30. Confession

12.4K 797 140
                                    

Haloooo!!!

HARUS BANYAK VOTE DAN KOMENNYA😠✨💛
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••


Beberapa jam setelah membersihkan diri, Alora pun keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar. Tubuhnya sudah terbalut dress simple karena sebelum masuk ke dalam sana Alora membawa baju ganti miliknya.

Pandangannya mengedar, memindai ke seluruh ruangan dan dia dapat bernapas lega kala tak menemukan keberadaan Valter. Untuk saat ini Alora tidak ingin terlalu sering melihatnya. Setiap kali melihat Valter, bayang-bayang kekejaman yang pria itu lakukan seolah menghantam kepalanya, dan Alora pusing dibuatnya.

Alora mengambil hairdryer guna mengeringkan rambutnya yang basah. Sesekali dia menyisirnya agar tidak terlalu berantakan. Beberapa saat setelahnya surai hitamnya pun telah kering dan rapi seperti sedia kala.

Pandangan Alora tak dapat teralihkan, dia menatap pantulan cermin yang menampakkan dirinya. Alora tak menyangka dia akan terlihat semenyedihkan ini, matanya terlihat sembab. Entah karena terlalu lama menangis atau terlalu lama tertidur tapi yang pasti dia terlihat sangat mengenaskan.

Tangan Alora terulur mengambil tas make up-nya. Dia pun secara telaten mengoleskan beberapa make up guna menutupi wajahnya yang terlihat menyedihkan, terutama di bagian mata. Alora tidak ingin orang-orang tahu jika dirinya menangisi Valter, tak bisa dia bayangkan akan seperti apa respon mereka nanti.

Untuk sentuhan terakhir Alora memoleskan sebuah lipbalm pada bibirnya hingga membuatnya cerah merona tapi tetap terlihat natural. Alora tersenyum puas melihat hasil make up-nya.

"Tidak buruk," ujarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak buruk," ujarnya.

Setelah dirasa cukup, Alora pun kembali membereskan peralatan make up-nya. Dan di sela-sela kesibukannya terdengar suara ketukan pintu dari luar sana. Dia yakin itu tidak mungkin Valter, karena kamar ini adalah milik pria itu, sudah pasti Valter bisa masuk dan keluar dengan mudah tanpa izin siapapun.

"Come in," ujarnya membuat orang yang berada di luar sana masuk ke dalam kamarnya.

"Permisi, Nona. Tuan Valter menyuruh saya untuk memanggil anda. Beliau sedang menunggu anda di meja makan," beritahu Lui yang tak lain adalah pelayan yang Valter tugaskan untuk melayani gadisnya.

"Aku tidak lapar," sahut Alora bermaksud untuk menolak.

"T-tapi Senor V menyuruh anda untuk turun. Jika tidak maka saya yang akan mendapatkan hukuman, saya mohon nona," ujar Lui mengiba pada Alora.

Alora menghela napas lelah, tak bisakah Valter membiarkannya tenang sejenak? Dia sedang tidak ingin melihat wajah pria itu, namun dia juga tidak mau membuat orang lain menderita akibat keegoisannya.

"Baiklah," pada akhirnya gadis itu tak memiliki pilihan lain, selain menekan egonya.

Meski enggan, Alora pun memilih untuk turun menemui Valter. Pijakan demi pijakan tangga dia lalui untuk sampai ke meja makan. Dan sesampainya di sana, kakinya secara perlahan mulai berhenti melangkah. Pandangannya lurus menatap ke depan sana, melihat pada seorang wanita cantik yang tengah menatap tajam dirinya. Lewat tatapan itu, wanita tersebut seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.

SEÑOR V [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang