Chapter 34: Breakdown

8.5K 478 12
                                    

"Zi, kamu belum pulang?" Suara Arial membangunkanku yang sedang tertidur di sampingnya. Tangannya sedang mengelus rambutku dengan lembut. Aku memperhatikan langit di luar jendela dan melihat warnanya sudah berubah gelap. Tadi aku sempat pulang untuk membawa beberapa lembar pakaian untuk Arial. Saat aku kembali Arial masih tertidur, mungkin aku juga kelelahan karena tidurku yang tidak sesuai tadi malam. Makanya aku juga jadi tertidur di sampingnya.

Aku meregangkan tubuhku dan beranjak dari kursi untuk menawari Arial minum. Setelah Laras pamit, Arial langsung tertidur. Menurut dokter, itu adalah respon tubuh yang sangat normal untuk orang-orang yang baru mengalami trauma di area kepala. Saat Arial tidur, ada polisi yang datang untuk meminta keterangan dan dari polisi aku baru tahu kalau kecelakaan yang dialami Arial sebetulnya cukup parah.

Menurut Polisi, keterangan para saksi mata menyebutkan mobil yang mengalami pecah ban menghantam motor Arial dengan kecepatan tinggi, bukti di lapangan menunjukkan tidak ada jejak pengereman. Menurut saksi mata juga, motor Arial sempat tersangkut di badan mobil kemudian terseret sekian meter. Motor Arial yang rusak parah dan helm yang pecah adalah bukti kalau kecelakaan Arial bukan kecelakaan kecil, menurut polisi adalah sebuah keajaiban Arial hanya mengalami gegar otak ringan. Pengemudi mobil yang mengalami pecah ban ternyata adalah sepasang muda-mudi yang sedang dalam pengaruh narkoba.

Arial meminum air putih yang aku sodorkan. Dia meminumnya sambil terus memperhatikanku.

"Pulang, Zi." Kata Arial, setelah hampir menghabiskan setengah gelas air putih yang aku tawarkan padanya. Wajah Arial memperhatikanku dengan khawatir. "Udah malem, kamu istirahat aja di rumah."

Bahkan saat Arial sedang sakit pun dia masih mengkhawatirkan aku. "Aku mau jagain kamu di sini." Jawabku.

"Kondisi aku baik-baik aja, gak perlu dijagain." Kata Arial, "Besok juga aku pulang."

Arial bilang kondisinya baik-baik saja, tadi siang pun Arial hanya mengatakan motor dia tersenggol oleh mobil. Dia masih berusaha membuatku tidak merasa khawatir, padahal kecelakaan yang dia alami relatif parah.

"Zi, Aku masih boleh pulang, kan?" Tanya Arial.

Hatiku terenyuh mendengar pertanyaan itu.

"Aku gak pernah selingkuh sama Laras, Zi." Lanjut Arial. "Kami berdua cuma temen. Gak lebih. Izinin aku pulang, Zi"

Dia meminta izin padaku untuk pulang, ke rumah yang seharusnya adalah miliknya.

"Kamu adalah rumah aku, Zi." Lanjut Arial, "Izinin aku pulang...."

Rumah adalah tempat di mana kita merasa paling nyaman, tempat kita kembali, dan tempat kita berlindung. Ketika mendengar pria yang aku cintai mengatakan aku adalah rumahnya, aku merasa pengakuan ini lebih indah dari sekedar kata cinta. Selama ini, aku selalu mencari konfirmasi dari sebuah kalimat "Aku mencintaimu." Aku meragukan Arial karena dia tidak pernah mengatakan itu padaku.

Wanita selalu butuh kepastian, kan?

Kurasa aku sudah mendapatkan kepastian itu sejak lama, hanya saja aku tidak melihat dengan tepat. Aku mengecup kening Arial "Kamu juga rumahnya aku." Kataku, "Izinin aku buat jagain kamu di sini."

Arial tersenyum mendengar jawabanku dan menanggukkan kepalanya.

***

Sekitar pukul 10 pagi, Arial diizinkan pulang oleh dokter karena hasil observasi menunjukkan kalau kondisi tubuhnya cukup baik. Kami diminta untuk melakukan kontrol minggu depan, dan segera membawa Arial ke rumah sakit jika tiba-tiba merasa pusing atau mual. Selain itu, Arial disarankan untuk bedrest sampai empat hari ke depan dan menghindari kegiatan yang memicu stress atau dapat menimbulkan trauma di kepala.

Marriage ProbationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang