Ranvi tengah frustrasi setelah menerima panggilan telepon dari salah satu anggotanya yang berjaga di bagian timur wilayah negara ini. Anggotanya itu melapor mengenai situasi terkini markasnya yang menjadi sasaran serangan dari pasukan militer negara. Markasnya dihancurkan, senjata mereka juga dirampas. Dari tujuh belas anggota hanya tersisa delapan orang yang selamat. Mereka diserang tengah malam, saat para anggota sedang beristirahat karena mengira wilayah itu sedang baik-baik saja. Sudah dua minggu lamanya di sana terlihat aman dan tentram.
Delapan orang yang selamat itu tengah menuju ke bagian wilayah yang benar-benar terpencil dan sangat terbelakang. Di mana wilayah itu belum terjangkau oleh pasukan militer negara yang diperintahkan untuk menghancurkan setiap wilayah yang rakyatnya tidak mau mengikuti aturan pemerintahannya. Ranvi berpesan kepada anggotanya itu untuk bersembunyi terlebih dahulu dengan berpura-pura menjadi warga biasa di sana. Dia sendiri akan mengawasi pergerakan pasukan militer dari markas ini.
"Pak Ranvi!" panggil Malik dengan langkahnya yang tergesa-gesa.
"Kenapa? Ada apa, Malik?" Ranvi segera menghampiri Malik yang sedang mengatur napasnya.
"Darurat, Pak." Malik menyerahkan selembar kertas kepada Ranvi yang tadi dipegangnya erat. "Saya menemukan pesan ancaman ini di wiper kaca mobil kita, Pak," ujarnya.
Kedua alis Ranvi menukik tajam saat membaca pesan di dalam kertas itu.
Cepat pergi dari sini! Jangan ikut campur dan urusi negara kami! Kalau tidak, kalian semua akan kami hancurkan. Kami sudah tahu semua lokasi keberadaan kalian. Kami beri waktu untuk segera meninggalkan wilayah ini. Bom sudah diaktifkan di markas kalian. Tiga jam lagi akan meledak, pergi atau ikut hancur bersama markas kalian!
Ranvi mendengkus dan menatap tajam ke sembarang arah. Sepertinya memang banyak anggotanya yang membelot. Tidak mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dia harus segera menembus pertahanan di gedung pemerintahan dan melenyapkan dalang dari semua ini, agar negara ini menjadi tentram dan tidak ada lagi rakyat yang menderita. Selain itu, dia harus berhati-hati kepada semua anggotanya dan segera mencari tahu siapa saja anggotanya yang mengkhianati organisasi Pawn.
"Cepat perintahkan semua orang untuk berkemas, Malik!" tegas Ranvi seraya meremas kertas di tangannya dengan marah dan lalu melemparnya ke sembarang arah.
"Kita akan pergi ke barat untuk sementara waktu, kecuali ...." Ranvi memandang Malik untuk meyakinkan dirinya bahwa dia harus mempercayai pria di hadapannya ini benar-benar bisa menjaga Zoya. "Kau dan Zoya," sambungnya kemudian.
Malik mengernyit. "Kenapa, Pak?" tanyanya heran.
"Kau bantu Zoya untuk pulang ke negaranya sekarang. Kalian bisa pergi naik kereta ke ibu kota agar lebih aman, aku tahu jalan pintas ke stasiun. Setelah itu kau bisa hubungi kakaknya Zoya untuk segera menjemput ke sana." Ranvi menatap penuh harap kepada Malik. "Jaga dia baik-baik untukku, Malik."
Malik mengangguk paham. "Siap, Pak. Saya akan menjaga Zoya dan melindunginya seperti janji yang saya ucapkan tadi," ucapnya yakin.
Setelah itu Ranvi dan Malik segera menyuruh orang-orang yang berada di markas untuk cepat-cepat berkemas dan pergi dari sana. Ranvi juga memberitahu segalanya kepada Dara, serta mengatakan kepadanya bahwa Zoya akan dipulangkan sekarang dengan dibantu oleh Malik. Sangat berat sebenarnya bagi Ranvi dan juga Dara, gadis itu benar-benar sudah mengambil hati mereka. Namun, itu semua juga demi kebaikan Zoya, mereka lebih senang jika gadis itu selamat dan tidak terluka.
Saat yang lain tengah sibuk memasukkan barang-barang ke mobil, Zoya yang tidak setuju semobil dengan Malik menghampiri Ranvi untuk protes dan memintanya agar ikut bersama mobil Ranvi saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Minor Mayor
AcciónRanvi, seorang mantan Mayor Jenderal, membentuk sebuah organisasi rahasia untuk membantu negara-negara yang terkena konflik. Organisasinya bertujuan menghancurkan para pemimpin licik dan kejam, yang hanya ingin meraup keuntungan tanpa mempedulikan r...