Bagian 19

21 9 0
                                    

Kerusuhan yang terjadi semakin memanas antara penguasa wilayah pasar dan juga pasukan militer negara. Mereka menolak penggusuran paksa yang akan dilakukan hari itu. Sebelumnya mereka juga sudah mendapat peringatan dari pejabat petinggi negara tentang adanya penggusuran tanah di wilayah pasar. Akan tetapi, mereka tidak mendengar dan memilih untuk mempertahankan lapak mereka sendiri. Mereka sudah lelah dengan para petinggi negara yang semena-mena terhadap rakyatnya.

Tanpa pandang bulu pasukan militer negara menembaki para pedagang yang tidak mau meninggalkan lapaknya. Para tentara juga menyakiti semua orang yang saat itu ada di pasar, mulai dari yang tua sampai yang muda, bahkan anak-anak pun menjadi korban kebejatan mereka. Akibatnya banyak korban berjatuhan yang terluka maupun yang meregang nyawa. Ditambah beberapa gadis juga mereka tangkap untuk dijadikan tawanan.

Orang-orang yang hanya warga biasa itu tersiksa oleh para tentara tidak punya hati, apalagi penguasa wilayah serta anak buahnya yang jadi harapan mereka satu-satunya juga sudah mulai kewalahan dan kalah telak di tangan tentara-tentara itu. Malik yang ada di sana tentu saja ingin membantu mereka, itu sudah jadi salah satu misi organisasi Pawn. Akan tetapi, tidak mungkin dia melawan tentara itu sendirian, selain itu dia juga harus memastikan dahulu keselamatan Zoya.

Malik yang berhasil keluar dari area terjadinya kerusuhan segera mencari Abid dan Zoya. Setelah itu dia juga akan meminta bantuan pasukan yang ada di markas untuk membantu para korban yang ada di sini. Malik merasa ada yang tidak beres saat sudah menemukan Abid. Hatinya berdebar-debar tidak karuan tatkala Abid hanya sendirian tanpa ada gadis itu di sampingnya. Abid juga terlihat kelimpungan ke sana ke mari berteriak memanggil seseorang.

"Abid!" panggilnya sehingga Abid menoleh dan berlari ke arahnya.

"Mana Zoya?" tanya Malik dengan alis yang menukik tajam saat Abid sudah di hadapannya.

"Zoya ...." Abid menarik napas dalam. "Dia hilang."

Wajah Malik berubah frustrasi. "Bagaimana bisa? Sudah aku bilang, jaga dia dengan baik!" sentaknya. Dia bingung harus mengatakan apa nanti kepada Ranvi kalau Zoya tidak ditemukan.

"Maaf, Malik, aku sudah menyuruh Zoya untuk terus memegang ujung bajuku agar kami tidak terpisah. Tetapi ... entah kenapa tiba-tiba saja Zoya sudah tidak ada di belakangku." Abid menjelaskan dengan terus melihat sekitar berharap Zoya ada di sana. "Orang-orang yang berada di belakang kami saling mendorong, mungkin saat itulah aku kehilangan Zoya," tambahnya.

Malik menghela napas kasar. Dia merasa gagal dalam menjaga Zoya. Dia juga menyesal telah menyerahkan tanggung jawabnya menjaga Zoya kepada Abid. Seharusnya dia saja yang tadi menemani Zoya dan perintahkan Abid saja yang berbelanja. Namun, tidak berguna juga dia menyesal sekarang, Zoya sudah hilang dan dia harus dengan cepat menemukannya.

"Kita harus segera cari dia sekarang," ujar Malik yang disetujui oleh Abid.

"Kau cari ke sana." Malik menunjuk ke arah utara yang menuju ke tempat mobilnya terparkir. "Dan aku ke sana," sambungnya sembari berlari ke arah yang dia maksud. Kembali ke area yang dekat dengan terjadinya kerusuhan.

Mereka berdua berpencar mencari Zoya. Malik dan Abid juga terus berteriak memanggil gadis itu. Namun, tidak ada tanda-tanda Zoya berada di sana, membuat Malik dan Abid merasa pusing harus mencarinya ke mana lagi. Cukup lama mereka berkeliling mencari Zoya, tetapi gadis itu benar-benar hilang. Pikiran Malik juga jadi ke mana-mana, dia takut Zoya kembali ditangkap anak buah Aditya atau jadi salah satu korban dari pasukan militer itu.

"Bagaimana sekarang, Malik?" Abid bertanya kepada Malik yang sedang memegang pelipisnya.

Pria itu memandang Abid. "Kita pulang sekarang," putusnya.

Abid mengerutkan dahinya. "Pulang?"

"Iya."

"Bagaimana bisa kita pulang sekarang, Malik? Sedangkan Zoya saja belum kita temukan." Abid merasa keheranan atas keputusan Malik yang mengajaknya pulang.

Malik merogoh saku celananya untuk mengambil kunci mobil. "Kita harus pulang ke markas sekarang dan meminta yang lain membantu mencari Zoya."

"Kenapa kau tidak hubungi saja lewat telepon, Malik?"

Malik berdecak karena Abid mengingatkan kecerobohannya yang lupa membawa ponsel. "Aku lupa membawa ponsel."

Abid menatap datar Malik. Rekannya ini memang sering sekali lupa membawa ponsel, sedangkan dia sendiri tidak memilikinya, jadi sekarang mana mungkin mereka bisa menghubungi anggota yang berada di markas.

"Baiklah, kita pergi sekarang. Cepat!"

Malik dan Abid langsung pergi menuju markas. Mobil yang dikendarai Malik melaju dengan kecepatan tinggi. Seperti biasa jalanan yang mereka lalui selalu lenggang sehingga Malik tidak perlu takut ketika mobilnya melesat dengan cepat. Butuh waktu setengah jam untuk mereka sampai ke markas. Salah satu anggota yang sedang berjaga di luar juga segera menghampiri Malik dan Abid ketika melihat mobil mereka berhenti.

Anggota itu mengetuk jendela mobil, sehingga Malik dengan cepat keluar dari mobilnya. "Malik, ada Pak Ranvi sedang menunggumu di sana," ucap anggota itu seraya menunjuk gubuk yang ditempati oleh Malik.

Malik dan Abid saling melirik satu sama lain. Ranvi pasti akan sangat marah kepada mereka kalau tahu gadis nakal kesayangannya itu hilang. Malik masih terlihat tenang meskipun ada sedikit rasa cemas karena harus berhadapan dengan komandannya. Beda lagi dengan Abid yang sudah keringat dingin, takut mendapat hukuman dari Ranvi.

"Iya, aku akan segera menemui Pak Ranvi," kata Malik kepada anggota tadi.

Abid dengan wajah pucatnya menghampiri Malik yang mulai melangkahkan kaki untuk menemui Ranvi. "Bagaimana ini, Malik? Pak Ranvi pasti sangat marah pada kita."

"Tidak masalah jika Pak Ranvi nanti menghukum kita berdua." Malik menghentikan langkahnya sejenak setelah berada di depan gubuk. "Yang penting sekarang adalah keselamatan Zoya. Jika Pak Ranvi tahu, dia pasti akan mengerahkan pasukan untuk mencarinya dan semoga saja gadis itu segera ditemukan," ujarnya menambah ketegangan di dalam diri Abid. Masalahnya kesalahan yang mereka lakukan sangatlah besar, Abid tahu mereka pasti akan mendapat hukuman yang berat.

Malik mulai masuk ke dalam gubuk, di sana sudah ada Ranvi yang menatap tajam ke arahnya. Atmosfer yang berada di ruangan itu terasa sangat dingin bagi Malik. Sejujurnya dia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada Ranvi. Komandannya itu pasti sangat kecewa. Salah satu anggota yang sangat dipercaya oleh Ranvi karena kemampuan dan keberaniannya ini sama sekali tidak bisa menjaga Zoya.

"Katakan padaku apa yang terjadi? Bagaimana bisa kau ceroboh, Malik?" tanya Ranvi mengintimidasi pria itu yang dibuatnya tercengang dan hanya bisa bergeming.

"Kenapa kau diam saja?" Ranvi bangkit dari duduknya dan mendekati Malik. "Apakah tugas menjaga Zoya terlalu berat untukmu, sampai kau kehilangan dia sekarang?"

Sontak Malik benar-benar terkejut. Dia heran bagaimana Ranvi bisa tahu kalau Zoya hilang. Mana mungkin anggota yang berada di markas memberitahu Ranvi sedangkan dia sendiri pun belum memberitahu siapa-siapa.


Minor MayorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang