Chapter 20: Stay

7.6K 606 4
                                    

Setelah aku menangis di pelukan ibu, ibu sempat khawatir dengan responku yang emosional. Namun, setelah aku jelaskan kalau aku hanya terlalu senang mendengar "lamaran" dari ibu untuk menjadi anaknya, ibu langsung tersenyum sumringah mendengar alasanku. Setelah cukup tenang, aku langsung melanjutkan perjalanan menuju Utan Bambu untuk mengantarkan ibu bertemu dengan sahabat-sahabat SMA-nya. Lokasi pertemuannya di sebuah kafe yang cukup tersembunyi. Tempatnya cukup jauh dari jalan raya, dan melewati beberapa jalan kecil yang terasa seperti labirin. Siapa yang sangka, di tengah jantung kota ini, masih tersembunyi sebuah tempat yang asri dengan pepohonan rindang yang membuat kafe ini terasa sangat asri. Namanya kafe Nayanika.

Ibu memintaku untuk ikut masuk ke dalam karena beliau ingin memperkenalkanku kepada teman-temannya. Ternyata di dalam sudah ada beberapa teman ibu yang datang terlebih dahulu dan aku langsung diperkenalkan sebagai menantu oleh ibu. Seperti yang sudah diduga, teman-teman ibu mertuaku kaget saat mendengar Arial sudah menikah, mereka kecewa karena tidak diundang. Namun, setelah ibu menjelaskan kalau resepsi pernikahannya memang digelar hanya untuk keluarga inti saja, mereka cukup paham dan memaklumi kenapa mereka tidak diundang.

Aku langsung menerima ucapan selamat dari sahabat-sahabat ibu mertuaku. Mereka juga memberikanku doa agar rumah tanggaku dan Arial langgeng serta dikaruniai banyak momongan. Beberapa ada yang bertanya di mana aku kenal Arial dan bagaimana aku akhirnya bisa menaklukkannya? Kedua pertanyaan itu dijawab oleh ibu mertuaku. "Saya yang ngasih jalan biar mereka bisa kenalan." Jawabnya sambil tersenyum.

Setelah semuanya cukup puas mencoba mengulik lebih dalam tentang hubunganku dengan Arial. Ibu Arial berbisik ke arahku. "Kamu keberatan nunggu ibu sampai selesai gak, Zi?" Tanyanya.

"Zia pasti tungguin kok, bu." Jawabku. "Aku tunggu di mobil aja, ya."

"Jangan!" Sanggah ibuku. "Tunggu di sini aja, temenin ibu. Makanan di sini enak-enak, loh! Kamu wajib coba."

Setelah tawar menawar kecil, aku setuju untuk menunggu ibu di dalam kafe, tapi aku memilih untuk duduk di meja terpisah, karena aku tidak mau mengganggu acara reuni ibu mertuaku. Ibuku setuju dengan pilihanku. Tidak lama setelah itu, ibuku mulai asyik mengobrol dengan teman-teman SMAnya. Dan aku mulai tertarik dengan desain kafe ini.

Bangunan kafe ini seperti bangunan khas rumah yang dibangun di era 70an yang masih dipengaruhi gaya colonial. Jendelanya lebar bergaya klasik dan atap yang tinggi, lantainya tidak menggunakan keramik atau marmer, tapi masih menggunakan tegel batu berawarna abu-abu. Interiornya juga dibuat senada dengan rumah tempo dulu, warnanya didominasi warna abu-abu dan putih, didukung dengan lemari kayu jati dan radio analog yang masih memuat saluran AM dan MW.

Bahkan kafe ini masih punya tv tabung lawas yang bentuknya seperti kabinet yang memiliki pintu dorong khusus untuk menutup layar televisinya. Tombol stasiun TVnya masih hanya terdiri dari 8 tombol. Di atas tv tersebut, ada pemutar piringan hitam yang walaupun wujudnya tidak seantik gramofon dengan corong suara seperti terompet di bagian atasnya, tetapi tetap saja desain barangnya terlihat nostalgik dan cocok dengan tema yang diusung. Di sebelah meja, ada rak yang memuat cover album-album piringan hitam lawas. Dari mulai musisi lokal dan internasional. Disebelahnya lagi ada rak buku yang memuat novel baru dan lawas

Setelah memastikan novel di rak itu boleh dipinjam, pilihanku jatuh kepada novel berjudul "My Name Is Red" Karya penulis Turkiye bernama Orhan Pamuk. Aku membawa novel itu untuk menemaniku makan dan menunggu acara ibuku selesai. Menu makanan kafe ini juga unik. Mereka menyajikan makanannya dengan konsep prasmanan dengan makanan yang dijejerkan rapih di atas wajan kecil dan tungku tanah liat. Makanan yang disajikan adalah menu makanan sunda dan padang. Walaupun makanan utamanya didominasi makanan tradisional, mereka justru punya dessert corner dengan pilihan cake yang cenderung kekinian. Mille crepes, macaron, croissant, croffle, waffle, dessert box, pie, flan pudding dan list kopi yang mereka tawarkan juga cukup bervariasi.

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang