rencana pernikahan ini berjalan karena Gea sudah setuju, tapi sepertinya kenyataannya tidak seperti itu. Tanggal telah ditetapkan, undangan telah disebar, makanan sudah dipesan, dan pihak laki-laki sepertinya sudah menyerahkan semuanya pada pihak kami.

Semalam Gea marah besar karena pernikahannya akan dilaksanakan hari ini. Ibu berdalih semuanya harus tetap dijalankan, karena semuanya sudah dipesan dan tidak bisa dibatalkan.

"Jangan bikin malu keluarga, Ge!" Teriak Ibu. "Udah percaya sama Mamah! Arial itu jodohnya kamu. Kamu nikah aja dulu, terus baru kuliah lagi. Dia juga pasti gak keberatan kok."

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang