12. Penegasan

14.1K 806 32
                                    

Haloooo!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••


Alora terdiam menatap pantulan dirinya pada cermin besar di depannya. Blouse putih yang dipadupadankan dengan rok hitam selutut dan rambutnya yang tergerai mempercantik tampilannya.

 Blouse putih yang dipadupadankan dengan rok hitam selutut dan rambutnya yang tergerai mempercantik tampilannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak buruk," batinnya.

Alora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia tersenyum tipis meyakinkan diri bahwa dia bisa melawan segala rasa takut yang membelenggunya selama seminggu terakhir ini. Dia harus melangkah maju, Alora tidak boleh terpuruk karena ada 3 orang yang bersandar padanya. Jika Alora menyerah, maka orang tua beserta adiknya akan mengalami nasib buruk. Alora tidak ingin itu terjadi.

Setelah meyakinkan diri, Alora membuka pintu kamar yang dia tempati. Dia melangkah keluar menuju lantai bawah. Alora tidak ingin membuat Valter menunggu, bukan bermaksud untuk terlalu percaya diri namun memang seminggu terakhir ini Valter selalu menunggunya untuk sarapan bersama.

Tanpa bisa dicegah semburat merah mulai menghiasi pipi tembam Alora. Mendapatkan perhatian kecil dari Valter berhasil membuat jantungnya berdebar. Dia tahu tidak seharusnya dirinya bersikap seperti ini. Tapi apa boleh buat, Alora tidak bisa menahan perasaannya.

Dugaannya sama sekali tak meleset, di depan sana lebih tepatnya pada sebuah kursi makan yang terlihat mewah terdapat seorang pria dengan tatapan tajamnya tengah terdiam di tempat sembari menatap lurus ke arahnya.

"Selamat pagi, Señor V," ujarnya memberi sapaan dengan penuh kehati-hatian.

"Duduk."

Tanpa berpikir dua kali Alora langsung mengikuti perintah yang Valter berikan. Dia mendudukkan dirinya di sebelah kiri pria itu. Para maid yang sedari tadi berdiri tegak di sekeliling meja mulai menyiapkan segala macam hidangan yang akan dirinya dan Valter makan. Mereka melakukan pekerjaannya dengan sangat baik, terbukti saat berbagai macam makanan telah tersaji dengan sempurna di hadapannya.

Salah satu maid menuangkan susu hangat ke dalam gelas yang berada di samping Alora. Gadis itu tersenyum canggung lalu mengucapkan rasa terima kasihnya. Alora belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini dan juga dirinya merasa tak enak hati, dia merasa bukan siapa-siapa hingga harus dilayani. Tak hanya perihal makanan, namun segala kebutuhannya selalu disiapkan oleh mereka.

"Makanlah Alora."

Suara tegas Valter yang mengalun indah menarik Alora dari lamunannya. Dia mengangguk singkat kemudian mulai menyantap sarapannya.

Banyak keanehan yang dia rasakan setelah seminggu berlalu. Mulai dari dirinya yang diperlakukan layaknya nyonya dan sikap semua penghuni rumah yang terasa berbeda dari sebelumnya.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang