Percakapan Sadewa dan Gemilang, sontak buat hati Lea terenyuh. Sejak Gemilang lahir, bayangan tentang Alden tidak lagi mendominasi pikiran Lea. Sesekali mungkin pernah singgah, tapi sejak ia bulatkan tekatnya untuk prioritaskan Gemilang, semuanya berubah. Dunianya hanya ada Dewa dan Gemilang saja.
"De, ga gitu," ucap Lea, usai Sadewa selesaikan sesi ngobrol bersama Gemilang yang ternyata sudah terlelap di pangkuannya. Wajar, sudah masuk waktu tidur siang Gemilang.
Sadewa tersenyum saja, bawa tubuh mungil putra Lea itu untuk ia tidurkan di kamar. Sementara Lea ia biarkan menunggu di ruang tengah.
Lea tidak lagi terkejut, begitu dapatkan pelukan hangat dari Sadewa. Pria itu sudah biasa melakukan hal tersebut. Jauh sebelum hadirnya Gemilang di hidupnya, bahkan Alden pun tidak seintens Dewa dalam hal memberikan pelukan.
"Kamu kenapa deh, tiba-tiba banget bahas Alden?" ucap Lea, karena ia tahu betul bahwa Sadewa tidak pernah suka membahas tentang mantan kekasihnya itu. Jangankan dibahas, sebut nama saja sudah bisa bikin Dewa ngambek seminggu.
"Yah abisnya kamu banyak ngelamun akhir-akhir ini. Pasti kangen dia kan?"
Sadewa itu terlalu peka kadang, walau tebakannya beberapa kali meleset. Seperti yang satu ini.
"Siapa bilang aku ngelamun karna kangen dia?"
Dewa mendelik, usai berpindah posisi menjadi duduk menyamping, saling berhadapan dengan Lea.
"Yah terus ngelamunin apa Azalea? Kamu kira aku ga tau kebiasaan kamu yang selalu ngelamun kalo lagi banyak pikiran atau kangen orang?" Sadewa menjawab dengan kesal, buat Lea terkekeh.
"Yah banyak aja pikiranku De. Yang pasti bukan soal Alden. I almost forgot him, if you didn't mention about him. Aku beneran cuma mikirin hal lain aja. Kangenku sama abang misalnya, sama beberapa hal," jelas Lea, buat Sadewa sedikit kaget.
"Kamu ga bilang gitu karna aku benci sama Alden kan?"
Lea berdecak kesal, yang benar saja?
"Ga ada ya, aku serius Dewa!"
Dewa terkekeh, sebelum raih jemari Lea untuk ia genggam.
"But he still Gemi's Papa right?"
Lea mengangguk. Tidak ingin bantah fakta yang satu itu.
"Ga kepikiran buat jauhin dia dari Gemi kan?"
Lea menggeleng. Ia memang tidak berniat begitu. Tapi...
"Le, kenapa diam lagi?"
Lea menghela napas pelan. Keluarga Alden, sungguh sangat jauh berbeda dengan keluarganya.
"I don't know, De. We are just too different. Kamu tau kan, mamanya Alden sematerialistis apa? Aku aja ga diterima, apalagi Gemilang? I know exactly how it's feel and I won't let Gemi to feel it too. Aku ga mau Gemilang rasain sakit hati kayak aku. Jadi, buat saat ini kalau Alden mau ketemu Gemi yah boleh. Tapi untuk bawa Gemi ke keluarga Alden, it's a big no for me,"
Sadewa menghela napas pelan. Tangkap kesedihan di mata sahabat sekaligus pujaan hatinya itu. Ia tahu betul keluarga Alden yang sedari kecil sudah berkecukupan, hingga sekarang makin berkembang dan disegani. Sementara keluarga Lea hanya keluarga sederhana dengan tiga kakak gadis itu yang merintis karis serta sang ayah yang punya bisnis otomotif.
"Harusnya kamu dipertemukan sama orang lain Le. Aku misalnya," ucap Dewa, coba cairkan suasana.
"Kita juga tetap beda yah Sadewa. Bundamu mana mau sama aku yang cuma lulusan sarjana pendidikan ini. Sedangkan anak-anaknya pada sukses semua,"
"Bunda ga kayak gitu yah! Malah bunda bakal salto kali kalo tau anaknya berhasil luluhkan hati mantu idaman,"
Jawaban Sadewa buat Lea jewer cowok itu. Bisa-bisanya membayangkan sang Bunda salto. Anak durhaka memang.
"Ga heran deh kalo Gemi sesat, kamu yayahnya!"
Mereka berdua kembali tertawa, tanpa sadar kalau beberapa saat lalu sempak bahas topik serius. Memang begini yang akan terjadi, kalau habiskan waktu dengan orang yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA LA LOST YOU (END)
RomanceSeperti kata pepatah, akan selalu ada pelangi setelah hujan. Begitulah hidup Azalea Putri setelah kisah cintanya dihujani airmata sebelum hadirnya Gemilang. Banyak hal yang terjadi, buat Lea mati rasa. Tadinya ingin berontak, tapi salah jalan, alhas...