"Dek, ini beneran abang balik gapapa? Dewa masih seminggu lagi lho, kamu nanti gimana sama Gemilang?" tanya Laksa untuk kesekian kalinya. Lea jengah, wanita dengan Gemilang dalam gendongannya itu tatap sinis kakak tertuanya.
"Abang udah tanya itu sepuluh kali yah, aku bakalan aman aja bang. Ini kan nanti aku panggil baby sitter buat bantu ngurusin Gemi," balas Lea mencoba menjelaskan kalau dirinya akan baik-baik saja.
"Yakin dek?" Kali ini Mada menimpali, ia agak khawatir karena Gemilang yang seminggu belakangan ini sering rewel, berempat saja masih repot, apalagi berdua.
"Yakin abang! Ih kesel aku lama-lama," kesal Lea, karena kekhawatiran berlebihan dari ketiga kakaknya sedang tiba-tiba kumat.
"Terakhir nih. Kamu yakin bisa ngurusin Gemi? Kalau ragu, abang tinggal aja, biar Bang Laksa sama Mada yang balik," kata Jayden, usai beri kecupan pada pipi gembul ponakannya.
Lea mendengus kesal. Keras kepala abangnya memang tidak ada lawan sih.
"Yakin abang! Astaga kalian mending berangkat deh! Nanti ketinggalan pesawat lagi," final Lea, sebelum akhirnya ketiga pria itu menghilang di balik pintu.
"Kita telpon yayah kamu aja apa yah?" tanya Lea pada Gemilang yang sedari tadi menatapnya.
Sadewa 🧸
De lgi apa?
Sibuk kah?
Aku mau call boleh?Today
Dewa lagi apa?
Gemi kangen katanya"Yayah kamu lagi sibuk banget kayaknya, nak. Chat bubu dari kemaren belom dibales sama yayah. Nanti kita coba hubungi lagi yah," ucap Lea, usai membuka roomchat-nya dengan Sadewa, dengan pesan yang tak kunjung dibaca sejak pagi.
Hal tersebut sempat jadi bahan overthinking Lea. Meski dirinya juga memaklumi kesibukan Sadewa, karena tujuan pria itu yang pergi ke luar daerah untuk urusan pekerjaan. Namun, Lea pun sadar kalau hubungan mereka tidak pernah diperjelas, sehingga ia merasa bahwa bukan haknya untuk mengatur atau menuntut Dewa.
_________TIME SKIP___________
Lea tatap putranya yang terlihat duduk diam di kursi khusus bayi miliknya. Gemilang memang tidak banyak rewel sejak siang tadi. Namun, bayi gembul itu beberapa kali menangis karena tidak nyaman.
Lea memang tidak fokus hari ini. Suster yang rencananya akan ia panggil untuk bantu mengurusi Gemilang pun tidak jadi ia panggil karena terlalu banyak melamun.
"Gemi makannya kok sedikit banget hari ini, nak? Makan lagi yah, satu suap deh. Aaa," ucap Lea untuk kesekian kalinya, yang lagi-lagi disambut gelengan dari putranya.
Menghela napas pelan, Lea sodorkan minuman dari gelas khusus milik Gemilang, diminum hanya sedikit. Lea usap keringat yang membasahi kening putranya, dan menyadari kalau suhu tubuh Gemilang berbeda dari biasanya.
"Gemi, lho ini demam sayang. Astaga nak," Lea mulai panik, bawa tubuh lemah anaknya dalam gendongan. Ia pastikan suhu tubuh anaknya dengan tempelkan punggung tangan pada kening si kecil, benar saja , hawa panas langsung menyambutnya.
Lea menangis, entah karena faktor pikirannya atau karena panik melihat Gemilang yang menangis karena tidak enak badan.
"Kita ke rumah sakit yah, tahan sebentar yah hiks, Gemi kuat yah hiks," dengan isakan, Lea buru-buru ambil tas siaga—tas berisi kebutuhan Gemilang—yang selalu siap jika ia perlu bepergian mendadak. Hoodie Sadewa turut ia ambil untuk bungkus tubuh lemah anaknya yang mulai menangis.
"Hiks huwaaa bubu kit bu, yah kit yah," tangisan pilu Gemilang, disertai suara lirihnya, berhasil buat Lea makin menangis.
"Sayang tunggu sebentar yah, bubu bawa ke dokter biar ga sakit lagi," balas Lea, usai pesan Grab untuk berangkat ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA LA LOST YOU (END)
RomansSeperti kata pepatah, akan selalu ada pelangi setelah hujan. Begitulah hidup Azalea Putri setelah kisah cintanya dihujani airmata sebelum hadirnya Gemilang. Banyak hal yang terjadi, buat Lea mati rasa. Tadinya ingin berontak, tapi salah jalan, alhas...