Gemilang tertidur tenang, dengan infus yang terpasang pada jemari mungilnya. Pemandangan yang sempat buat Lea menangis itu, benar-benar tidak ingin Lea lihat lagi.
Semalam benar-benar hectic. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, Gemilang terus saja rewel sambil panggil yayahnya. Hal itu turut buat supir grab yang mereka pesan ikut khawatir. Teringat ucapan pria paruh baya itu, "Suaminya lagi ga ada kah Mbak? Kasihan si kecil sepertinya mau sama ayahnya," ucapan itu terus memenuhi isi kepala Lea, hingga saat ini. Bahkan, soal Sadewa yang sudah hampir tiga hari tak berkabar pun, buat Lea makin kepikiran.
Lea kembali tatap ponselnya, beberapa kali ia coba untuk hubungi Sadewa, tetap saja hasilnya nihil. Bahkan, pesan yang ia kirimkan tak kunjung dibaca ataupun dibalas oleh pria itu.
"Salah yah De, aku berharap sama kamu gini? Harusnya aku sadar diri dari awal dan ga libatkan Gemilang. Dia sudah nyaman, susah buat lepas kamu. Tapi, aku harap semoga ga ada kabarnya kamu ini bukan karna mau pergi yah. Aku ga siap merelakan untuk kedua kalinya," gumam Lea, sebelum pintu ruang rawat Gemilang diketok dari luar.
"Lho, Lea?!"
"Eh? Kak Susan?!"
Kedua wanita itu sama-sama kaget. Lea yang kaget ketika lihat keberadaan kakak perempuan Sadewa, sedangkan wanita berjas dokter yang ia tatap pun sama kagetnya melihat Lea yang ada di ruang rawat pasiennya.
"Kamu ngapain di sini Le?" ucap Susan, usai beri pelukan hangatnya untuk Lea.
"Ah, aku jagain anak aku kak. Kebetulan dia lagi sakit dan diminta buat opname dulu sama dokter Vanesa," balas Lea, buat Susan mematung.
"Anak? Kamu kapan nikahnya?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Susan, buat Lea tersenyum maklum. Sudah tidak heran lagi, karena ia tidak pernah terlihat menikah tetapi sudah memiliki seorang anak.
"Aku belum nikah kak," balas Lea setenang mungkin, buat pergerakan Susan yang sedang menyuntikan cairan di infus milik Gemilang terhenti.
Susan tatap Lea, butuh penjelasan lebih.
"Aku sama Alden sempat tinggal bareng dan akhirnya punya Gemilang," jelas Lea, malas sebenarnya membahas hal tersebut. Sedikit kesal juga, karena dokter yang memeriksa keadaan putranya digantikan oleh Susan.
Susan semakin terkejut. Dokter muda itu terus menatap Gemilang yang tertidur, kemudian baru mengangguk karena menyadari kemiripan Gemilang dan Alden sepupunya.
"But, Alden sudah menikah Le. Kamu sama dia gimana?"
Lea tersenyum. Lagi-lagi menelan sakitnya luka lama yang kembali terusik. "Aku putuskan buat hidup berdua sama Gemi,kak," balasnya sopan.
Susan mengangguk, beri pelukan pada Lea. "Kamu kuat yah! Hebat sekali," ucap Susan, sebelum beri tepukan pada pundak Lea.
Lea tersenyum, mengangguk pelan sambil bilang terima kasih. Hingga pintu ruang rawat Gemilang kembali terbuka, tampilkan sosok Sadewa yang ngos-ngosan dengan pelu di seluruh wajahnya.
"Dewa?" ucapan Susan diabaikan oleh pria berstelan kantor itu. Dengan sigap, ia bawa tubuh Lea dalam dekapannya. Abaikan tatapan kaget sang kakak yang juga masih berada di sana.
"Maaf. Maafin aku sayang. Aku terlalu sibuk sama urusan disana, hp aku lupa diambil ke tukang servis karna abis jatoh. Aku lupa salin nomor kamu. Aku-aku minta maaf, harusnya aku balik dari semalam buat nemenin kamu dan Gemi. Sayang, maaf," ucapan Dewa, semakin buat Susan kaget. Sementara Lea yang masih mematung, bingung harus bereaksi apa.
"Hiks huaaa yayah," suara Gemilang yang baru saja terbangun karena tidurnya terganggu, jadi pengalih perhatian ketiga orang itu.
Dewa dengan cekatan lepas pelukannya dari Lea, bergegas mendekati brankar untuk menggendong tubuh putranya itu.
"Yayah disini sayang, it's ok yayah ga akan pergi lagi. Maaf yah nak, yayah lambat datangnya. Gemi pasti sakit banget yah? Maafin yayah, sayang," ucap Dewa, elus lembut punggung bayi kesayangannya itu. Buat kakaknya semakin kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA LA LOST YOU (END)
RomansaSeperti kata pepatah, akan selalu ada pelangi setelah hujan. Begitulah hidup Azalea Putri setelah kisah cintanya dihujani airmata sebelum hadirnya Gemilang. Banyak hal yang terjadi, buat Lea mati rasa. Tadinya ingin berontak, tapi salah jalan, alhas...