Senyuman Zoya tidak luntur dari wajahnya setelah mendengar penjelasan pria itu. Dia sangat bahagia mengetahui Ranvi benar-benar menyayanginya dengan tulus. Pria itu mengatakan, bahwa Ranvi sering sekali terlihat membawa foto Zoya yang sedang bersama istrinya ke mana pun Ranvi pergi. Ranvi juga sering sekali bercerita kepada pria itu, mengenai dua wanita yang menjadi sumber semangatnya. Zoya dan juga istrinya.
"Kenapa kau sangat senang sekarang?" tanya pria itu melihat Zoya yang tampak sumringah.
Zoya menggeleng tidak menjawab dan balik bertanya. "Sekarang katakan! Bagaimana bisa kau tahu kalau aku ditangkap anak buahnya si pria matahari itu?"
Pria itu menyatukan kedua alisnya saat mendengar panggilan Zoya kepada Aditya. "Pria matahari? Maksudmu Aditya?"
"Iya, siapa lagi?" Wajah Zoya kini berubah masam. Dia sengaja memanggil Aditya seperti itu karena tidak ingin mendengar ataupun menyebutkan namanya.
"Kenapa? Kau kesal mendengar namanya?" tanya Pria itu mengerti setelah melihat perubahan ekspresi wajah Zoya.
Zoya menghela napas kasar. "Itu tahu, sekarang jawab pertanyaanku tadi," ketus Zoya.
Pria itu menggeleng tidak percaya atas perubahan sikap Zoya. "Waktu itu aku melihat anak buah dia membuntuti bus yang kau tumpangi, setelah bus itu pergi dari tempat peristirahatan," jelasnya.
Zoya mengangguk paham, tetapi sesaat kemudian dia mengernyit. "Bagaimana bisa kau tahu mereka anak buah pria itu?"
"Aku hanya menduga-duga saja karena mereka tampak mencurigakan."
"Oh ...." Zoya kemudian teringat sesuatu dan menjadi sedih karenanya. "Bagaimana dengan dua anggota yang menjagaku? Mereka—"
"Mereka tidak selamat," potong pria itu. "Aku temukan mereka di jalan sudah dalam keadaan tidak bernyawa."
Zoya tertunduk lesu. "Ini semua gara-gara aku," gumamnya.
"Tidak, kau jangan menyalahkan dirimu sendiri," cakap pria itu. "Ini semua salah si pria matahari yang bengis itu," tambahnya mencoba menghibur Zoya.
Pria itu benar, ini semua salah Aditya yang terobsesi untuk balas dendam kepadanya. "Terima kasih," kata Zoya merasa bersalah. "Kau juga pasti meninggalkan tugasmu demi menyelamatkanku, kan?"
"Tidak masalah, itu sudah atas persetujuan Pak Ranvi. Tugasku juga sudah ada yang menggantikan." Pria itu melirik Zoya sesaat. "Aku Malik," ucapnya tiba-tiba.
"Anggota dengan nomor 426. Salah satu prajurit kepercayaannya Pak Ranvi," lanjutnya memperkenalkan diri.
Gadis itu memandang Malik heran. "Perasaan aku tidak memintamu memperkenalkan diri, Pak Malik," ujar Zoya dengan seutas senyum yang tampak menyebalkan bagi Malik.
Pria itu menghela napas panjang. "Aku hanya berinisiatif. Kau harus mengenalku juga, bukan?"
"Aku rasa tidak perlu. Hanya mengenal anggota yang berada di markas Paman Chen saja itu sudah cukup, Pak ... Malik," ujarnya sengaja membuat kesal pria di sampingnya.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, Zoya! Usia kita hanya berjarak empat tahun. Bukankah kau juga memanggil anggota yang lain dengan sebutan kakak?" serunya.
"Oh ... Pak Malik mau dipanggil kakak?"
Malik memandang sebal ke arah Zoya yang kini tersenyum mengejek kepadanya. "Pak Ranvi benar, kau tidak seperti gadis manis saat pertama kali aku lihat. Kau ini menyebalkan ternyata," ujar Malik membuat Zoya terkekeh.
"Kau bilang apa tadi? Aku seorang gadis yang manis?" Zoya kini tersenyum lebar. "Tentu saja. Lihat aku! Gadis yang manis dan pemberani," ujarnya membenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minor Mayor
AksiRanvi, seorang mantan Mayor Jenderal, membentuk sebuah organisasi rahasia untuk membantu negara-negara yang terkena konflik. Organisasinya bertujuan menghancurkan para pemimpin licik dan kejam, yang hanya ingin meraup keuntungan tanpa mempedulikan r...