Chapter 35: Delusi

8.7K 505 17
                                    

Kami melihat mobil yang tadi dibawa Fatia terparkir dengan rapi di halaman rumahnya. Berarti dugaan kami benar, Fatia pulang ke rumah. Untungnya alamat yang Fatia cantumkan di data perusahaan adalah data yang benar.

"Kamu tunggu di dalam mobil." Perintah Arial.

"Nggak, aku ikut masuk." Jawabku. Sebelum berangkat ke sini kami berdua sudah berdebat tentang masalah ini. Arial memintaku untuk tidak ikut menyusul Fatia karena dia takut Fatia akan menyerangku lagi. Sementara aku, aku juga khawatir kalau Arial kenapa-kenapa saat bertemu dengan Fatia.

Arial menarik nafas panjang, dia sepertinya sudah tahu aku akan terus meminta ikut ke dalam sana. "Kamu tetep stay di belakang aku. Kalau ada apa-apa, lari. Cari perlindungan."

Aku mengangguk. Kami masuk ke dalam pagar rumah Fatia yang tidak digembok. Rumahnya terlihat kecil dengan halaman yang tidak terlalu luas. Halamannya cukup untuk menampung mobil, ada taman kecil yang sangat tidak terawat di depan rumah Fatia. Kalau tidak ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya, rumah ini mungkin akan terasa seperti rumah kosong tidak berpenghuni karena kondisinya seperti tidak terawat.

Arial menarikku ke belakang badannya sebelum dia mengetuk pintu rumah Fatia.

"Fatia, buka pintunya, Ti." Ujar Arial sambil menggedor pintu rumah Fatia.

Tidak ada jawaban. "Tia, aku tahu kamu di dalem. Kita ngomong baik-baik." Arial terus menggedor pintu, tapi tetap tidak ada respon.

Semakin aku perhatikan, kondisi rumah Fatia benar-benar tidak terasa sehat. Sampah daun yang menumpuk, debu tebal yang menempel di meja dan bangku teras, tanaman di pot yang terlihat kering dan mati,  Rumah ini seperti tidak pernah dibersihkan. Samar-samar, aku mulai mencium bau tidak sedap dari dalam rumah. Aku ingin melihat ke dalam rumah, tapi sayangnya kaca depan rumah ini ditutupi oleh pelapis kaca one way berwarna gelap. Nyaris tidak mungkin untuk mengintip bagian dalam rumah dengan jelas. 

"Al, perasaan aku gak enak." Kataku di punggung Arial.

Arial melihat kondisi sekitar rumah, dia juga sepertinya mencari celah untuk bisa melihat lebih jelas ke dalam rumah. kemudian dia melihat celah ventilasi di atas pintu. Cukup besar untuk mengintip keadaan di dalam rumah, tetapi posisinya terlalu tinggi. Arial menarik bangku yang kebetulan posisinya tepat berada di sebelah tubuhnya. Dia kemudian menggunakan bangku itu sebagai tumpuan untuk dapat melihat dengan lebih jelas kondisi dalam rumah.

"Mundur, Zi." Kata Arial setelah mengintip dari celah ventilasi. 

Aku mengikuti perintah Arial untuk mundur. "Telepon ambulans sekarang, Keadaan Fatia sepertinya gawat" Kata Arial. Kemudian dia mulai berusaha mendobrak pintu rumah Fatia. Pintu rumah Fatia terbuka setelah tiga hentakan keras dari tubuh Arial. Aku melihat Fatia terkapar dalam keadaan tengkurap di dekat pintu keluar. Mulutnya terlihat seperti berbusa dan terdapat sisa muntahan. Arial langsung membalikkan tubuh Fatia dan memastikan Fatia masih bernafas. Arial juga memastikan kalau Fatia tidak tersedak oleh muntahannya sendiri

Aku bukan hanya kaget melihat Fatia yang terkapar, aku juga kaget dengan keadaan bagian dalam rumah Fatia. Sampah menumpuk di mana-mana. Sedikit lagi, tingginya akan sampai di langit-langit. Hampir seluruh permukaan ruang tamu Fatia tertutup sampah dan hanya menyisakan jalan kecil yang menuju ke kamar dan ke area belakang. Bau tidak enak yang aku cium dari luar berasal dari tumpukan sampah.

"Zi, ambulans." Arial mencoba mengingatkan ku lagi untuk menelepon ambulans. "Fatia kayaknya overdosis Zoloft." Arial menunjukkan botol yang digenggam Fatia.

Aku buru-buru menelepon ambulans dan memberikan penjelasan kondisi Fatia dan kemungkinan dia overdosis Zoloft. Masih sambil melaporkan kedaan Fatia di telepon, entah kenapa pandanganku seperti tertarik ke ruangan yang dekat dengan tempat kami menemukan Fatia yang terkapar. Pintu kamar itu terbuka, dan kondisinya seperti jauh lebih rapih dan bersih jika dibandingkan dengan ruang tamu yang dipenuhi banyak sampah. Mungkin karena matahari terlihat masih memasuki ruangan ini dengan baik.

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang