7. SADEWA

416 20 0
                                    

Lea memilah bahan makanan yang hendak ia beli, sesekali menyauti ocehan Gemilang yang anteng di stroller bayinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea memilah bahan makanan yang hendak ia beli, sesekali menyauti ocehan Gemilang yang anteng di stroller bayinya. Sus Tiwi kebagian tugas mendorong troli yang berisi belanjaan mereka. Gemilang yang mulai ceria, buat Lea bernapas lega. Pasalnya, beberapa hari lalu, anaknya sempat demam usai imunisasi. Untungnya, Gemilang sudah membaik jadi bisa ia bawa sekalian menemani dirinya dan Sus Tiwi untuk berbelanja kebutuhan rumah.

"Sus ambil detergen dulu yah Mba. Mba sama Gemi disini saja nunggunya, Gemi anteng banget itu lihat sayuran hijau," ucap Sus Tiwi, sebelum beranjak dengan trolli belanjaannya, sisakan Lea dan Gemilang yang kini sedang bertatapan.

"Lea?"

Atensi Lea pada Gemilang berpindah, usai dengar namanya dipanggil seseorang.

"Lho, Dewa!" ucapnya, setelah temukan sumber suara. Sadewa Abimanyu, pria berpakaian santai itu mendekat dengan troli belanjaan miliknya.

"Kamu sama siapa Le?" tanya Dewa, usai beri pelukan hangat untuk teman lamanya itu.

Lea menunjuk ke arah stroller Gemilang. "Aku sama anak aku, susternya juga. Tapi, lagi ngambil sisa belanjaan," balas Lea, tersenyum ke arah Dewa.

Pria yang ia sapa Dewa itu menatap sosok bayi lucu yang sedang mengoceh tidak jelas, sesekali bermain dengan jari mungilnya.

"Mukanya Alden banget yah"

Lea mengangguk, Dewa bukan satu-satunya orang yang berkata demikian.

"Alden mana? Kerja kah?"  tambah Dewa, buat senyum di wajah Lea memudar. Ia memang berteman dekat dengan Dewa semasa SMA, tapi terpisah ketika kuliah di jurusan dan universitas yang berbeda, tetapi komunikasi mereka lumayan lancar.

"Alden ga di sini De, hehe. Aku single parent," jelas Lea, langsung diangguki cepat oleh Dewa.

Suasana sedikit canggung usai pembahasan mengenai Alden, buat Dewa akhirnya berjongkok untuk melihat lebih jelas wajah lucu Gemilang.

"Namanya siapa Le?"

"Gemilang, De. Aku biasa panggil dia Gemi,"

Dewa tersenyum, bawa tangannya untuk elus jemari mungil Gemilang. Bayi tiga bulan itu hanya tersenyum sambil mengoceh tidak jelas. Binar di matanya buat Dewa terpesona.

"Kapan-kapan uncle ajak main yah, Gemi. Nice to meet you!" ucap Dewa, undang senyuman di wajah Lea.

Dengan menirukan suara anak kecil, Lea menjawab, "siap uncle Dewa!"

***

Lea tersenyum melihat putranya yang lagi-lagi tengah tengkurap di ranjang. Ia biarkan Gemilang melakukan hal tersebut kali ini, mengingat bayi lucu itu sudah cukup kuat dan genap tiga bulan.

"Sus, besok pulangnya naik kereta kah?" tanya Lea, tangkap atensi sus Tiwi yang baru selesai berkemas. Sus Tiwi memang hanya bekerja mulai kehamilan Lea berusia 5 bulan sampai Gemilang berusia 3 bulan. Begitulah kontrak kerja sang suster, dan sisanya dilanjutkan oleh Lea.

"Iya Mba. Ga kerasa yah udah mau pisah aja sama kalian berdua," jawab Sus Tiwi, tatap bayi yang aktif di ranjangnya.

Lea mengangguk setuju. "Iya, Sus ga kerasa banget. Padahal, baru aja kemaren rasanya apa-apa saya didampingi suster"

Kedua wanita itu terkekeh, sebelum kembali hening.

"Mbak sama Gemi baik-baik yah di sini. Kalau ada apa-apa jangan sungkan telfon atau hubungi suster yah?"

Lea mengangguk patuh, beri senyuman terbaiknya untuk Sus Tiwi.

"Mbak Lea juga, jangan banyak pikiran yah. Mbak sama Gemi harus bahagia dan pantas bahagia. Kalau mau cerita apa-apa boleh juga kontak suster. Selalu siap kalau soal Mbak sama Gemi mah!"

Lea terkekeh, sedikit menerawang. Sus Tiwi salah satu sakti bagaimana keadaanya setelah merelakan Alden.  Sus Tiwi juga yang selalu ada dan siap jadi tempatnya mencurahkan rasa rindu serta kesedihannya karena teringat Alden.

"Terima kasih yah Sus. Sudah mau bantu dan dampingi saya selama ini, terima kasih juga sudah sayang sama Gemi. Semoga, suster selalu sehat dan bahagia juga yah. Oh ya, ini ada sedikit hadiah dari saya dan Gemi," ucap Lea, beri sebuah amplop yang lumayan tebal pada Sus Tiwi.

"Astaga, ga perlu Mba. Saya juga senang bisa ketemu Mbak dan bisa rawat Gemi. Saya iklas kok"

"No no, ini dari Gemi lho sus. Diterima yah!"

 Diterima yah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA LA LOST YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang