26. JAWABAN

271 15 1
                                    

Lea terbangun usai malam yang panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lea terbangun usai malam yang panjang. Percakapannya dengan Dewa semalam, sungguh membuat hati dan pikirannya tidak baik-baik saja. Dari sekian banyak alasan, mengapa harus Alden yang  pria itu ungkit?

Lea tatap sisi kanan ranjangnya yang kosong, masih terlalu pagi untuk seorang Sadewa bangun. Lea abai, mungkin Dewa sedang ingin berolahraga, pikirnya. Maka, wanita dengan stelan piyama biru itu memilih untuk menghampiri Gemilang.

Gemilang sudah terbangun, sibuk memainkan boneka beruang kecil pemberian Sadewa yang selalu ada di ranjang bayi miliknya.

"Good morning anak ibu!" ucap Lea, beri senyuman manisnya.

Gemilang tertawa, buat Lea ulurkan tangannya hendak menggendong bayi gembul itu. Tidak seperti biasanya, Gemilang tepis uluran tangan ibunya. Padahal, biasanya bayi itu akan dengan antusias menyambut uluran tangan itu.

"Lho, kok Gemi gitu? Ga mau yah sama ibu?" Lea bertanya bingung, sedangkan Gemilang mulai menggeleng.

"Yayah, au yayah bu!"

Lea menghela napas pelan. Sepertinya bukan hanya hatinya yang berhasil dimenangkan oleh Sadewa, melainkan hati Gemilang juga.

"Yayahmu lagi keluar sayang, sama bubu dulu yuk. Kita tunggu yayah balik," ucap Lea, coba beri pengertian untuk putranya, walau Gemilang tentu saja tidak mengerti dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Gemilang menangis, buat Lea dengan paksa bawa tubuh bayi itu dalam gendongannya. Meski Gemi berontak dalam gendongannya, Lea tetap sabar menimang-nimang bayi gembul itu sambil berikan kalimat penenang.

Pukul 11 siang.

Ketidakhadiran Sadewa kali ini cukup menguras tenaga Lea. Pasalnya,Gemilang sejak pagi tadi menanyakan keberadaan pria yang ia sapa "Yayah" itu.

Pesan yang ia kirimkan pun tak kunjung mendapat balasan, bahkan Sadewa sama sekali tidak membalas pesannya.

Menghabiskan waktu dengan Gemilang memang akan membuat hari berlalu dengan cepat. Namun, menghabiskan waktu dengan Gemilang yang rewel seharian justru lebih berat. Lea baru bisa menghela napas lega, ketika akhirnya dengan berbagai cara, anaknya bisa tertidur. Meski ia harus mengenakan kaos milik Dewa dengan parfum maskulin khas pria itu untuk menenangkan Gemilang.

Lea meneguk air minumnya perlahan, begitu terdengar bunyi pintu utama terbuka disusul dengan langkah kaki yang kian mendekati area dapur.

"Baru pulang? Tadi kemana aja? Sesibuk itu yah De, sampai aku telpon dan spam chat kamu ga respon?" ucap Lea, meluapkan amarahnya pada sosok Sadewa yang kini sibuk menata beberapa minuman kaleng di kulkas.

Beberapa menit menunggu jawaban, Dewa tak kunjung bersuara. Mulutnya seolah diprogram untuk tetap diam.

"Sadewa, aku lagi ngomong sama kamu!" Lea kembali bersuara, kali ini memekik tertahan tidak ingin bangunkan Gemilang yang susah payah ia tidurkan.

Sadewa masih tetap abai, berbalik hendak menuju kamar. Lea yang sudah tidak tahan pun, tarik lengan berotot milik pria itu agar berhenti.

"Dewa! Kami dengar aku ga sih?!"

Sadewa menghela napas sebentar, masih dalam posisi membelakangi Lea.

"Aku tau, hubungan kita masih ga ada kejelasan. Aku juga harusnya sadar kalau kamu itu ga punya tanggungjawab buat ngurusin aku dan Gemi. Aku capek, De! Aku capek banget hari ini. Gemi seharian rewel, anak kamu nanyain kamu terus, dia ga mau sama aku. Ini aku harus pake baju sama parfum kamu baru dia bisa tidur. Hiks boleh ga, kalo memang lain kali kamu butuh sendiri dulu atau sibuk banget, bilang ke aku. Aku khawatir, aku—aku takut kamu ga pulang lagi ke aku. Maaf, kalau aku masih ga tau diri dengan ngerepotin kamu sampai segininya," Lea berucap sambil menunduk. Tangis karena sakit hati dan rasa lelahnya sepanjang hari ini akhirnya tumpah juga. Sementara Sadewa masih pada posisinya.

"Dewa istirahat yah, aku tidur di kamar Gemi aja. Good night De!" tambah Lea, setelah hening beberapa saat.

Grep

"Udah curhatnya?"

Lea mematung dalam dekapan erat Sadewa, tepat sebelum dirinya berlalu dari sana, pria yang diliputi rasa bimbang itu berbalik untuk beri dekapan hangat itu.

Lea mengangguk sebagai jawaban.

"Maaf yah, aku egois banget. Aku tadi pergi ke tempat temenku, aku takut emosiku jadi ke kamu sama Gemi, makanya aku ngilang dulu. Capek yah jaga Geminya? Aduh, anak aku udah ga bisa ditinggal nih ceritanya?"

Ucapan Sadewa, buat airmata Lea makin meluruh. Ia tidak pernah mengira kalau Sadewa bisa sebaik ini.

"Lho, bubunya Gemi kok ikutan nangis? Kenapa, hm?"

Dewa tangkup pipi penuh airmata milik Lea, usai merasakan kalau wanita kesayangannya itu sedang menangis.

"Hiks soal Alden. Aku ga pernah lagi ada harapan atau keinginan buat kembali, De. I just want to make it clear, aku udah berhasil lepaskan dia tampa ada dendam. Sekarang hidupku cuma tentang kamu dan Gemilang. I love you, De!"

Sadewa terpaku, sebelum Lea berikan kecupan pada bibirnya.

"Le, i-ini bukan mimpi kan?"

Lea menggeleng, "No, it's not! I really love you, yayah! Only you, ayahnya Gemilang. Gemilang Putra Abimanyu, as you always said, there's no Adnan!"

Sadewa ikut menangis, beri kecupan pada puncak kepala Lea. "Thanks for choosing me, Le!"

 "Thanks for choosing me, Le!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA LA LOST YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang