Sarapan pagi ditutup dengan pantun aneh Sadewa, kini ketiga orang itu tengah duduk lesehan di ruang TV.Dewa arahkan salah satu sumpit sebagai alat untuk menunjuk gambar buah pada poster yang kemarin ia beli. Kata dokter, Gemilang sedang dalam tahap belajar bicara, jadi latihan kosakata akan sangat bagus untuknya.
"Ini namanya banana, apa Gemi namanya?"
"Nanana"
Dewa terkekeh, "Banana sayang," ucapnya sekali lagi.
"Nanana" celoteh Gemilang benar-benar membuat Dewa tertawa bahagia.
"Oke untuk sekarang namanya itu. Bahasa Indonesianya pisang. Coba nak!"
"Cang yah, Cang!"
"Aduh lucunya. Iya sayang pisang!"
Sadewa cubit pipi gembul Gemilang, sebelum beralih menunjuk brokoli.
"Kalo ini namanya brokoli"
"Coli yah, coli!"
Sadewa dan Lea dibuat melongo. Iya tahu, ocehan Gemi masih belum sempurna. Tapi, yang satu ini agak ambigu.
"Dewa jangan sesat yaa!" kesal Lea dengan tatapan tajamnya.
"Ga sesat yang, Gemi aja yang belom bisa bilang brokoli," balas Dewa di sela tawanya.
Lea terdiam, biarkan Gemilang diajak bermain bersama Dewa karena putranya sudah bosan belajar.
Tawa Gemilang dan Sadewa jadi pengisi sunyinya apartemen mereka pagi itu. Dewa dengan usilnya mencium perut Gemilang, serta Gemilang yang kegelian dan tertawa.
Lea jadi merenung, apa benar menerima Sadewa adalah hal yang tepat? Pasalnya, sampai saat ini pun ia masih merasa tidak pantas untuk Sadewa. Tidak hanya itu, restu dari orangtua Sadewa, akankah ia dapatkan? Biar bagaimana pun, Lea termasuk dalam kategori wanita tidak bersuami dan bisa dibilang tidak jelas karena Alden dan dirinya sudah usai.
Lalu, apakah Sadewa nanti tidak akan dapat komentar buruk kalau-kalau mereka bersama?
"Kan, ngelamun lagi. Aku sama Gemi dianggurin!"
Lea tersadar, kemudian beri senyum kikuk pada Dewa yang menatapnya penuh selidik.
"Kenapa sayang?"
Tidak ada jawaban dari Lea, wanita itu sibuk perhatikan Gemilang yang anteng dengan mainannya. Sementara Dewa sudah duduk di karpet bulu, mengawasi Gemilang tentunya.
"Le, mikirin apa sih? Kamu akhir-akhir ini suka banget diam sambil ngelamun gitu," Dewa berucap sambil lirik sekilas ke arah Lea yang masih diam.
"Kangen Alden?"
Sebenarnya, Sadewa benci sebut nama itu. Nama pria yang disayangi dan jadi pemenang hati Lea. Namun, apa boleh buat? Cinta tidak bisa ia paksakan bukan? Kalau memang pada akhirnya takdir Lea kembali pada Alden, maka ia akan siap merelakan dengan lapang. Relakan cintanya bertemu kebahagiaan.
"Kenapa bahas dia?"
Lea tahu betul, Sadewa adalah haters nomor 1 Alden. Kebenciannya kian bertambah setelah Lea ceritakan kisahnya dengan Alden. Namun, ia juga tahu, dibalik itu Sadewa pasti punya alasan lain, mengapa ia begitu membenci ayah kandung Gemilang itu.
"Gabut,"
Lea mendengus, tahu kalau Dewa sedang coba alihkan pembicaraan.
"Aku ga kangen dia De! Lebih kangen abang-abangku. Mereka pasti kecewa yah?"
"Ga mungkin ga kecewa. Tapi, mereka juga pasti rindu adek cantiknya ini!"
Mereka tertawa, buat Gemilang beralih menatap kedua orangtuanya itu.
"Gemi udah mainnya?" tanya Dewa yang dibalas anggukan oleh bayi itu. Kini, Gemilang sudah merangkak mendekati Dewa, kemudian beralih duduk dalam pangkuan Sadewa.
"Gemi dengerin yayah ya! Gemi itu istimewa sekali, kesayangan Bubu dan Yayah. Kalau nanti sudah besar, dan teman-teman buat jahat ke Gemi, tolong bilang ke yayah ya?"
Gemilang mengangguk patuh, seolah mengerti dengan ucapan Sadewa. Sementara Lea hanya tersenyum dengan menahan tangisnya. Jujur, ia kerap kali iri melihat bayi lain tumbuh dengan ayahnya, tetapi anaknya tidak bisa.
"Gemi itu istimewa karna punya bubu, yayah dan juga papa. Papa kandung Gemilang itu orang baik sebenarnya, jadi jangan benci papamu seperti yang yayah lakukan ya? Gemi nanti yayah kenalkan sama papa yah. Biar Gemi tau kalau banyak orang yang sayang sama Gemi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LA LA LOST YOU (END)
RomanceSeperti kata pepatah, akan selalu ada pelangi setelah hujan. Begitulah hidup Azalea Putri setelah kisah cintanya dihujani airmata sebelum hadirnya Gemilang. Banyak hal yang terjadi, buat Lea mati rasa. Tadinya ingin berontak, tapi salah jalan, alhas...