Bagian 8

26 12 0
                                    

Ranvi merasa markas hari ini sangat sepi, tidak ada lagi keceriaan dari gadis nakalnya yang terkadang membuat dia kesal. Dia hampa hari ini, gadis nakal kesayangannya benar-benar sudah pergi meninggalkannya. Tidak akan ada lagi Zoya dalam perjalanan misi ke depannya. Baru dua jam berlalu di saat Zoya pergi menaiki bus itu tetapi Ranvi benar-benar sudah merindukannya. Tidak hanya dia, semua anggota juga merasakan hal yang sama. Markas menjadi berbeda tanpa keberadaan Zoya.

Di dalam ruangannya, Ranvi menjadi teringat kenangan dua tahun yang lalu. Hari dimana dia pertama kali bertemu dengan Zoya. Di tempat kejadian bencana alam longsor, saat anggota Pawn sedang membantu mengevakuasi korban. Zoya ditemukan tidak sadarkan diri dalam keadaan setengah badannya dari pinggul ke bawah tertimbun tanah dan batang pohon yang besar.

"Pak Ranvi, cepat ke sini!" panggil salah satu anggotanya.

"Ada apa?" Ranvi yang tengah sibuk mencari sisa korban yang tertimbun longsor segera menghampiri anggotanya itu.

"Lihat, dia masih hidup, Pak! Kita harus cepat mengevakuasinya," tunjuknya pada Zoya.

Ranvi segera memanggil anggota yang lain untuk membantunya mengeluarkan Zoya dari timbunan tanah dan batang besar itu. Beruntungnya tidak terlalu lama mereka mengevakuasi Zoya, karena setelah itu terjadi lagi longsor yang lebih parah. Cuaca sedang tidak baik saat itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan longsor terjadi di penginapan, tempat orang-orang yang sedang mengikuti kegiatan pelatihan menembak dan memanah.

Diketahui hanya ada tujuh orang saja yang selamat dari kejadian itu, termasuk Zoya. Korban yang lain ditemukan sudah tidak bernyawa dan sisanya masih tertimbun tanah longsor. Korban yang selamat segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, kecuali Zoya yang mereka temukan terakhir. Gadis itu dibawa ke markas mereka, karena pasukan Ranvi mencoba menghindari polisi yang baru saja tiba di lokasi kejadian.

Tempat penginapan itu sedikit jauh dari pemukiman penduduk, itulah mengapa informasi adanya bencana longsor terlambat diterima pihak yang bertanggung jawab untuk hal itu. Kejadiannya dekat dengan markas anggota Pawn, karena itu Ranvi dan anggotanya lebih dahulu mengevakuasi para korban sebelum longsor terjadi lagi di sana sesuai perkiraan mereka.

"Apakah tidak masalah membawa salah satu korban ke markas kita, Ranvi?" tanya Dara yang telah selesai membantu mengobati Zoya.

"Aku rasa tidak. Setelah hujan reda, kita akan bawa dia ke rumah sakit tempat korban lainnya di rawat."

Dara mengangguk. "Baiklah, itu bagus."

Terdengar keributan dari ruang rawat tempat Zoya berada, membuat Ranvi dan Dara segera pergi menuju ke sana. Pintu ruangan terbuka, terlihat sedikit berantakan di ruangan itu. Mereka juga terkejut melihat Zoya yang sedang menodongkan senjata api ke salah satu anggota Pawn wanita yang ditugaskan Ranvi untuk berjaga di sana.

"Angkat tangan kalian!" sentak Zoya pada Ranvi dan Dara.

Dara justru mendekat ke arah Zoya, dia tahu gadis itu sedang ketakutan. Terlihat dari tangannya yang gemetar.

"Jangan dekati aku!" Zoya beralih menodongkan senjata api itu kepada Dara. "Apa yang ingin kalian lakukan kepadaku?"

"Turunkan senjata itu, Nak! Kami tidak akan melakukan apa-apa kepadamu," ucap Dara mencoba meyakinkan Zoya.

Zoya menggeleng, tetapi sesaat kemudian senjata api itu dengan cepat Dara ambil dari tangan Zoya dan dilemparkan ke arah Ranvi. Gadis itu tersentak dan tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit. Zoya kembali tidak sadarkan diri. Dara dan anggota wanita yang ada di sana dengan sigap membaringkan kembali gadis itu di ranjang.

"Bagaimana bisa gadis itu memegang senjatamu?" tanya Ranvi kepada anggotanya itu, sedangkan Dara langsung memeriksa kondisi Zoya.

"Saya sedang menjalankan tugas dari Anda untuk berjaga di sini, tetapi kemudian gadis itu sadar dan menyerang saya, Pak. Gadis itu juga diam-diam mengambil senjata milik saya," jelasnya.

Ranvi melihat anggotanya itu, dia memang sedikit berantakan. Salah satu pipinya terlihat memerah, seperti bekas pukulan. Anggotanya itu juga terus menerus memegang lengan kanannya, seperti menahan rasa sakit.

"Kau istirahat saja, biar yang lain menggantikan tugasmu."

"Baik, Pak, terima kasih. Saya izin pergi dari sini," pamit anggotanya itu yang berjalan perlahan menahan sakit di kakinya. Ranvi menggeleng-gelengkan kepalanya, dibuat heran atas perlakuan Zoya terhadap salah satu anggotanya ini.

"Dia baik-baik saja?" tanya Ranvi kepada Dara.

"Iya, lukanya tidak ada yang serius, jadi dia baik-baik saja. Hanya saja gadis ini perlu istirahat." Dara memandang wajah Zoya, dia jadi teringat putrinya.

"Baguslah. Setelah dia sadar, kita segera bawa dia ke rumah sakit."

Ranvi dengan setia berjaga di luar kamar tempat Zoya berada. Tidak biasanya dia melakukan hal ini, tetapi melihat apa yang dilakukan Zoya kepada anggotanya. Ranvi putuskan biar dia saja yang berjaga di sini, takut gadis itu berbuat seperti halnya tadi.

"Aku mau minum!" teriak Zoya dalam kamar.

Ranvi segera masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengambilkan minum untuk gadis itu. Namun, dia yang baru sepenuhnya sadar, melompat dari ranjang untuk menghindari Ranvi.

"Aku hanya ingin memberimu minum. Duduklah!"

"Tidak, kalian pasti orang jahat. Lepaskan aku!" Zoya melihat sekelilingnya, berniat mencari alat untuk perlindungan diri.

"Dengarkan aku! Kami bukan orang jahat. Kembalilah ke ranjangmu dan istirahat." Ranvi menarik napas dalam melihat Zoya semakin mundur saat dia coba mendekatinya. "Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu."

"Kalian ... bukan organisasi penjualan organ dalam ilegal, kan?" tanya Zoya tiba-tiba. "Aku sering mendengar, di negara ini tersebar organisasi ilegal seperti itu."

Ranvi tersenyum simpul atas pertanyaan gadis di hadapannya ini. "Bukan. Percayalah, kami hanya ingin menolongmu."

"Menolongku?" tanya Zoya heran, dia mencoba berpikir apa yang terjadi sebelum dia berada di sini.

Dara masuk ke dalam kamar dan mengambil alih gelas yang berada di tangan Ranvi. "Cepat duduk di sini dan minum airnya. Kau masih harus istirahat."

Zoya dengan takut duduk di ranjang dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Dara. Dia juga meminum air yang diberikan Dara sehingga wanita itu tersenyum, akhirnya gadis ini mau menurutinya.

Dara mengelus puncak kepala Zoya yang rambutnya tergerai. Membuat Zoya melotot dan berteriak. "Tidak ... ambilkan aku kerudung!"

Ranvi dengan spontan membalikkan tubuhnya memunggungi Dara dan gadis itu. Dara juga menuju ke lemari yang memang di sana terdapat kerudung miliknya. Setelah mendapatkannya dia berikan kerudung itu kepada Zoya, lantas dia dengan cepat memakainya. Zoya rasanya ingin menangis saat itu juga. Bisa-bisanya dia baru sadar, kalau sudah dari tadi dia tidak berkerudung di hadapan Ranvi, yang notabennya bukan mahram.

"Dara, aku pergi dulu," pamit Ranvi, tahu gadis ini pasti merasa sedih sekarang. Dia dan Dara juga merasa bersalah, lupa untuk memakaikan kerudungnya kembali saat gadis itu tidak sadarkan diri.

Dara mengangguk dan kemudian merangkulZoya untuk dipeluknya. "Sudah, jangan menangis. Itusebuah ketidaksengajaan," ucap Dara yang mendengar gadis itumulai terisak dipelukannya.

Minor MayorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang