32. AMARAH

309 15 0
                                    

Sadewa pulang ke rumahnya dengan perasaan yang lebih tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sadewa pulang ke rumahnya dengan perasaan yang lebih tenang. Jakarta dengan segala cerita tentang dirinya dan Lea benar-benar berhasil buatnya rindu.

"Dua hari ga masuk kerja, diopname karna telat makan, mau jadi apa kamu Sadewa?"

Wah, sambutan yang lumayan menganggu ketenangan Dewa, kali ini dari sang ayah. Aneh, padahal Sadewa mampir pada jam kerja ayahnya, harusnya pria itu masih di kantor sekarang.

Sadewa masa bodoh, fokus ke tujuan utamanya yaitu kamarnya. Rencananya, ia akan mengambil sisa barangnya di rumah itu untuk ia bawa ke Yogyakarta, hendak menetap di sana.

Sepertinya, niat masa bodoh Sadewa harus digagalkan oleh kakaknya. Pasalnya, baru saja memijaki anak tangga ke lima, suara Susan berhasil membuat pria berpakaian santai itu berhenti.

"Susah yah! Udah dirayu sebegitunya dia, makanya makin membangkang kayak sekarang. Apa bagusnya sih, cewek yang hamil di luar nikah?"

Sadewa berbalik, tanpa aba-aba ia berikan tamparan untuk kakak sematawayangnya. Bagaimana bisa seorang perempuan yang harusnya mengerti bagaimana perasaan Lea, justru menghina Lea dengan begitu jahatnya?

"SADEWA?! APA-APAAN KAMU?!"

Mahawira menatap nyalang putranya, Sadewa tidak pernah berlaku kasar pada siapapun selama ini, apalagi pada perempuan tidak peduli seberapa emosinya pria itu. Tapi, kali ini ia malah main tangan dengan kakaknya.

"Hanya karna perempuan tidak jelas itu, kamu nampak kakakmu?! Apa yang dia kasih ke kamu Sadewa? Kenapa sampai sebegitunya?"

"AYAH! Ayah ga tau apapun tentang Lea. Gimana baiknya dia ke aku dan keluarga kita selama ini!"

"Cih, kamu bela dia dan membenarkan perilaku kamu yang kasar ini?"

"Iya, Dewa bela Lea. Karna dia pantas! Ayah tau ga, kalau Dewa benci sama semua tekanan dam tuntutan ayah yang selalu maksa Dewa buat masuk kedinasan? Ga kan? Ayah cuma bisa ngatur hidup Dewa, ga peduli Dewa suka apa nggak. Berkali-kali Dewa coba buat berontak, tapi, ayah tahu, Lea selalu dukung Dewa. Dia membela ayah, dia yang nasehatin Dewa kalau apa yang ayah mau itu buat kebaikan Dewa. Dia yang buat Dewa ada di depan ayah sebagai lulusan IPDN sesuai kemauan ayah,"

"Cuma itu. Dukungan ga hanya dari dia, bundamu selalu mendoakan. Ini semua juga berkat kamu les privat sana-sini. Mana ada karna perempuan itu,"

"Cuma itu?! Oke, kalau ayah ga peduli soal itu Dewa ga maksa. Tapi, kakak! Kakak sadar ga sih kalau kakak itu udah jahat banget sama Lea? Kakak lupa? Lea yang donorkan salah satu ginjalnya supaya kakak bisa tetap hidup. Lea ga peduli sama dirinya sendiri, as long as her kak Susan is happy dan kembali pulih, dia ga masalah. Tapi apa? Kakak dengan jahatnya ngehasut ayah dan bunda supaya benci dia. Pernah ga kakak mikir, kalau bukan karna Lea, kakak ga mungkin bisa jadi dokter dan sukses kayak sekarang!"

FLASHBACK

Lea tatap Sadewa yang duduk sendiri di sudut koridor rumah sakit. Cowok dengan seragam SMA yang sudah lecek itu nampak menunduk sambil terisak.

"Dewa kenapa?" tanya Lea, beri usapan halus pada puncak kepala sahabatnya. Berusaha buat Dewa tenang.

Sadewa tidak menjawab, tapi memeluk erat tubuh Lea yang sudah ikut berjongkok di sana.

"Kamu ngapain di sini, Le?" tanya Dewa, usai meredakan tangisnya.

"Aku abis jenguk kak Susan. Kata bunda, kakak sakit ya De? Kamu sedih karna kakak sakit?"

Dewa mengangguk, Susan memang meminta Lea untuk memanggilnya seperti yang dilakukan Sadewa usai Lea meminta izin untuk menganggapnya sebagai kakak sendiri.

"Kakak sakit apa, De?"

"Ginjal, Le. Kalau ga segera dapat donor, kakak bisa ga selamat,"

Lea menutup mulutnya, tidak menyangka kalau kakak Susannya itu akan sakit parah, ia kira hanya sakit biasa saja yang memerlukan rawat inap.

"De, kita bisa hidup dengan satu ginjal kan?"

Sadewa mengangguk, ia memang lumayan mengerti dengan hal-hal berbau kedokteran karena sang kakak yang bercita-cita menjadi dokter sering menjelaskan beberapa hal tersebut padanya.

"Kalau gitu, aku mau ngasih satu ginjalku buat kakak. Biar kakak sembuh dan jadi dokter, nanti kalau aku sakit kakak bisa gantian sembuhin aku,"

"Ga boleh, Lea. Bapak sama Ibu pasti ga setuju, biar aku aja,"

"Kita ga perlu bilang mereka Dewa.
Jangan! Kamu kan mau tes kedinasan, harus sehat, aku aja yah?"

Dewa mengangguk pasrah, niat hati agar Lea tidak merengek lagi. Ternyata, gadis itu terlampau nekat, ia benar-benar mendonorkan satu ginjalnya untuk Susan. Beruntung, operasi berjalan dengan lancar, dan Lea masih bisa hidup walau dengan hanya satu ginjal saja.

FLASHBACK END

Lea, kamu begitu baik hati. Harusnya diberi banyak bahagia bukan luka. Lea, semoga lekas sembuh dari luka-luka itu yah! Karena setelah sembuh, Sadewa akan kembali bertugas untuk beri bahagia untukmu.

 Lea, semoga lekas sembuh dari luka-luka itu yah! Karena setelah sembuh, Sadewa akan kembali bertugas untuk beri bahagia untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LA LA LOST YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang