Chapter 6: Satu minggu pertama

9.4K 530 4
                                    


"Jadi kamu mau tidur di mana?" Tanya Arial saat aku baru beres mengeringkan rambutku. Tadinya aku mau langsung mengecat kamarku setelah selesai makan, membereskan cucian piring dan memasukkan sisa barang Arial di kamar yang tadi belum dimasukkan ke dalam kardus karena kardusnya sudah habis. Namun ternyata jam sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika aku selesai membereskan semuanya. Besok pagi juga aku harus ke kantor untuk bekerja. Jadi, aku memutuskan untuk mandi, menyiapkan pakaian untuk besok dan selanjutnya beristirahat.

"Aku tidur di sofa lagi aja." Jawabku.

"Tawaran tadi sore masih berlaku, loh." Kata Arial "Kamu bisa tidur di kamar aku sampai kamar kamu beres direnovasi."

"Terus kamu yang tidur di sini?" Tanyaku.

Arial tidak menjawab, dia hanya masuk ke dalam kamarnya, mengambil bantal dan selimut kemudian meletakkannya di sofa. "Kamu tidur di kamar aku aja, biar aku yang tidur di sini." Katanya

"Eh, jangan! Aku aja yang tidur sini."

"Ya udah kita bobo bareng di kamar aja gimana?" Tanyanya

"Ogah." Jawabku.

"Ya udah, aku aja yang tidur di sini."

"Aku gak enak kalau kamu yang tidur di sini."

"Ya udah biar sama-sama enak di kamar aja gimana?"

Aku diam, bingung, Arial jelas tidak akan membiarkanku tidur di ruang tengah, tapi aku juga tidak mau tidur sekamar dengannya.

Melihat aku yang kebingungan, Arial mendorongku masuk ke dalam kamarnya. "Pintunya dikunci aja, ya" Katanya. "Jangan sampai ntar malem kamu ngelindur lagi, terus grepe-grepe aku." Lanjutnya.

Malu dan kesal, aku langsung membanting pintu di depan wajah dia. Suara tawa Arial terdengar dari balik pintu "Makanya kalau mau tidur, berdoa dulu!" Teriaknya dari balik pintu. "Biar gak ngelindur!"

"Aku gak pernah ngelindur, kok!" Teriakku, kesal. Walaupun aku juga jadi sedikit ragu, jangan-jangan aku memang tidur sambil berjalan tadi malam.

Kunci pintu kamar Arial tergantung di lubangnya, bergoyang pelan imbas dari aku yang baru saja membanting pintu. Sambil menimbang-nimbang, aku merasa tidak sopan kalau aku mengunci pintu dari pemiliknya yang sekarang sedang memilih tidur di luar ruangan, tapi dia sendiri yang minta untuk mengunci pintu kamarnya. Jadi, sebelum mengunci pintu, aku buru-buru membuka pintu kamar dan mengucapkan "Selamat tidur!" ke arah Arial yang sedang membereskan posisi bantal di sofa. Lalu buru-buru mengunci pintu kamarnya.

Sayup-sayup, aku mendengar Arial juga mengucapkan selamat tidur dari ruang tengah. Aku memilih sisi kasur yang dekat dengan jendela. Aku merebahkan badanku sambil mengecek apakah Gea sudah membalas pesanku atau tidak. Nihil dia sama sekali belum membaca pesanku. Aku mencoba meneleponnya lagi, dan nomornya masih tidak bisa dihubungi.

Rasanya canggung tidur di kamar orang lain, aroma kamar ini masih terasa asing. Namun, sama seperti malam kemarin, alas tidur yang nyaman, badan yang terasa lelah membawaku tertidur dengan cepat.

***

Pagi hari saat aku keluar kamar, aku tidak melihat Arial di sofa. Selimutnya sudah dilipat rapi di bawah bantal. Sepertinya Arial tipe yang suka bangun pagi mungkin dia sedang keluar olah raga, atau memang ada pekerjaan yang mengharuskan dia berangkat pagi.

Setelah menyimpan selimut dan kasur ke dalam kamar, aku mulai menyiapkan makanan untuk kami berdua. Sebagian bahan-bahannya sudah aku sekalian siapkan juga semalam jadi tidak banyak yang harus disiapkan. Sekitar setengah jam kemudian, saat aku baru selesai bersiap-siap pintu apartemen terbuka dan Arial masuk dengan berkeringat

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang