Chapter 8: Sabtu siang

7.4K 596 23
                                    

"Zi, boleh minta tolong?" Sabtu, sekitar jam 1 siang Arial tiba-tiba meneleponku. 

"Iya kenapa, Al?" Jawabku. Aku baru saja merapikan pekerjaan rumah dan menyiapkan bahan makanan untuk satu minggu ke depan.

"Di kamarku ada harddisk warna donker. Kalau tidak salah, posisinya ada di atas kabinet dekat tempat tidur."

Aku buru-buru masuk ke dalam kamar Arial untuk mencari harddiskyang dia maksud. "Ini bukan?" Tanyaku, berpindah ke mode video call sambil menunjukkan harddisk-nya

"Iya, yang itu." Wajah Arial terlihat lega. "Aku butuh drive itu sekarang, sebentar lagi aku pesenin kurir untuk ambil drive-nya, ya. Kamu tolong anter ke lobby apartemen"

"Disknya dikirim ke kantor kamu di Astina?" Tanyaku.

"Iya."

"Gapapa, aku aja yang pesan instant kurirnya. Kantor kamu di lantai berapa?"

"Wah makasih, Zi. Kantor aku di lantai 15. Imagia co."

"Oke, nanti aku kabarin kalau kurirnya udah otw."

"Makasih, Zi."

Arial menutup teleponnya. Karena Arial terdengar sangat membutuhkan drive itu, aku memutuskan sebaiknya aku mengantarkannya sendiri. 

15 menit kemudian,  dengan menggunakan ojek online, aku sudah sampai di lobby Astina dan buru-buru mengabari Arial.

"Halo, Arial." Kataku, "Aku udah ada di lobby Astina, ya. Ini harddrivenya dititip aja ke resepsionis atau gimana?" Tanyaku.

"Kamu yang anter langsung?" Arial terdengar kaget. "Sebentar, tunggu di situ!"

Arial menutup teleponnya. Sambil menunggu dia turun, aku memperhatikan interior lobby Astina, ini baru pertama kalinya aku masuk ke gedung Astina. Aku juga baru tahu kalau ternyata Arial bekerja di Imagia Co. Setahuku, perusahaan ini bergerak di bidang animasi digital. Gedung Astina terkenal sebagai gedung yang mewadahi perusahaan cyber-tech dan beberapa start-up yang sedang naik daun. Mungkin karena perusahaan yang ada di sini berhubungan dengan teknologi, lobby gedung Astina terasa sederhana tapi berkesan futuristik, didominasi dengan warna hitam dan abu-abu, panel kaca yang biasanya berbentuk kotak, justru dibuat berbentuk potongan hexagon. Langit-langitnya juga tinggi, dan sumber pencahayaan utama lobby benar-benar berasal dari cahaya alami. Walaupun didominasi oleh kaca, ruangannya tetap terasa sejuk karena sepertinya kacanya dilapisi oleh solar control film. 

"Zi!" Aku menoleh ketika mendengar suara Arial memanggilku. Dia terlihat buru-buru berlari menghampiriku dari arah lift. Aku sudah melihat outfit yang dia gunakan tadi pagi, kemeja slim fit lengan panjang berwarna dark grey  dan celana panjang hitam, tapi siang ini dia menggulung lengan kemajanya sampai ke siku. Dia juga menggunakan kacamata yang dia pakai tadi malam. Entah kenapa, kombinasi ini membuat penampilannya terlihat jauh lebih keren.

Cowok.. keren.. berlari... menghampiriku...

Supaya aku tidak terlihat salah tingkah, aku buru-buru mengeluarkan harddisk dari dalam tas ku supaya Arial bisa mengambilnya langsung saat dia sampai di hadapanku.

"Ini." Kataku, sambil menyodorkan harddrivenya ke arah Arial yang baru sampai di hadapanku

Arial mengambil harddisknya, tapi dia juga menarik tanganku kemudian memelukku sambil mencium ubun-ubunku. 

"Makasih, ya." Katanya, pelukannya singkat, gesturnya sama sekali tidak terasa melecehkan atau berlebihan, tapi aku bisa merasakan rona merah mulai naik di wajahku. Belum sempat melakukan protes, Arial sudah melepaskan pelukkannya dan pergi ke arah lift, sebelum masuk lift dia sempat bilang "Kamu jangan pulang dulu, Zi. Tunggu di sini, sebentar lagi aku selesai."

Dan dia meninggalkanku dengan muka yang memerah. Untung saja lobby Astina tidak terlalu ramai karena sedang weekend jadi adegan kecupan tadi sepertinya tidak ada yang melihat.

Kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini?



Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang