"Kamu lagi banyak pikiran?" pertanyaan Dewa, jadi pembuka percakapan mereka malam itu.
Lea yang sibuk beri usapan pada puncak kepala Dewa, tersenyum tipis sebelum menggeleng.
"Lagi mikirin apa Le?" Lagi, Dewa bertanya karena tidak puas dengan jawaban Lea tadi.
Lea tatap manik mata pria yang tidur di atas pahanya itu. Beri senyuman terbaiknya sebelum elus pipi Dewa.
"Ga mikirin apa-apa. Cuma tiba-tiba mikir tentang kamu aja," balas Lea, akhirnya jujur juga.
Dewa masih pada posisinya, dengan ekspresi heran.
"Kenapa mikirin aku? Kangen gitu?"
Lea putar bola matanya malas, Dewa dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi selalu berhasil buat Lea malas.
"Ketemu tiap hari, mana ada kangen!" kesal Lea.
Dewa terkekeh, raih pipi Lea untuk ia cubit gemas.
"Ya terus mikirin aku kenapa cantik?"
"De, kamu kenapa baik sama aku?"
Dewa tersenyum, sebelum beralih menjadi duduk di samping Lea.
"Karena aku peduli sama kamu," jawab Dewa, genggam jemari Lea.
"Peduli kamu ga harus sampe tinggal bareng aku, biayain kebutuhan aku sama Gemi juga De!"
Dewa tertawa, bawa Lea dalam pelukan hangatnya.
"Kebaca yah?" tanya pria itu, yang dapat anggukan dari Lea.
"Aku sayang kamu Le, sayang Gemi juga,"
Jawaban Dewa, buat Lea mengurai pelukan mereka.
"You don't deserve someone like me De! Banyak cewek yang siap jadi pacarmu di luar sana. Mereka masih single dan ga punya anak tentunya,"
"Emang banyak, tapi aku mau kamu. Gimana dong?"
"Dewa, aku serius!"
Dewa menghela napas pelan, sebelum tarik Lea agar mendekat.
"Lea, aku sayang kamu sama Gemilang. Kalian berdua bagian dari hidup aku sekarang. Pikiran buruknya buang aja yah? Aku sama sekali ga keberatan soal status kamu atau hadirnya Gemi. I love you and I love him as well. Jadi, tolong biarin aku jadi yayahnya Gemi yah?"
Lea mendengus, sebenarnya ingin menangis tapi ia tahan.
"Kamu bakal nyesel De!" kesalnya, beri pukulan kecil di dada Dewa.
"Mungkin. Tapi, lebih nyesel kalau ga sama kamu!" balas Dewa diakhiri kedipan.
Lea putar bola mata malas. "Halah mboh!" ucapnya malas.
***
Usai percakapan malam itu, Lea jadi terima banyak afeksi dari Dewa. Kalau biasanya hanya peluk dan cium, kini sudah semakin berkembang. Dewa yang dulunya sangat suka menggodanya dengan gombalan, kini sudah kembali.
"De, sarapan udah siap nih. Ayok makan, sekalian sama Gemi," panggil Lea, sambil tata makanan di meja makan.
Sadewa datang dengan Gemilang di gendongannya. Bayi yang genap berusia enam bulan itu, sudah berbinar melihat semangkuk bubur bayi di kursi khususnya.
"Astaga, udah laper banget yah nak?" ucap Dewa, cium pipi gembul Gemilang, sebelum taruh bayi itu ke kursinya.
Lea tertawa, hari sabtu memang selalu diputuskan sebagai waktu untuk family time, entah itu menghabiskan waktu di rumah, atau dengan pergi ke tempat wisata.
"Le, aku ada pantun. Kalau kamu melongo aku boleh panggil sayang yah!" ucap Dewa, buka percakapan mereka. Makanan pria itu sudah tandas, sekarang sibuk menatap Lea yang sedang menyuapi Gemilang.
"Pantun mulu, udah kayak Jarjit aja De," Lea membalas dengan lirikan malas. Siapa yang tidak akan bosan dengan pantun alay Sadewa? Apalagi cowok itu melakukannya hampir tiap hari.
"Ga boleh gitu sayang! Ini bentuk usaha buat ngajarin Gemi pantun sejak dini," kata Dewa asal.
Lea memutar bola mata malas, "Belum juga menang, udah sayang-sayangan aja kamu!" ucap Lea sinis.
"Ya karna aku bakal menang lah, makanya latihan dulu. Salting ga?"
Lea mendengus sambil geleng-geleng. Bingung dengan perubahan Dewa yang bisa jadi berwibawa saat di luat, sedangkan di dekatnya malah seperti ABG alay.
"Ga ada salting! Aneh tau De,"
Dewa tertawa, sebelum berdehem sebentar.
"Aku mulai yah!" ucapnya, dibalas anggukan oleh Lea.
"Ikan hiu makan ikan hiu..."
"Mana bisa De! Astaga yang bener ah pantunnya," belum apa-apa, Lea sudah protes dengan pembuka pantun Dewa itu.
"Shht sayang, kamu jawabnya cakep aja! Ga perlu protes!"
Lea mengalah, sedangkan Gemilang masih sibuk mengunyah biskuit sebagai dessertnya.
"Ikan hiu makan ikan hiu..."
"Jawab Le!" bisik Dewa, buat Lea mendengus kesal.
"Cakep," akhirnya Lea menjawab dengan ogah-ogahan.
"I love you, CHUAKS!" tambah Sadewa, sambil tirukan pose chuaks di akhir kalimat.
Seperti dugaan Dewa, Lea melongo setelah mendengar pantunnya. Sebenarnya Dewa pun malu, tapi demi Lea apapun akan ia lakukan.
"Alright SAYANG! I win!" ucap Sadewa, sebagai selebrasi kemenangannya.
"Kadang aku heran kenapa kamu bisa lolos IPDN dengan kepribadian random ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
LA LA LOST YOU (END)
RomanceSeperti kata pepatah, akan selalu ada pelangi setelah hujan. Begitulah hidup Azalea Putri setelah kisah cintanya dihujani airmata sebelum hadirnya Gemilang. Banyak hal yang terjadi, buat Lea mati rasa. Tadinya ingin berontak, tapi salah jalan, alhas...