11. Undecided

14.8K 837 75
                                    

Halo!!!!!

Jangan lupa putar playlist💗

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!
.
.
.
.
.
HAPPY READING❤️

•••••

Tubuh Alora menegang kala mendengar pintu kamarnya terbuka. Spontan tangannya mencengkeram selimut yang tengah dia kenakan. Kedua matanya semakin terpejam erat dengan detakan jantung yang menggila. Dia takut orang-orang itu akan kembali, dia takut mereka akan menyentuhnya lagi.

Alora tidak ingin itu terjadi. Jika sampai kejadian buruk itu kembali terulang untuk kedua kalinya, maka Alora lebih baik mati saja.

"Little Mouse."

Alora mengenal suara itu, suara tersebut adalah milik Valter. Pria yang telah menyelamatkannya namun turut memberi luka dalam hidupnya.

"Aku tahu kamu sudah bangun, open your eyes."

Kalimat yang Valter lontarkan terdengar lembut, tapi entah kenapa Alora merasa terintimidasi olehnya. Dia selalu berakhir seperti ini jika dihadapkan dengan Valter, Alora tak pernah bisa menolak segala perintah yang pria berkuasa itu ucapkan.

Lihatlah sekarang, Alora yang awalnya enggan, kini dengan mudahnya membuka mata dan tengah membalas tatapan dalam milik Valter. Pria itu terlihat begitu rapi, bersih, dan wangi. Jas hitam beserta jam tangan yang tak murah turut tersampir pada tubuh atletis Valter. Setelan pakaian kantor yang Valter kenakan menambah kesan dominan pada pria itu.

Elusan lembut Alora rasakan pada pelipis kanannya. Tapi Alora sama sekali tak peduli, dia sedang menyelami mata kelam Valter yang tak menampakkan emosi apa pun. Alora tidak bisa menebak isi kepala Valter karena pria itu terlalu pandai mengendalikan semuanya.

"Are you okay?"

Alora bergeming, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Di satu sisi dia merasa bersyukur karena Valter memilih datang untuk membawanya pergi dari tempat mengerikan kemarin, namun di sisi lain dia takut. Alora takut bahwa ini akan menjadi awal dari kehancuran hidupnya.

Sentuhan mereka masih dapat Alora rasakan, dadanya terasa sesak kala bayangan buruk itu menghantuinya. Dia marah, kecewa, dan benci kepada dirinya sendiri. Seharusnya Alora bisa melawan mereka, harusnya Alora berteriak sekencang mungkin untuk mencegah semuanya terjadi. Seharusnya —

"Alora."

— Valter tak mengusirnya begitu saja. Alora menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan tangisnya. Kedua matanya terasa panas seiring dengan rasa sesak yang menumpuk di dada. Namun sekuat apa pun dia menahan untuk tidak menangis, nyatanya dirinya gagal. Pada akhirnya Alora tetap menumpahkan segala kesedihan dan ketakutannya di hadapan Valter.

Dalam hitungan detik sebuah pelukan hangat melingkupi tubuh Alora. Elusan lembut yang menenangkan turut Alora rasakan pada punggungnya, Valter memeluknya.

"It's okay, semua sudah berlalu Little Mouse. You're safe now, i'm here," bisikan penuh akan kelembutan itu mengalun indah memasuki indra pendengar Alora.

Tak hanya sekali, namun Valter berulang kali membisikkan berbagai macam kalimat penenang untuk gadis mungil dalam pelukannya. Ini adalah kali pertama Valter peduli kepada orang di sekitarnya. Ini adalah kali pertama Valter memberikan pelukan hangat kepada orang yang tengah menangis di hadapannya. Valter tidak tahu kenapa dirinya berlaku seperti ini, namun yang pasti dia tidak suka melihat Alora menangis, karena saat melihatnya Valter merasa dadanya seakan tertekan ribuan batu hingga membuatnya kesulitan bernapas.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang