15. Jealous?

14.5K 817 116
                                    

Halooo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••

"Kita tidak bisa berteman, Joe."

Dahi pria bernama Joe tersebut tengah berkerut, menandakan bahwa dirinya tidak mengerti dengan kalimat yang baru saja Alora lontarkan.

"Apa maksudmu, Alora? Kita baru saja menjalin pertemanan dan sekarang kamu tidak mau berteman denganku?"

Kedua tangan Alora saling meremas satu sama lain, dia gelisah namun juga takut secara bersamaan. "Iya, kita tidak bisa berteman!" Sahutnya cepat.

Joe semakin tidak mengerti. Dia meraih tangan kanan gadis itu untuk digenggam, akan tetapi tak sampai satu detik Alora telah menyentak tangannya dengan kuat hingga pegangannya terlepas.

"Jangan menyentuhku!" Seru Alora keras sembari memundurkan tubuhnya.

Respon yang Alora berikan menghadirkan sebuah tanda tanya besar dalam benak Joe. Matanya menyusuri wajah panik Alora. Dia merasa janggal, karena tidak masuk akal rasanya ketika gadis yang sebelumnya tertawa bersamanya, tapi kini justru terlihat ketakutan saat berada di dekatnya. Kecurigaannya semakin nyata, apalagi ketika melihat sebuah tanda merah keunguan tercetak jelas pada leher putih Alora. Padahal beberapa saat lalu tanda tersebut tidak ada, Alora menyembunyikan sesuatu darinya.

Jelas Joe tahu arti tanda tersebut, sebuah kissmark, yang berarti tanda kepemilikan dari seseorang.

Sebenarnya apa yang sudah gadis ini alami? Siapa yang memberikan tanda tersebut? Batin Joe bertanya-tanya namun tak berani mengutarakannya.

Alih-alih bertanya, Joe justru menampilkan senyuman terbaiknya. "Baiklah, aku minta maaf," balasnya sembari menatap dalam tapi terkesan lembut pada gadis di depannya.

"Aku menghargai keputusanmu, Alora. Tapi jika suatu saat nanti kamu berubah pikiran, datanglah padaku. Aku akan menyambut mu dengan baik dan kita akan kembali berteman," sambungnya menjelaskan dengan senyuman manisnya.

Alora terdiam dibuatnya. Tutur kata yang Joe lontarkan berhasil menyentuh hatinya. Keyakinannya untuk menjauhi pria itu semakin kuat meski rasanya tidak rela. Alora tak ingin Joe mati konyol di tangan Valter. Dia ingin Joe hidup bahagia dan tertawa seperti sebelumnya.

"Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik. Jika ada yang menyakitimu, kamu harus bisa melawannya, Alora," ujarnya memberi sedikit wejangan pada gadis itu. Banyak hal yang ingin Joe tanyakan, tapi dia lebih memilih untuk memendamnya saja karena Joe merasa tak memiliki hak untuk menuntaskan segala rasa penasarannya. Dia menerima keputusan Alora.

Dan kini Alora tampak membeku layaknya sebuah es batu dengan kedua matanya yang nampak sayu. Joe merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih santai. "Emmm... sepertinya aku punya cara yang lebih mudah. Jika nanti kamu merasa membutuhkan bantuan, kamu bisa menghubungiku kapan pun kamu mau. Kamu hanya perlu menyebut namaku 3 kali, maka aku akan datang, mengerti?" Ujarnya jenaka namun penuh akan keseriusan di dalam candaannya.

Alora menunduk guna menyembunyikan air matanya. Tangannya mengusap cepat sudut matanya yang mulai berair, sepertinya takdir tak pernah berpihak padanya.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang