Sudah dua hari sejak kabar kecelakaan pesawat, selama dua hari ini pula Sadewa menginap di bandara. Beberapa kerabat korban pun sudah mendapat kabar. Namun, berbeda dengan Sadewa. Pria dengan pakaian rumah sakit itu masih setia duduk menanti kabar dua kesayangannya, dua hari menginap di bandara dengan badan yang belum sepenuhnya pulih, Sadewa benar-benar kehilangan arah.
Dewa tidak pernah merasa sekecewa dan sehancur ini sebelumnya. Hal ini bahkan lebih sakit daripada harus merelakan mimpinya demi ekspektasi orangtuanya, pun lebih sakit dari mendengar cerita Lea tentang betapa cintanya wanita itu pada Alden.
Banyak hal yang sudah Sadewa lewati sebelumnya dengan airmata, tapi percayalah bahwa hilangnya Azalea Putri dan Gemilang tidak bisa buat airmata Sadewa berhenti mengalir.
"Lho, Dewa? Sendirian aja? Masuk dulu, De!" ucap Laksa, jadi sambutan untuk Sadewa yang akhirnya memutuskan untuk menghampiri kediaman orangtua Lea.
Rumah dua lantai dengan design sederhana dan minimalis itu merupakan tempat ternyaman untuk Dewa, sejak masa sekolah. Bengkel berukuran sedang yang ada di depan rumah itu pun, masih jadi hal paling menarik untuknya. Apalagi, kedatangan Gabriel Pramudya, ayah dari Lea itu berhasil buat rasa rindu Dewa kian bertambah.
"Apa kabar Dewa? Sehat-sehat aja kan?" tanya pria paruh baya tadi, berhasil buat Dewa ingin menangis saat itu juga.
"Dewa baik, om. Om sendiri gimana?"
Gabriel mengangguk, "Yah seperti yang kamu lihat, De," balas pria yang terlihat sedikit kurus itu, buat Dewa mengangguk. Sedingin-dinginnya Gabriel, pria itu tetap menyayangi putrinya.
"Eh, ada anak ganteng kesini. Apa kabar Dewa? Sudah lama ga ketemu yah," kali ini, Marisa—ibunda Lea, yang bertanya.
"Baik, Bu. Ibu apa kabar?"
"Seperti yang kamu lihat, nak. Gini-gini aja, hehe,"
Percakapan singkat tadi, buat Dewa merasa sedih. Ia rindu Lea, seandainya wanita itu di sini bersama Gemilang juga, pasti akan lebih menyenangkan.
"Dewa ditemenin ngobrol dulu yah, Bang. Bapak mau ke bengkel lagi, udah lewat istirahat makan siang ini," ucap Gabriel, sebelum tinggalkan Dewa dengan Laksamana. Sementara Marisa sudah pamit untuk melanjutkan acara menjahitnya.
Kini, tinggallah Laksa dan Sadewa di ruang tamu. Kedua sosok yang sama-sama sangat menyayangi Lea itu, masih terdiam.
"Maafin Dewa, Bang," ucap Sadewa, sebagai pembuka obrolan mereka.
Laksamana terdiam cukup lama. Sebenarnya, ia sudah tahu kalau Lea dibawa oleh pria itu untuk bertemu keluarganya karena memang Sadewa sempat meminta restu padanya dan kedua adik laki-lakinya, Jayden dan Mada.
"Lea, ditolak yah?"
Sadewa mengangguk, menunduk kecewa, karena keluarganya sungguh sudah berlaku jahat pada kekasihnya.
"Mau gimana lagi, De? Biar gimanapun, semua orangtua pasti mau yang terbaik buat anaknya. Sama seperti ayah dan bundamu. Jangan minta maaf, Dewa. Dengan kamu menerima Lea dan Gemi saja, sudah lebih dari cukup untuk kami. Mungkin, memang kalian belum dikasih waktu yang tepat aja," balas Laksa, setelah diam cukup lama.
Laksamana ini paling pendiam diantara semua kakak Lea, tapi, dialah yang paling disegani Sadewa. Laksa tidak banyak bicara, tapi selalu berhasil buat Dewa kagum dengan tutur kata serta pemikirannya yang dewasa, buat Dewa banyak belajar dari pria itu.
"Tapi, Lea hilang bang. Dia sama Gemi ke Bali, pesawatnya hilang kontak, merek–"
"Mereka ga hilang, Dewa. Percaya sama Abang. Mereka baik-baik aja,"
"Maksud abang?"
"Lea butuh waktu buat sendiri. Sebelum pergi sama Gemilang, dia sempat minta ketemu abang. Cerita semuanya, tentang pertemuan dengan keluarga kamu, sama pertemuannya dengan Alden,"
"Alden? Dia ketemu Lea?"
"Iya, mereka sempat ga sengaja ketemu pas Lea pergi dari rumah kamu. Lea ga jelasin secara detail tentang pertemuan mereka. Tapi, Lea minta waktu buat sendiri dulu. Dia tau, kalau kamu bakal nyamperin abang buat nanyain dia, makanya dia minta tolong ke abang buat jelasin ke kamu kalau dia sama Gemi bakal baik-baik aja,"
"Abang ga bohong kan? Tapi, pesawatnya? Lea sama Gemi beneran selamat kan bang?"
Laksa mengangguk, tepuk pelan pundak Sadewa.
"Mereka bakal baik-baik aja, Dewa. Kita kasih mereka waktu yah! Biar Lea sembuh dulu, biarin dia tenang. Kalau sudah waktunya, kamu boleh jemput dia lagi buat dibawa pulang," final Laksamana, buat Dewa mengangguk. Iya, kali ini ia biarkan cintanya untuk sembuh dulu. Lea terlalu banyak terima rasa sakit dan luka.
"Jangan khawatir lagi yah,"
Sadewa kembali mengangguk, hatinya yang gundah selama dua hari ini kembali tenang. Setidaknya Lea dan Gemilang aman, walau mereka berada entah di belahan bumi bagian mana.
'Tunggu aku yah, Le. Aku juga mau berbenah, aku bakal pantaskan diriku buat sembuhkan luka kamu. Sampai waktunya kita buat ketemu lagi, aku harap hati kamu masih buat aku yah. Will be missing you and my son,' batin Sadewa, dengan senyum tulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA LA LOST YOU (END)
RomanceSeperti kata pepatah, akan selalu ada pelangi setelah hujan. Begitulah hidup Azalea Putri setelah kisah cintanya dihujani airmata sebelum hadirnya Gemilang. Banyak hal yang terjadi, buat Lea mati rasa. Tadinya ingin berontak, tapi salah jalan, alhas...