2. IKHLAS ?

512 26 18
                                    

Lea tatap pria berpakaian khas polisi itu dengan bangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea tatap pria berpakaian khas polisi itu dengan bangga. Entah apa kata orang, tapi, Alden benar-benar gagah dengan balutan seragam andalannya itu.

"Aku berangkat yaa," ucap Alden, usai beri pelukan serta kecupan pada kening Lea. Buat wanita ber daster biru tua itu mengangguk dengan senyuman.

"Hati-hati yah!" jawabnya, dibalas sikap hormat oleh sang kekasih. Lea terkekeh, sebelum tutup pintu apartemen miliknya.

Hari sabtu memang hari kesukaan Lea. Dimana ia bisa bersantai dan mengoreksi pekerjaan muridnya, selain itu, ia juga bisa malas-malasan sambil menonton televisi.

"Kamu mau makan apa hari ini?" pertanyaan itu Lea lontarkan untuk bayi yang sudah empat bulan dalam kandungannya. Bayi yang jadi alasan Lea dan Alden berjuang sekaligus alasan mengapa perut wanita itu membuncit.

Drrtt...Drtt...

Lea meraih benda pipih bercase hitam polos. Seperti biasa, Alden selalu melupakan ponselnya, beruntung cowok itu menggunakan dua ponsel. Jadi, Lea masih bisa berkabar dengannya.

Awalnya Lea hanya ingin mengecek notifikasi apa yang masuk, namun, begitu melihat nama yang tertera pada layar ponselnya, Lea buru-buru membuka pesan tersebut.

Andien (sister)

Mas Alden ga balik lagi yah bulan ini?
Kata bunda, Mas mau balik kalau bareng kak Lea aja yah?
Mas, adek kangen banget. Bunda juga. Sering nangis tuh di kamar sendirian
Apa Andien minta tolong kak Lea aja? Biar mas bisa pulang lagi?

sehat" yah mas, kalo bisa birthday Andien tahun depan mas balik. Andien ga yakin sabtu depan mas datang di acara ultah andien

selamat kerja mas!

Lea menangis. Sungguh, bukan maksudnya memisahkan Alden dan keluarga cowok itu. Hanya saja, ia benar-benar tidak bisa berbuat apapun selain pergi bersama Alden.

"Udah kuduga!"

Lea menoleh, lihat sosok yang jadi alasan dirinya menangis.

Alden memang pulang karena melupakan ponselnya. Bukan apa-apa, hanya saja ponsel itu penting juga untuk komunikasi dengan rekan kerjanya.

"Kamu kenapa?" tanya Alden, usai bawa Lea dalam dekapan hangatnya. Persetan dengan terlambat kerja, ia harus pastikan cintanya baik-baik saja dulu.

"Kamu balik ke rumah yah. Andien ultah kan minggu depan? Kasihan kamu ga pernah pulang Al!"

Alden menghela napas. Lea ini terlalu baik. Padahal, ia bisa saja kehilangan Alden kalau cowok itu sampai benar-benar pulang ke rumahnya.

"Aku pulang kalau sama kamu Le," jawab Alden yang selalu sama.

Lea menghela napas, sebelum beralih tangkup wajah Alden.

"Apa udah saatnya pulang?" Ucapan Lea yang berhasil bungkam mulut Alden.

Haruskah mereka kembali? Apa kali ini akan berbuah manis?

Tiga bulan kemudian..

Lea tatap hamparan langit lewat jendela apartemen. Sudah jadi rutinitasnya sejak tiga bulan yang lalu.

Jika kalian mengira kalau ia benar-benar pulang bersama Alden, maka kalian juga termakan tipu daya Lea.

Dari awal mengenal, dekat bahkan terlibat dalam hubungan rumit bersama Alden, Lea sudah bisa menebak akhir dari semuanya. Ia sudah tahu kalau tidak akan pernah ada restu untuknya bersama dengan Alden. Entah itu dengan ataupun tanpa kehadiran buah hati mereka yang akan lahir dua bulan lagi.

"Hidup itu lucu yah dek?" ucap Lea, sambil usap lembut perutnya yang nampak bergerak. Pertanda bahwa si kecil sedang menendang di dalam sana.

Lea sudah lama sekali menutup diri. Hanya keluar untuk berbelanja dan periksa ke dokter. Selebihnya ia hanya akan berdiam diri di apartemen.

Untuk pekerjaan, Lea masih punya tabungan serta bisnis online shop yang ia kembangkan sejak masih kuliah. Jadi, tidak masalah jika ia berhenti bekerja di SMA Harapan.

"Papa kamu apa kabar yah dek?" lagi, Lea bertanya dengan perasaan yang amat sangat sakit. Ia lelah, ia butuh penawar untuk rasa sakit yang masih setia menyerangnya lewat bayang-bayang Alden. Namun, apa mau dikata? Lea sendiri yang mengambil resiko dengan melepaskan cintanya. Ia juga harus menerima konsekuensi dari apa yang ia lakukan bukan? Jatuh cinta memang begitu. Hanya ada dua pilihan akhir, menyambut kebahagiaan atau menerima luka. Sayangnya, Lea kebagian opsi kedua.

 Sayangnya, Lea kebagian opsi kedua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA LA LOST YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang