28. That Woman

9.7K 732 266
                                    

Haloooo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••

"Valter."

"Ya, Little Mouse?" Sahut Valter tanpa mengalihkan pandangannya, matanya tetap fokus membaca persentase rincian pendapatan perusahaannya pada bulan ini. Namun meski begitu tangannya secara spontan mengelus surai hitam gadisnya yang tengah duduk di atas pangkuannya. Senyum puas tergambar pada wajah tampannya lantaran bulan ini keuntungan yang perusahaannya raih meningkat 10% dari sebelumnya.

Saat ini, kedua sepasang manusia itu tengah berada dalam ruang pribadi Valter. Ruangan ini dibangun oleh Draxler khusus untuk cucu kesayangannya. Sejak kecil Valter menghabiskan waktunya dalam ruangan ini, entah untuk bekerja ataupun menenangkan diri. Namun yang pasti dirinya merasa nyaman ketika berada dalam ruangannya.

Lain halnya dengan Valter, Alora justru terdiam saat mendapatkan perlakuan manis yang pria itu berikan. Hatinya berseru keras untuk tidak terpengaruh dan kembali luluh pada pria ini. Dia tak ingin berharap lebih, Alora tidak siap untuk kembali dijatuhkan.

Mendengar tak ada sahutan dari gadisnya, membuat Valter mengalihkan pandangannya menatap pada Alora. "Ada apa?"

"Apa aku sudah boleh keluar?" Tanya Alora hati-hati. Sungguh, berada dalam dekapan Valter terasa begitu mencekam baginya. Apalagi saat bayang-bayang kekerasan yang pria itu lakukan pada setiap korbannya membuat dirinya semakin takut bukan kepalang. Bahkan sedari tadi keringat dingin telah membasahi tubuhnya.

"Kenapa?" Tangan Valter terulur menyelipkan rambut gadisnya. "Apa kamu tidak nyaman berada di dekatku?" Sambungnya menusuk.

Sontak Alora menggeleng pelan, wajahnya terlihat panik. "Tidak, bukan seperti itu," sahutnya.

"Lalu seperti apa, Little Mouse?"

Pandangan Alora tak fokus, dia melihat ke segala arah. Dan hal itu menggambarkan perasaannya yang tengah diselimuti ketakutan. Dia tidak tahu harus menjawab apa, karena pada nyatanya dirinya memang tak nyaman berada di dekat Valter. Namun tak mungkin dia menjawab jujur, dia tidak ingin Valter tersinggung.

"Little Mouse."

"A-aku hanya ingin ke kamar mandi," sahut Alora pada akhirnya. Dia turut menampilkan wajah memelas agar Valter iba dan melepaskannya.

Senyum tipis tersungging pada wajah Valter. Tangan kanannya secara cepat menarik dagu gadisnya hingga membuat wajah Alora berjarak dekat dengannya. Jari jempolnya terangkat lalu mengelus pelan bibir merona milik gadis itu. "Haruskah aku mencium mu? Agar bibir ini berhenti mengatakan kebohongan?" Bisiknya lembut.

Ribuan kupu-kupu terasa berterbangan dalam perut Alora, wajah gadis itu memerah seiring dengan detakan jantungnya yang menggila. Belum sempat dirinya menjawab, sebuah ciuman lembut telah lebih dulu mendarat pada bibirnya. Alora terpejam dibuatnya, tangannya secara tak sadar mencengkeram baju yang Valter kenakan.

Tangan Valter terselip di antara rambut Alora, dia melumat habis bibir manis gadisnya hingga membuat pasokan udara terasa menipis. Namun meski begitu Valter sama sekali tak menghentikan ciumannya. Justru pria itu semakin memperdalam lumatannya.

Tak cukup hanya mencium, tangan Valter beralih masuk ke dalam baju yang Alora kenakan. Pria itu mengelus pelan punggung telanjang Alora. Lenguhan pun terdengar dari gadis itu. Alora memukul kuat dada Valter, berharap pria tersebut akan menghentikan aksinya.

Namun bukannya berhenti, Valter justru melakukan hal lebih. Dia menggigit pelan bibir Alora sehingga memberi celah untuknya masuk semakin dalam. Lidah Valter mulai membelai benda lunak milik Alora. Ciuman itu terasa begitu panas, he doesn't kiss, but he eats.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang