Chapter 12: First Blood

8.9K 504 4
                                    

"Gea udah pulang, aku mau kita cerai."

Kalimat itu sudah terucap, aku tidak bisa menariknya lagi. Bukan pertanyaan atau opening diskusi, ucapanku malah terdengar seperti perintah.

Arial terlihat menarik nafas panjang sambil menengadahkan kepalanya. Setelah beberapa tarikan nafas panjang, dia memijat-mijat pangkal hidungnya. Sepertinya Arial sangat lelah dan terlihat kalah. 

Sambil masih memijat-mijat pangkal hidungnya, dia berjalan menghampiriku kemudian duduk di sebelahku.

"Kamu mau kita cerai?" Tanyanya dengan datar, dia masih memijat pangkal hidungnya.

Aku tidak menjawab.

"Kamu mau kita cerai?" Tanyanya sekali kali, masih dengan intonasi yang datar namun kali ini terdengar lebih lambat. Kali ini, Arial menanyakan itu sambil langsung menatap ke arah mataku. Ekspresi wajahnya sama-sama datar seperti intonasi yang dia keluarkan. Akan tetapi matanya, tatapan matanya membuat aku merasa kalau saat ini dia sedang kesal. 

Sangat kesal.

"Iya," Jawabku, lirih

"Karena?" Tanya nya.

"Gea udah pulang, kamu bisa nikah sama dia sekarang." Jawabku.

Arial menarik nafas panjang lagi.

Lalu tiba-tiba saja dia menarik tanganku dan menciumku. Kaget, mulutku yang sedikit terbuka malah memudahkan lidahnya untuk masuk dan bermain dengan lidahku. 

Ini ciuman pertamaku.

Aku sempat berusaha menarik kepalaku, tapi tangan kanannya Arial menahan kepalaku, mengarahkan kepalaku untuk memperdalam ciumannya. Gerakannya yang tiba-tiba membuatku kehilangan momentum untuk mendorongnya menjauh, tubuh-tubuhku seperti mejadi lemas karena ciuman itu.

Ketika akhirnya dia mengakhiri ciumannya, nafasku terengah-terengah. Arial menyandarkan keningnya di pundakku. Dia pasti bisa mendengar jantungku yang berbedar kencang.

"Aku gak mau ribet dengan pencarian jodoh lagi dan prosesi nikah lagi.." Kata Arial, kepalanya mulai berpindah ke leherku. Mencium leherku. Aku kaget ketika merasakan giginya menggigit leherku, rasanya tidak sakit karena dia hanya menggigit leherku sedikit dan hanya sebentar. Dia mencium lagi bekas gigitannya.

"Aku gak mau ribet dengen prosedur perceraian" Katanya masih sambil terus mencium leherku. Nafasnya meninggalkan jejak hangat di leherku, rasanya aneh dan geli.

"Jadi ayo kita resmikan pernikahan kita sekarang." Lanjut Arial, sebelum dia mencium bibirku lagi. Ciumannya bahkan terasa lebih intens dari ciuman dia yang pertama. Tanganku yang awalnya menahan dadanya yang bidang, kini mulai terangkat naik ke wajahnya. Seperti berusaha menariknya lebih dekat denganku.

Aku merasakan tangan Arial menyentuh payudaraku dengan lembut, dia mulai meremasnya dengan lembut. 

Hari ini akan menjadi malam pertama kami?

Tidak! Aku tidak mau malam pertamaku seperti ini. Aku belum paham bagaimana perasaanku terhadap Arial. Aku juga belum tahu apakah Arial melakukan ini karena dia mencintaiku atau dia akan melakukannya dengan siapa saja. 

Pikiranku mulai kembali fokus dari permainan lidah Arial yang memabukkan. Tanganku turun ke pundaknya, mencoba mendorongnya menjauh, tapi pelukan dia masih terlalu kuat.

"Nggak." Ucapku di sela-sela ciumannya.

Arial seperti tidak mendengar ucapanku.

Aku mengumpulkan tenaga lebih banyak, menurunkan posisi tanganku ke area dadanya, kemudian mendorong badannya sekuat tenaga sambil berteriak "ENGGAK!"

Tanganku yang mantan atlet basket ini sepertinya masih menyimpan tenaga yang cukup besar. Aku berhasil mendorong Arial menjauh, mengakhiri ciumannya. Sayangnya, jumlah energi yang aku keluarkan sepertinya terlalu besar, ditambah posisi duduk Arial yang terlalu pinggir, imbasnya badan jatuh terdorong jatuh dari sofa dan PRANK!

Badan Arial menghantam meja kaca di ruang tengah.

Meja tersebut pecah berkeping-keping. Lalu aku berteriak sekencang-kencangnya saat melihat darah mulai membasahi karpet polyester berwarna putih.

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang