Chapter 29: Trinity

7.5K 485 19
                                    

Kerja sama perusahaanku dan perusahaan Laras ternyata lolos dan berlanjut ke tahap berikutnya. Pak Jonri juga memberikanku tugas padaku untuk menyusun dan merevisi kontrak untuk kerja sama ini. Tugas ini menyebabkan aku banyak berinteraksi dengan Fatia yang menjadi asisten dari Laras. Satu bulan setelah pertemuan pertama kami, kontrak dengan pasal-pasal yang sudah disepakati kedua belah pihak akhirnya selesai disusun dan ditandatangani. Perusahaan kami berdua resmi menjalankan kerja sama.

"Yeay... Kerja sama kita sukses!" Fatia dengan semangat menyapaku setelah perjanjian perusahaan kita selesai ditandatangani.

"Makan malam bareng, yuk." Ajak Fatia. "Kita rayain keberhasilan hari ini. Aku sama kamu aja, aku pengen ngobrol."

"Kapan?" Tanyaku

"Hari ini mau?"

"Aku kasih tahu Arial dulu, ya." Jawabku

"Ok, kalau hari ini bisa kabarin, ya." Kata Fatia, "Aku balik dulu ke Laras. Nanti kita berkabar lagi jadi dinner atau nggak."

"Ok."

***

Setelah mendapat izin dari Arial, Fatia mengajakku untuk makan di salah satu resto terkenal di pusat kota. Karena sedang ada proyek perbaikan jalan di pusat, lalu lintas dari dan menuju ke sana sangat macet. Aku terlambat 15 menit dari waktu yang aku janjikan kepada Fatia.

Saat masuk ke dalam resto, Fatia sudah menungguku di dalam. Seperti biasa, senyumnya langsung merekah lebar saat melihatku. Aku menghampirinya dan kemudian meminta maaf karena datang terlambat. Fatia terlihat sama sekali tidak keberatan dengan keterlabatanku. Kami mulai memesan pesanan kami dan mengobrol seputar pekerjaan sambil pesanan kami datang.

"Ngomong-ngomong kabar Kak Iyal gimana, Zi?" Tanya Fatia.

"Baik." Jawabku.

"Kalian udah nikah berapa lama ya sekarang." Tanyanya

Aku mencoba menghitung masa pernikahanku dengan Arial. "Kurang lebih 6 bulan." Jawabku.

"Aku tuh selalu penasaran tau, Zi." Kata Fatia. " Jangan tersinggung, ya. Aku penasaran kenapa kamu gak pernah pakai cincin nikah?"

Mendengar pertanyaan Fatia, aku jadi ingat kalau sampai hari ini cincin nikah yang aku jadikan liontin belum juga aku kecilkan. Arial juga belum pernah mengungkit lagi soal niat dia yang ingin membelikan cincin baru. Padahal obrolan ini sudah hampir tiga bulan lalu.

"Cincinnya terlalu besar" Jawabku. "Jadi aku jadiin kalung." Kataku, sambil menunjukkan kalung yang aku pakai.

"Ohh..." Ujar Fatia. Dia terlihat seperti sedang berusaha menyusun kata-kata yang tepat.

"Jujur, aku tuh sebenernya ngajak kamu makan malam karena pengen nanya ini sama kamu." Fatia meraih tanganku. "Hubungan kamu sama  Kak Iyal lancar dan baik-baik aja kan, ya?"

Aku sedikit bingung dengan arah pembicaraan Fatia. "Baik, aku sama Arial baik-baik aja." Jawabku dengan jujur. Hubunganku dengan Arial memang berjalan dengan lancar, bahkan mungkin terlalu mulus.

"Selama aku jadi asisten Kak Laras." Kata Fatia, sekali lagi dia seperti berusaha menyusun kata-kata yang tepat. "Aku berapa kali liat Kak Iyal ketemu sama Kak Laras."

Aku tertegun mendengar berita ini.

"Kak Iyal cerita nggak kalau dia nemuin Kak Laras?" Tanya Fatia

Aku menggeleng.

"Duh, aku jadi gak enak." Kata Fatia. "Aku kurang tau juga mereka obrolin apa tiap ketemu. Tetapi keakraban mereka tuh bikin aku inget sama kedeketan mereka waktu jaman masih tutorin aku dulu. Aku nyoba berpikir positif. Mungkin mereka lagi ada proyek bareng atau gimana gitu. Tapi perasaan aku gak enak karena berapa kali aku ngeliat Kak Iyal gak pake cincin nikah waktu ketemu Kak Laras."

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang