34. Married?

14.9K 961 235
                                    

Halo!!!!

MARI RAMAIKAN PART INI DENGAN VOTE DAN KOMEN KALIAN✨
.
.
.
.
.
Happy reading ❤️

•••••

Valter melepas pelukannya setelah suasana hatinya membaik. Pandangannya lurus menatap gadis yang baru saja memberinya sebuah pelukan hangat yang tak pernah dia dapatkan dari siapa pun. Bahkan ibunya sekali pun belum pernah memberinya pelukan hangat seperti ini.

Pelukan Alora yang terasa begitu tulus berhasil membuat pertahanan Valter runtuh seketika. Untuk pertama kalinya dia menangis dalam pelukan seseorang. Selama ini dia menyimpan lukanya sendirian tanpa ada satupun yang tahu. Dia begitu rapi menyembunyikan luka batinnya.

Sejak dulu hatinya telah mati. Rasa bahagia belum pernah menyapanya. Valter hanya mengenal kesedihan, amarah, dan ambisi kuat untuk menunjukkan pada dunia bahwa dirinya adalah penerus yang layak. Berjuang sendirian tanpa adanya dukungan membuat Valter tumbuh menjadi pribadi kejam. Dia tidak segan untuk menghabisi siapapun yang menghalangi jalannya.

Sebagai seorang penerus tentu tidaklah mudah. Ada proses menyakitkan yang menumpahkan air mata, keringat dan darah dalam perjuangannya. Menjadi seorang Señor yang memiliki banyak kekuasaan membuat hidupnya dipenuhi oleh hal-hal menyeramkan.

Pembunuhan, darah, dan pengkhianatan sudah menjadi makanan Valter sehari-hari. Tak ada yang dapat dipercaya dalam dunia gelap, semua orang dapat berbalik menjadi musuh. Oleh karena itulah, Valter membangun dinding kokoh untuk melindungi dirinya hingga membuatnya tak mengenal kata cinta dan kasih sayang.

Kedua kata itu telah menghilang sejak lama dalam hidupnya. Wanita tak pernah ada dalam daftar keinginannya, bagi Valter mereka hanyalah bahan untuk memuaskan nafsu belaka. Dia tak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan kaum wanita.

Namun sepertinya Valter akan menjilat ludahnya sendiri. Karena sejak bertemu dengan Alora semuanya telah berubah. Gadis itu membuat hidupnya lebih berwarna. Hatinya yang semula mati kini mulai hidup kembali. Meski tak yakin dengan perasaan yang sedang dia rasakan, Valter tetap tak ingin ini berakhir.

"Sudah lebih baik?"

Lihatlah, gadisnya yang berhati malaikat ini. Berulang kali dia menyakitinya namun Alora tak pernah bersikap buruk padanya.

"Valter," Alora mengusap pelan lengan kekar pria di depannya. "Kamu baik-baik saja?"

"Ya, sudah lebih baik," sahutnya kaku dengan pandangan mata yang tak dapat beralih.

"Syukurlah," Alora tersenyum manis. "Aku senang bisa membantumu, meskipun hanya pelukan yang bisa aku beri," ringisnya tak enak hati.

Valter beralih menggenggam tangan gadisnya. "Tidak apa-apa, justru pelukan darimu membuatku merasa lebih baik dari sebelumnya."

Alora mengangguk pelan, dia merasa sedikit canggung saat menyadari bahwa sedari tadi Valter memandangnya dengan tatapan dalam dan hal itu membuat hatinya kacau balau. Entah apa yang merasuki Valter namun situasi ini benar-benar tak nyaman untuknya.

Dengan secepat kilat Alora beralih turun dari ranjang. "Aku haus, mau minum," ujarnya lalu berbalik hendak pergi dari sana. Tapi tak sampai 2 langkah yang dia ambil, Valter lebih dulu menghentikan langkahnya dengan memegang tangan kanannya.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang