5. PERJUANGAN

408 19 3
                                    

Lea terbangun dengan infus di tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea terbangun dengan infus di tangan kirinya. Setelah meminta waktu sendiri pada Sus Tiwi, wanita itu sempat makan siang lalu jatuh tertidur.

Banyak hal yang jadi bahan pikiran wanita berbadan dua itu. Alden salah satunya, kehadiran pria itu dalam mimpi Lea justru buat dirinya semakin ingin menangis, bisa-bisanya ia berkhayal bahwa Alden datang menemuinya, di saat pria itu bahkan sudah memposting foto preweddingnya beberapa hari lalu.

"Mba Lea, masih pusing?" suara Sus Tiwi, berhasil hentikan lamunan Lea.

Lea menggeleng, ia tidak begitu ingin tahu tentang kejelasan dari kejadian beberapa saat yang lalu. Ketidakhadiran Alden di sana saja sudah cukup membuatnya tersadar kalau tadi hanya berhalusinasi saja.

"Mbak Lea, Sus minta maaf sekali karna harus ngasih tau ini," ucapan nanggung Sus Tiwi justru buat Lea penasaran, maka ia dengan cepat menghabiskan sisa jus pemberian susternya itu.

"Ada apa sus? Jangan bikin Lea takut deh," balasnya sedikit khawatir.

"Mba Lea banyak pikiran yah akhir-akhir ini?"

Lea mengangguk pelan, tidak ingin berbohong karena ia harus tetap memikirkan kesehatan bayinya.

"Mba Lea, kandungan Mba mulai melemah. Kata dokter harus segera dilakukan operasi sesar, ini demi keselamatan ibu dan bayi"

Penjelasan Sus Tiwi buat tubuh Lea mendadak melemah. Apa lagi ini Tuhan? Ia tidak sanggup dengan tiap cobaan yang seolah selalu saja datang mengujinya.

"Berarti adek lahir prematur dong Sus?"

Sus Tiwi mengangguk pelan, sebelum genggam tangan pasiennya. Lea adalah salah satu single mother paling kuat dari sekian banyak ibu yang ia dampingi sebelumnya.  Kerasnya cobaan hidup wanita itu benar-benar buat Sus Tiwi ikut sakit hati, bagaimana bisa orang sebaik Lea dibuat semenderita ini?

"Mba, bisa kok. Adek bakal baik-baik saja. Ini juga demi keselamatan kalian, Sus jamin semuanya bakal berjalan dengan lancar," ucap Sus Tiwi, coba yakinkan Lea untuk tetap semangat.

Dengan pelan, Lea elus perutnya. Airmata tidak lagi terbendung, berbondong-bondong terjatuh membasahi pipinya.

"Adek, maafin ibu yah? Adek kita bisa kan? Ibu janji akan berusaha buat adek, kita ketemu lebih cepat yah dek," ucapnya susah payah menahan isak tangis yang sudah akan lolos dari bibir mungil itu.

Lea menangis. Sakit di hatinya tidak bisa ia tahan seperti sebelum-sebelumnya. Ada penyesalan dan rasa bersalah di sana. Harusnya ia tidak begitu memusingkan Alden, harusnya ia lebih perhatian dengan anaknya. Dan masih banyak lagi penyesalan yang terus bersahutan dalam kepalanya. 

Sus Tiwi peluk erat tubuh Lea, wanita paruh baya itu sudah seperti sosok ibu bagi Lea. "Bisa pasti bisa, Mba. Tenang aja yah!" bisik Sus Tiwi, sebelum kembali tenangkan Lea dalam tangisnya.

Lea, hidup memang tidak semulus khayalan tentangnya. Maka, bangkitlah! Tegarmu dibutuhkan untuk hadapi semuanya, tenagamu juga harus disimpan agar bisa melewati perjuangan ini. Karena ini bukanlah akhir, melainkan permulaan. Lea, semoga selalu kuat.

"Sus, Lea janji bakal bawa adek ke dunia dengan selamat, adek harus bahagia!"

Sus Tiwi menangis, semakin kuat mengelus punggung Lea. Beri kekuatan yang tentu saja dibutuhkan oleh wanita yang banyak ditempa cobaan itu.

"Iya,Mbak. Bawa adek ke dunia yah, kalian harus bahagia. Sus selalu disini temani Mbak Lea!"

Lea tersenyum, hapus airmatanya, kemudian mengangguk pelan. "Bilang dokternya Sus. Lea siap dioperasi. Lea sudah siap berjuang!"

 Lea sudah siap berjuang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA LA LOST YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang