25. WHAT'S WRONG?

263 13 2
                                    

Pukul enam pagi, Lea sudah bangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul enam pagi, Lea sudah bangun dari tidurnya. Kepalanya pusing, matanya berat dan terasa tertarik karena bengkak. Semalaman ia menangis hingga tertidur, meratapi nasibnya dan Gemilang.

Lea banyak menangis, karena sadar kalau hidupnya memang tidak pernah berjalan mulus. Sering kali disepelekan, dipandang sebelah mata, dihina, bahkan yang paling sering terjadi adalah penolakan.

Percakapan Susan dan Dewa kemarin, jadi tamparan untuknya. Hal yang bisa saja tidak ia pikirkan itu, justru buat dirinya makin kepikiran. Ia baru sadar, kalau ia akan jadi aib untuk banyak orang. Kehamilan diluar nikah saja sudah jadi aib yang akan terus terkenang untuk keluarganya, apalagi kedua orangtuanya. Gemilang pun akan dapat kesulitan karena hal tersebut, ia akan dikucilkan karna lahir di luar nikah dan tidak punya ayah. Sadewa pun akan turut dapat hinaan, karena mau saja menikahi wanita yang dihamili oleh sepupunya. Iya, Lea lupa akan hal itu. Ia lupa perhitungkan hal tersebut saat putuskan untuk taruh hati dan sandarkan kepercayaan pada Dewa. Ia lupa, kalau dirinya adalah aib bagi banyak orang.

Sementara Lea yang sibuk dengan pikirannya, Dewa justru kebingungan. Lea yang biasanya akan menjawab sapaannya, membalas ucapannya atau sekedar mengambilkan makanan untuknya itu tampak berbeda.

Saat sarapan pagi contohny, Lea menolak suapan dari Dewa. Putuskan untuk fokus menyuapi putranya, abaikan pertanyaan dan cerita Sadewa yang biasanya menarik perhatian wanita itu.

Kemudian, saat makan siang, ia masih saja mengabaikan Sadewa yang menanyakan perihal pekerjaan Lea atau tentang bagaimana keseharian Lea dan Gemilang tanpa dirinya.

Seharian ini juga, Lea tampak menjauhkan Gemilang dari Dewa. Seperti menarik Gemilang yang hendak merangkak menuju Dewa, mengambil alih Gemilang dari gendongan pria itu, sampai membuat Gemilang menangis karena acara melepas rindunya dengan sang Yayah batal.

"Bubu hiks au yayah, bu! Au yayah!"

Tangis Gemilang Lea abaikan. Wanita itu sibuk timang-timang putranya, menolak Sadewa yang hendak mengambil alih Gemilang.

"Gemi tidur sama bubu saja yah. Jangan nangis lagi dong, kamu ga boleh ketergantungan begitu sama uncle Dewa," ucap Lea, coba tenangkan anaknya yang memberontak dalam gendongannya.

Sadewa yang sedari tadi sudah kesal dengan tingkah aneh Lea, semakin kaget usai dengar ucapan Lea barusan.

Dewa maju, mendekati Lea yang membelakanginya. Masih sibuk timang Gemilang yang sudah menangis.

"Le, siniin Gemi!"

Lea menggeleng, tanpa ada niat untuk berbalik menatap Dewa.

"Kamu tidur aja De! Gemi akhir-akhir ini memang agak rewel kalai mau tidur," balas Lea, abaikan permintaan Gemilang yang sejak tadi panggil-panggil nama Dewa.

"Yayah, hiks au yayah bu hiks yayah"

"Shhttt Gemi bobo yah, sama Bubu saja. Bubu nyanyiin aja yah, ayok berhenti nangis dulu, nak!"

"No no! Yayah bu hiks yayah au yayah,"

Tangis Gemilang makin kencang, namun Lea masih abai, fokus menimang anaknya agar berhenti menangis.

"AZALEA!" ucapan Dewa, berhasil buat tangis Gemilang terhenti, Lea pun ikut mematung ditempatnya, biarkan Gemilang diambil paksa oleh Dewa.

"Cukup Le! Jangan nyakitin Gemilang karna keegoisan kamu! Aku ga tau kamu kenapa begini, tapi kalau itu salahku, kesalnya lampiaskan ke aku! Jangan ke Gemi! Dia ga tau apa-apa," kesal Dewa, mulai menenangkan Gemilang yang sudah memeluk erat lehernya.

"Aku cuma ga mau anakku ketergantungan sama kamu, Sadewa. Aku ga mau dia ikut kecewa karna ditinggal. Cukup aku saja yang sakit, Gemi jangan!"

Dewa semakin mengeraskan rahangnya, ia marah. Marah sekali sampai rasanya tidak bisa lagi mengontrol pikiran buruk yang sudah mulai berputar dalam kepalanya.

"Berhenti sakitin Gemilang karna kangennya kamu ke Alden, Lea! Kalau pun kamu ga bisa terima aku, tolong biarkan Gemilang tetap begini! Dia ga salah, dia ga salah nyaman sama aku. Ga semua harus dilampiaskan. Kalau mau Alden, bilang! Aku bawa dia kesini, biar emosimu ke dia aja, jangan ganggu Gemi atau sampai bawa Gemi jauh dari aku hanya karna kamu masih berharap sama masa lalumu itu!"

 Kalau mau Alden, bilang! Aku bawa dia kesini, biar emosimu ke dia aja, jangan ganggu Gemi atau sampai bawa Gemi jauh dari aku hanya karna kamu masih berharap sama masa lalumu itu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA LA LOST YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang