Chapter 11: Gea Pulang

7.6K 499 11
                                    

"Zi, Gea akhirnya pulang."

Sekitar jam makan siang, ibuku meneleponku untuk mengabarkan kalau Gea akhirnya kembali ke rumah. Tepat satu bulan setelah dia menghilang di hari pernikahan.

Menurut ibuku, Gea terlihat sehat dan baik-baik saja. Gea juga belum mau bicara banyak soal pergi ke mana saja dia satu bulan terakhir ini, tapi yang pasti dia kaget waktu mendengar kalau aku yang menggantikan posisi dia sebagai istri Arial.

Saat itu, aku langsung mencoba menghubungi Gea, tapi nomor dia masih tidak aktif. Puluhan pesan yang aku kirim pun sama sekali belum dibaca oleh dia. Gea mungkin menghindar dariku, terutama setelah dia tahu kalau imbas dari perbuatannya adalah aku yang menikah dengan Arial.

'Kalau Gea sudah pulang, mungkin Arial bisa menikah dengannya.' Pikirku.

Maksudku, Arial menikah denganku karena pengantinnya menghilang, kan? Lagipula selama ini kami juga belum berhubungan badan. Konsumasi atau penyempurnaan pernikahan belum pernah dilakukan, jadi perceraian tentu akan lebih mudah dengan alasan ini. Arial tidak punya alasan lain untuk mempertahankan pernikahannya denganku.

Arial tidak membutuhkan aku lagi.

Aku merasakan perasaan aneh saat aku sampai di kesimpulan akhir ini. Saat pulang nanti, aku akan membicarakan masalah ini dengan Arial.

Baru saja aku memikirkan tentang Arial, tiba-tiba ada pesan masuk dari Arial.

Arial: Hari ini aku lembur, kamu pulang duluan, y
Aku: Ok

Aku menunggu apakah Arial akan mengirimkan pesan lain, tapi sepertinya tidak. Biasanya dia mengirimkan pesan basa-basi lagi ketika tidak menjemputku. Entah itu ucapan random seperti 'Jangan kangen', atau pesan singkat untukku pulang dengan hati-hati. Siang ini, Arial tidak mengirimkan pesan lain lagi.

Apa Arial sudah tahu kalau Gea sudah pulang?

Aku ingin menanyakan hal itu, aku juga ingin membahas tentang kelanjutan pernikahan kami, namun pada akhirnya aku memutuskan untuk menanyakannya nanti saja ketika dia sudah sampai di rumah.

Sekitar pukul setengah 6 sore, aku sampai di apartemen. Aku langsung mandi, ganti pakaian, dan menyiapkan makan malam. Tapi, sampai pukul 7 malam, Arial ternyata belum pulang. Dia juga tidak mengirim pesan padaku.

'Kamu lembur sampai jam berapa?'  Aku mulai mengetik pesan di smartphoneku
'Ada yang mau aku obrolin'.....Bukannya mengirim pesan itu, aku malah menghapus ketikanku.

Aku juga tidak selera untuk makan malam. Perutku sama sekali tidak merasa lapar. Rasanya ada yang salah, ada yang mengganjal. Setelah mendengar Gea akhirnya pulang, perasaanku rasanya tidak karuan. 

Aku senang adikku pulang, tapi di sisi lain aku juga kesal karena dia bersikap tidak bertanggung jawab dengan kabur di hari pernikahan. Aku juga mempertanyakan kelanjutan pernikahanku dengan Arial, tapi di sisi lain aku juga takut atas apa keputusan yang akan Arial ambil.

Apa dia mau melanjutkan pernihakan ini?

Apa dia akan menceraikanku dan mengejar Gea?

Apa Gea pulang karena akhirnya dia mau menikah dengan Arial?

Kalau Gea akhirnya memutuskan mau menikah dengan Arial, berarti tidak ada lagi tempat untukku. Arial sendiri yang bilang dia tidak masalah dengan siapapun pengantinnya. Jadi dia bisa saja memilih untuk kembali ke Gea, pengantin yang dicalonkan untuknya.

Wanita yang menurut ibuku lebih cocok untuk menjadi pasangannya.

Aku bukan apa-apa.

Aku bukan siapa-siapa.

Aku hanya pengganti.

"Arial, Gea udah pulang, kamu masih mau lanjutin pernikahan ini?" Aku mulai menyusun dialog yang akan aku sampaikan ke Arial nanti saat kita mendiskusikan kelanjutan pernikahan ini.

Atau mungkin aku seharusnya aku bertanya dengan lebih santai?

"Gea udah pulang, kamu mau balikkan lagi sama dia, gak?" Otakku sendiri merasa bergidik dengan kalimat ini, terdengar sok akrab dan dibuat-buat.

"Karena Gea udah pulang, kamu mau ceraiin aku?"  Aku mengulang kalimat ini beberapa kali di kepalaku dengan intonasi yang berbeda dari mulai intonasi akrab, sampai intonasi istri yang tersakiti.

"Arial kamu mau cerai?"

Kami bukan kekasih, tapi kata-kata cerai itu terasa menyakiti dadaku. Semakin aku pikirkan semakin aku merasa mual, tapi aku merasa tidak punya hak ada di pernikahan ini. Aku hanya pengganti. Pernikahan ini hanya coba-coba, probation, kalau tidak cocok atau tidak sesuai, aku bisa dikeluarkan.

Aku tidak tahu berapa lama aku bermain dengan pikiranku, sampai akhirnya aku mendengar pintu apartemen dibuka. Dari sofa, aku melihat Arial masuk dengan wajah lelah.

"Belum tidur, Zi?" Tanyanya.

Aku menggeleng, ketika melihat jam di ruang tengah, aku baru sadar kalau waktu sudah menunjukkan jam 10 malam.

"Loh, kamu belum makan juga?" Tanya Arial lagi ketika melihat dua piring makanan yang belum disentuh di atas meja makan. "Maaf tadi hetic banget, jadi gak bisa ngabarin kamu." Lanjutnya, sambil meletakkan tas kerjanya di atas kursi meja makan.

Dia mengambil segelas air dan meminumnya dengan cepat.

Aku masih memperhatikan Arial dalam diam, merasa diperhatikan dia meletakkan gelasnya kemudian memiringkan kepalanya ke kanan, matanya bertanya ada apa?

"Gea udah pulang, aku mau kita cerai." Dari semua skenario dialog yang tersusun di kepalaku. Malah kalimat ini yang keluar




Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang