17. Hurtful

13.9K 922 154
                                    

Haloooo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••

Cahaya matahari pagi yang menembus kaca kamar milik pria kejam bernama Valter D'onofrio membuat sepasang anak adam dan hawa terusik dalam tidurnya. Sang gadis terlebih dulu membuka mata, untuk beberapa saat dia terdiam mengumpulkan kesadaran dan tenaga yang sempat terkuras. Matanya mengedar menatap segala interior mewah yang berada dalam kamar ini.

Pening menghantam kepalanya, membuat gadis itu meringis kesakitan. Dia memijat pelipisnya berharap dapat meringankan rasa sakitnya. Tanpa menunggu waktu lama dia mulai terpaku di tempat, ingatan mengenai kejadian semalam menyeruak masuk ke dalam otaknya, segala kegiatan panas yang sempat dialaminya berputar layaknya sebuah video tontonan.

Kedua pipinya memanas tanpa diminta, sentuhan Valter masih sangat terasa seolah pria itu meninggalkan jejak yang tak dapat dilupakannya dengan mudah. Bahkan tak hanya sentuhan, melainkan bisikan sensual penuh hasrat yang pria itu ucapkan turut dapat dia dengar meski samar.

Sontak Alora menggeleng cepat, berusaha menghilangkan segala pemikiran tak baiknya. Oh Tuhan, dia hampir gila rasanya.

Tak ingin berlarut-larut dengan ingatan panas itu, Alora lebih memilih untuk beranjak dari sana. Dia masuk ke dalam kamar mandi milik Valter guna membersihkan diri.

15 menit setelah kepergian Alora, seorang pria yang terbaring di atas ranjang mulai membuka mata. Dia beranjak dari posisinya lalu bersandar pada kepala ranjang. Tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia mengutak-atik ponselnya untuk beberapa saat lalu mendial nomor Robert.

Tak membutuhkan waktu lama Robert menjawab panggilannya. "Talk to me!" Titahnya tegas.

Mengerti dengan perintah Valter, Robert pun menjawab dengan lugas. "Caroline, Tuan. Wanita itu yang semalam memberi anda obat perangsang."

Tangan Valter yang menggenggam ponsel terkepal erat. Mata tajamnya menghunus ke depan sana. "Who is she?"

"Caroline adalah seorang maid di kediaman anda," Robert terdiam untuk beberapa saat. Dia ragu untuk melanjutkan ucapannya.

Valter dapat mendengar helaan napas berat dari pria yang ditelponnya. "That's it?"

"Caroline bukan hanya seorang pelayan biasa, Tuan. Tapi wanita itu anak dari Thomas Kiel, pria yang 2 tahun lalu anda hancurkan usahanya," ujar Robert memberitahu semua informasi yang sudah dia dapatkan.

Seringai tajam tersungging pada sudut bibir Valter. Dia mulai mengerti kemana arah penghianatan ini. "Berapa banyak yang dia ambil?"

"Caroline belum mengambil apa pun, Tuan. Karena wanita itu baru bekerja selama satu bulan di mansion anda."

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Robert?"

"Saya mengerti, Tuan. Caroline sudah berada di Palacio de Justicia," sahut Robert cepat.

Valter terkekeh pelan, dia suka dengan kinerja Robert. "Nice, sebelum aku datang berikan wanita itu sedikit hadiah," ucapnya kemudian memutus sambungan telponnya.

Tepat setelah Valter meletakkan ponselnya kembali ke posisi semula, Alora keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar. Handuk yang melilit tubuhnya tak mampu untuk menutupi semuanya. Kedua orang itu sama-sama terdiam saling menatap satu sama lain.

Valter memandang gadis di depannya dengan tatapan menelisik. Tubuh Alora yang putih bersih membuat bercak-bercak merah terlihat jelas memenuhi leher dan dada atas milik gadis itu. Dia tidak begitu mengingat dengan jelas karena dirinya berada dalam pengaruh obat, namun Valter dapat menyimpulkan bahwa tidak ada yang terjadi di antara mereka, selain hanya sebuah ciuman biasa.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang