13. Who Is He?

12.8K 830 129
                                    

Haloooo!!!!

Berjumpa lagi dengan mami✨

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••

Alora terdiam memandang tangan kanannya yang sudah diperban. Dia tidak melakukan apa pun setelah keluar dari ruangan Valter. Dia hanya berdiri mematung di depan ruangan pria itu, lalu secara tiba-tiba seorang dokter wanita datang menghampiri dirinya dan menawarkan untuk mengobati lukanya. Bahkan sebelum dirinya merespon wanita itu sudah menariknya menjauh dari sana.

Wanita tersebut membawanya ke dalam ruangan yang dipenuhi obat-obatan, Alora yakin jika tadi dirinya dibawa ke ruang kesehatan yang berada di kantor ini. Wanita itu memberikan beberapa nasihat padanya, salah satunya adalah jangan sampai membuat Valter marah. Alora tak begitu menanggapinya, dia lebih memilih keluar dari sana lalu duduk termenung di kantin kantor.

Alora menghela napas berat, ramainya kantin tak menyita atensinya. Elusan pelan dia berikan pada tangan kanannya dengan pikiran melalang buana. Alora selalu mencobanya, dia bersikap dengan penuh kehati-hatian agar tak mengundang amarah Valter. Namun semua usahanya terasa sia-sia, karena segala hal yang dia lakukan selalu salah di mata Valter. Pria berkuasa tersebut selalu bisa menemukan alasan untuk memarahinya habis-habisan.

"Alora."

Alora mengangkat wajahnya kala seseorang duduk di depannya. Dia mengingat pria ini.

"Ini pertama kalinya aku melihatmu di kantin," tutur pria itu sembari memberikan minuman bersoda yang telah dia buka tutupnya.

Alora menerimanya dengan baik. "Terima kasih, Tuan Joe," balasnya.

Pria yang berada di hadapan Alora terdiam seraya menatap lurus pada tangan gadis itu yang terbalut perban. Dia ingin menanyakannya, namun sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat.

Alih-alih menuntaskan rasa penasarannya, Joe lebih memilih untuk tersenyum cerah. "Kau mengingat namaku?" Ujarnya antusias.

Alora mengangguk mantap, sebuah senyuman turut terukir pada wajahnya. "Tentu, saya mengingat anda, Tuan."

Joe berdecak pelan. "Sudah ku bilang, jangan memanggilku dengan panggilan Tuan, aku bukan atasanmu Alora. Jadi santai saja."

Jari telunjuk kiri Alora mengetuk-ngetuk kaleng soda yang berada dalam genggaman tangannya. "Apa boleh?" Gumamnya pelan tapi masih terdengar. Dia ragu untuk berbicara santai pada Joe karena dirinya baru mengenal pria itu. Dia takut Joe akan menganggapnya lancang.

"Tentu saja boleh," sahut Joe ceria. "Kita bisa berteman, Alora. Aku mau menjadi temanmu," sambungnya berseru dengan penuh semangat yang menghantarkan rasa nyaman pada Alora.

Kalimat yang Joe ucapkan membuat binar-binar cerah terbit menghiasi mata cantik Alora. "Teman? Kita bisa berteman?"

Joe tersenyum menenangkan. "Of course!"

"Woahhhhh....." Alora tertawa kecil. "Baru kali ini ada yang mau menjadi temanku," decaknya kagum namun berhasil meruntuhkan senyuman Joe.

Pria itu terdiam untuk beberapa saat, batinnya bertanya-tanya tentang kalimat yang baru saja gadis itu lontarkan. Apa itu berarti selama ini Alora tak memiliki teman?

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang