Bagian 31

19 5 0
                                    

Tombak-tombak yang ditodongkan ke arah Malik serta Zoya sudah sangat dekat, hanya tinggal satu jengkal lagi ujungnya yang runcing akan mengenai tubuh mereka. Senjata api yang berada di tangan Malik pun sudah siap ditarik pelatuknya. Pria itu bersiap, dia mulai mengangkat tangannya yang bersenjata dan mengarahkannya ke salah satu orang yang mengepung mereka. Orang itu berada tepat di hadapan Malik saat ini.

Malik yang salah satu tangannya tidak sadar memegang lengan gadis di sampingnya itu mulai menghitung mundur. Dia akan segera menarik pelatuk senjatanya karena orang-orang itu semakin mendekatkan tombak mereka. Akan tetapi, tiba-tiba saja sebuah tangan dengan jari-jari lentiknya perlahan menurunkan tangan pria itu, membuat Malik menengok ke arah pemilik tangan tadi. Dilihatnya kepala gadis itu menggeleng pelan.

"Aku tahu siapa mereka sekarang, Pak Malik," lirih Zoya membuat pria itu menatapnya bingung.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari Malik menuju orang yang tadi akan ditembak oleh pria di sampingnya ini. Zoya ingin memastikan hal yang baru saja diingatnya. Berhubungan dengan pukulan-pukulan suara bambu yang mereka dengar.

"Kalian anggota dari kelompoknya Pak Zubair?" tanya Zoya pada orang-orang itu.

Seketika itu Malik jadi teringat dengan orang yang tadi disebutkan oleh Zoya. Seseorang yang memiliki hubungan baik dengan pemimpin organisasi mereka. Tidak, bukan hanya berhubungan baik, tetapi sudah sangat dekat seperti saudara.

"Kalian juga pasti mengenal Pak Ranvi, bukan? Pemimpin dari organisasi Pawn," tanya Zoya lagi karena masih belum mendapat jawaban.

Pertanyaan dari Zoya membuat salah satu orang yang sedang mengepung mereka memberi isyarat kepada rekan-rekannya untuk menurunkan senjata. Kini orang-orang itu tidak lagi menodongkan senjatanya dan beralih memandang Zoya dan Malik penuh selidik.

"Bagaimana kau bisa tahu mereka?" tanya orang itu kepada Zoya. Pria yang terlihat seperti ketua dari rekan-rekannya yang lain.

"Aku salah satu anggotanya Pak Ranvi," jawab Malik kemudian melirik Zoya. "Gadis ini juga."

Zoya mengangguk dan tersenyum ke arah mereka. Namun, orang-orang itu masih belum percaya dan menatap curiga ke arah Malik dan Zoya.

"Perlihatkan pada kami tanda bahwa kalian berdua memang anggotanya Pak Ranvi," ujar orang itu meminta bukti.

Tentu saja Malik segera merogoh saku celananya untuk mengambil benda yang hanya dimiliki oleh anggota organisasi Pawn dan langsung memperlihatkannya kepada orang-orang itu.

"Ini buktinya." Sebuah pin pria itu tunjukkan kepada mereka. "Aku anggota dengan nomor 426," katanya supaya lebih meyakinkan.

Orang itu mengangguk. "Baiklah ...." Dia menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan, melepas ketegangan yang tadi ada pada dirinya. "Kalian ternyata benar anggotanya Pak Ranvi."

"Maaf atas perlakuan kami tadi," ucapnya tersenyum seraya menepuk-nepuk bahu Malik. "Kami kira kalian penyusup tadi, karena sudah masuk ke wilayah kelompok kami."

Gadis dan pria itu bernapas lega saat orang-orang itu mempercayainya. Mereka juga langsung melempar senyum ke arah orang-orang itu. Malik dan Zoya sangat senang bisa bertemu dengan kelompoknya Pak Zubair. Kelompok dari sahabat karibnya Ranvi.

"Maafkan aku juga sempat menodongkan senjata kepadamu." Malik menatap orang itu dengan rasa bersalah.

"Tidak masalah, kau melakukan itu untuk membela diri." Orang itu melihat ke arah Zoya. "Dan juga melindungi gadis ini, kan?"

Malik mengangguk sebagai jawaban. Memang benar dia melakukan itu untuk melindungi gadis yang bersamanya ini. Sesuai janji yang dia katakan kepada Ranvi, Malik akan menjaga Zoya dengan seluruh kemampuannya. Apa pun yang terjadi, dia harus bisa mengantar gadis itu pulang ke negaranya dengan selamat.

"Kalian akan pergi ke mana sebenarnya?" tanya orang itu setelah melihat tas-tas besar yang dibawa oleh Malik dan Zoya. "Kenapa bisa sampai ke sini?"

"Kami akan pergi ke ibu kota awalnya, tetapi di perjalanan saat naik kereta ada kejadian yang menghalangi kami untuk pergi ke sana," jawab Malik yang kemudian menghela napasnya, mengingat tidak ada jalan untuk mereka bisa pergi ke ibu kota. "Sehingga kami berakhir di sini sekarang, untuk mencari tempat yang aman."

Orang itu mengangguk paham. "Kalau begitu kalian ikut saja ke tempat kami, hanya wilayah itu saja satu-satunya tempat aman di sini," tawarnya membuat raut wajah Zoya dan Malik sumringah.

Akhirnya, mereka bisa bernapas dengan tenang untuk sesaat. Malik dan Zoya tidak perlu lagi mencari penginapan ataupun tempat yang aman untuk mereka beristirahat.

"Tentu saja, kami tidak akan menolak," ucap Zoya tersenyum manis. "Aku juga sudah lelah berjalan dari tadi, kakiku perlu istirahat."

"Baiklah, ayo, kita pergi ke sana," ajak orang itu seraya menunjuk ke arah barat, sesuai dengan sumber suara bambu yang tadi didengar Zoya dan Malik. "Tempatnya sudah sangat dekat dari sini," lanjutnya.

Kini mereka semua beranjak pergi menuju tempat kelompok Pak Zubair itu berada. Malik dan Zoya mengekor di belakang orang-orang itu dengan pelan karena kaki Zoya yang masih terasa sakit ketika melangkah. Untungnya orang-orang itu juga membantu Malik membawa barang-barang milik Zoya, sehingga meringankan beban Malik yang tubuhnya sudah sangat lelah ini.

Tidak terlalu lama untuk mereka sampai ke sana karena lokasinya benar-benar dekat dari tempat tadi. Namun, tetap saja Zoya merasa letih meskipun perjalanannya tidak jauh. Kakinya yang sakit benar-benar membuatnya kerepotan. Ditambah jalanan hutan dengan banyaknya bebatuan dan ranting-ranting yang berserakan menghalangi jalan mereka. Sampai-sampai dia harus tersandung beberapa kali. Untung saja ada Malik yang selalu sigap membantunya.

Sampai di tempat itu Zoya membuka matanya lebar. Dia terkejut melihat tempat kelompok Pak Zubair. Dia kira tempatnya sama seperti markas organisasinya Ranvi yang hanya ada satu bangunan besar ataupun beberapa gubuk yang dibuat mandiri. Namun, ternyata tidak, ini terlihat seperti perkampungan kecil biasa yang dihuni para petani dan pedagang di sini. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan bambu dengan halaman yang luas.

Di saat Zoya sedang takjub dengan apa yang dilihatnya, seorang pria tua terengah-engah berlari menuju ke arah mereka.

"Kalian dari mana saja?" tanya pria tua itu kepada orang-orang yang membawa Malik dan Zoya ke tempat ini. "Pak Zubair mencari-cari kalian dari tadi, ada situasi genting," kata pria itu dengan raut wajah yang panik.

Tanpa berpikir panjang orang-orang itu dengan terburu-buru pergi meninggalkan Malik dan Zoya bersama pria tua tadi. Mereka berdua jadi penasaran situasi genting apa yang dimaksud Pak Zubair, yang pasti itu ada kaitannya dengan masalah di dalam negara ini. Kelompok yang dibentuk oleh Pak Zubair memiliki misi yang sama dengan organisasinya Ranvi. Hanya saja anggota mereka lebih sedikit dan terbentuk untuk menyelamatkan negara mereka saja saat ini.


Minor MayorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang