8. This Destroys Me

14.8K 904 50
                                    

HALOOO!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
HAPPY READING❤️

•••••


Alora memandang sendu tas yang berisi makanan dalam genggamannya. Sayang sekali sushi itu sudah hancur dan tak layak makan, jika saja masih sedikit bagus mungkin Alora akan memakannya. Pasalnya sedari tadi perutnya terasa begitu perih lantaran tak diisi dari kemarin malam. Bukannya Valter tak memberinya makan, namun Alora sungkan untuk terus menerus menumpang makan kepada pria itu.

Sebenarnya bisa saja Alora membeli makanan di luar, tetapi gaji yang Valter berikan sudah dia transfer semua kepada keluarganya. Mereka lebih membutuhkan uang itu dari pada dirinya.

Dengan berat hati Alora membuang semua sushi yang sudah hancur tak berbentuk. Dia sedih melihat makanan mahal ini harus berakhir sia-sia. Apakah orang kaya memang selalu seperti ini? Membuang makanan sesuka hati tanpa memikirkan harga yang sudah mereka keluarkan.

Alora menghembuskan napas berat, kepalanya mendongak menatap gedung pencakar langit yang nampak begitu megah. Senyuman tipis terukir pada wajah cantiknya, dia sama sekali tidak menyangka bahwa dirinya bisa bekerja di Corleone Group ini. Perusahaan megah yang berbisnis di berbagai bidang itu nampak begitu kokoh, kuat, dan indah.

Meski Alora tidak tahu dia bekerja di bidang apa, akan tetapi Alora merasa bangga karena bisa menginjakkan kaki di perusahaan ternama ini. Tak sembarang orang dapat bekerja di sini, namun lihatlah dirinya yang hanya lulusan SLTA dapat masuk ke dalamnya.

Senyuman Alora tak bertahan lama, hatinya berdenyut sakit saat kembali teringat akan hinaan yang baru di dapatkannya. Valter berkata bahwa dirinya tak berguna, apa itu artinya Valter sudah memecatnya?

"Sepertinya memang iya," gumamnya menjawab pertanyaannya sendiri.

"Hey!"

Alora terperanjat kala seseorang menepuk pundaknya. Dia pun membalikkan tubuhnya hingga berhadapan langsung dengan pria yang baru saja membuatnya terkejut.

"Maaf mengejutkanmu, aku tidak bermaksud begitu," ungkap pria di depannya dengan gugup. Terbukti saat respon natural yang pria itu berikan, yaitu dengan menggaruk kepala belakangnya.

"Tidak apa-apa, Tuan," sahut Alora sembari memundurkan tubuhnya. Jarak antara dirinya dan pria itu terlalu dekat hingga membuatnya sedikit kurang nyaman.

"Jangan memanggilku, Tuan. Aku bukan atasanmu," tolaknya tak suka dengan panggilan yang gadis manis di depannya berikan. Dia mengulurkan tangan bermaksud ingin mengajak Alora berkenalan. "Namaku Joe Petterson, panggil saja aku Joe," sambungnya ceria.

Alora tak kunjung menyambut uluran tangan pria itu, dia melihat pria di hadapannya dengan seksama.

Setelah berpikir cukup lama, Alora pun mulai menyambut uluran tangan Joe. Sepertinya tidak akan masalah jika dirinya berkenalan dengan seseorang. "Saya Alora, Alora Miciela."

"Alora Miciela?" Gumam Joe sembari berpikir keras, dia tidak asing dengan nama itu. Joe pernah mendengarnya. "Aku pernah mendengar namamu, tapi aku lupa kapan itu terjadi. Apa kamu bekerja di sini, Alora?"

Alora mengangguk pelan.

Joe menjentikkan jarinya. "Nice! Kamu bekerja di divisi apa?"

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang