14. She Is Mine

15.3K 853 65
                                    

Haloooo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••

"Who is he?" Gumam Valter dengan kedua tangan terkepal. Bayang-bayang tawa lepas Alora kembali hadir memenuhi kepalanya. Gadis itu terlihat begitu bahagia dan Valter tidak menyukainya. Dia tidak suka jika bukan dirinyalah yang membuat tawa bahagia Alora mengudara.

Kedatangan Valter ke kantin kantor bukan semata-mata untuk mengisi perut kosongnya, namun dia ingin melihat kondisi Alora yang tengah berada di sana. Rasa tak nyaman selalu membayanginya sedari tadi setelah dirinya menginjak kuat tangan mungil gadis itu sampai membuatnya terluka. Valter ingin memastikan jikalau dokter yang dia panggil khusus untuk Alora telah melakukan tugasnya. Dia ingin melihat luka gadis itu telah terobati atau masih seperti sebelumnya, memerah dan berdarah.

Namun Valter harus mengurungkan niat awalnya. Karena setibanya di sana dia disuguhkan pandangan yang sangat mengganggu. Entah darimana datangnya makhluk berjenis kelamin laki-laki itu, yang jelas Valter tidak menyukainya.

Suara pintu ruangannya yang terbuka menarik perhatian Valter. Pria gagah itu membalikkan tubuhnya lalu memandang tajam gadis bertubuh mungil yang mulai masuk dan berjalan perlahan mendekatinya.

"Anda memanggil saya, Tuan?" Tanya Alora dengan sopan beserta senyuman manisnya. Akan tetapi senyumannya tak bertahan lama, dia meneguk ludah kala menyadari bahwa pria di depannya kini tengah memandangnya dengan tatapan mengerikan. Dia tidak tahu apa kesalahannya kali ini, namun yang jelas Valter terlihat sangat menyeramkan.

Rahang pria itu mengetat dengan kedua tangan terkepal. Satu langkah maju yang Valter ambil, sama dengan satu langkah mundur yang Alora ambil.

"Who is he?" Desis Valter menyeramkan, menambah kesan mengerikan dalam ruangannya.

Alora sama sekali tidak paham dengan pertanyaan yang Valter lontarkan. Dia siapa? Siapa yang Valter maksud?

"Alora."

Panggilan yang terdengar rendah dan dalam itu mengantarkan perasaan tak nyaman dalam hati Alora. Dia takut akan kembali dihadapkan dengan Valter yang menyeramkan.

"Aku bertanya padamu, Little Mouse," bisik Valter memperingati saat tak mendengar sahutan dari gadisnya.

Mati! Alora tak dapat mundur lagi setelah punggungnya menabrak tembok di belakangnya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Jari-jemari jenjang Valter terulur menyusuri wajah cantik Alora. "Siapa dia?"

"M-maksud anda?" Balas Alora gugup. Tangannya dengan cepat menahan dada Valter yang semakin maju mengikis jarak diantara mereka.

"Pria lancang yang baru saja makan siang denganmu," bisik Valter pelan namun terkesan mengancam.

Hanya satu nama yang berdengung keras memenuhi kepala Alora, Joe. Apa Joe yang Valter maksud?

"Jawab aku, Little Mouse."

Alora memejamkan mata kala sentuhan tangan Valter merambat pada leher lalu turun menyusuri bahunya. Nafasnya memburu tanpa bisa dikendalikan, Alora merasa udara disekitarnya seakan menipis hingga membuat wajahnya memerah.

"Kau mulai bisu?!" Hardik Valter kesal lantaran tak kunjung mendapatkan jawaban.

"Joe, dia bernama Joe, Tuan," balasnya. Sungguh Alora tak sanggup untuk membuka mata, jaraknya dengan Valter begitu dekat. Dia merasa jantungnya akan meledak dengan cepat jika terus menerus berada di posisi ini.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang