Bel pulang sekolah berbunyi. Sera membereskan barang-barangnya dan berniat pergi ke ruang seni.
"Lo beneran mau ngedate?" Tanya mio.
"Palamu ngedate!" Jawab sera dengan kesalnya.
"Good luck, kawan" ucap rea. Sera hanya membalasnya dengan kepalan tangannya membuat rea langsung berlari kabur keluar kelas.
"Gue duluan" ucap mio sambil berjalan pergi meninggalkan kelas.
Setelah itu di susul sera yang berjalan meninggalkan kelasnya dan pergi menuju ruang seni. Ruang seni berada di lantai satu dekat ruang musik. Sesampainya sera di ruang seni, sera langsung masuk ke dalam ruangan. Di dalam sangat sepi dan hanya ada azen anak kelas sebelah yang kemarin mengajak sera masuk ke ruang seni.
"Woe!" Panggil sera. Azen langsung menoleh ke tempat sera berdiri.
"Janjinya kemarin, gimana?" Tanya sera.
"Sekarang bisa" jawab azen.
Sera langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat. Azen kemudian mengambil lukisan sera dan membawanya keluar dari ruang seni. Azen berjalan pergi meninggalkan ruang seni di ikuti sera di sampingnya. Azen berjalan menuju parkiran lalu mengambil motornya.
"Naik" ucap azen. Sera segera naik ke atas motor azen. Kemudian azen menjalankan motornya menuju tempat tujuan.
"Jauh kah tempatnya?" Tanya sera.
"Enggak" jawab azen.
Azen menjalankan motornya keluar dari parkiran sekolah. Melewati jalanan perkotaan dan beberapa lampu merah. Setelah hampir setengah jam perjalanan mereka akhirnya sampai ke tempat tujuan.
Azen mematikan motor dan memarkirkannya. Sera segera turun dari motor azen dan melihat toko tujuannya dari luar. Setelah azen turun dari motor azen mengajar sera untuk masuk ke dalam. Di dalam azen langsung di sambut oleh sesosok bapak-bapak yang sudah tua.
"Ini pak Wang Yi, pemilik toko ini" ucap azen pada sera. Lalu sera segera memberi salam pada pak Wang Yi.
"Ada nak ajen, mau jual lukisan ya?" Tanya pak wang yi.
"Iya pak, ini tolong di lihat" ucap azen. Pak wang yi menerima lukisan yang sebenarnya punya sera. Pak wang yi menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam ruangannya. Sera dan azen menunggu sambil melihat-lihat koleksi yang ada dalam tokonya pak wang yi.
Di dalam toko ini selain terdapat berbagai macam lukisan, terdapat juga berbagai macam alat lukis. Tempat ini di penuhi dengan karya seni dan alat-alat kesenian. Terlihat sangat lengkap. Tempat ini adalah surganya para seniman.
Sera berkeliling melihat alat lukis. Saat sera sedang melihat-lihat tiba-tiba azen datang. Sera tidak mempedulikan azen dan hanya fokus pada apa yang menarik perhatian sera. Diam-diam azen memperhatikan sera. Hanya satu yang ada di benak azen yaitu..
'cantik'- batin azen.
Sera yang merasa di perhatikan langsung menoleh ke arah azen. Membuat azen gelagapan karena terkejut dengan gerakan sera yang tiba-tiba. Sera menyipitkan matanya dan menatap azen curiga. Azen berusaha untuk terlihat tenang dan memalingkan wajahnya ke arah perlengkapan lukis di depannya.
"Nak ajen" suara pak wang yi yang memanggil azen memecah keheningan. Dengan segera azen menemui pak wang yi.
"Ini uangnya" ucap pak wang yi sambil memberikan beberapa lembar uang pada azen.
"Terima kasih pak" ucap azen di angguki pak wang yi. Setelah menerima uang dari pak wang yi, azen segera menghampiri sera lagi. Terlihat sera sedang mengamati sebuah lukisan yang sepertinya masih belum selesai.
"Lukisannya masih belum selesai" ucap sera.
"Benar" balas azen.
"Sayang sekali lukisan sebagus ini tidak di selesaikan dengan baik" ucap pak wang yi tiba-tiba sudah ada di dekat azen.
"Apakah anda membelinya dari seseorang?" Tanya azen.
"Ada seorang siswi yang menjualnya kemari, awalnya aku tidak ingin menerimanya namun siswi itu memaksa, kalau aku tidak menerimanya dia akan membuangnya, lukisan sebagus ini sayang sekali kalau di buang, jadi aku menerimanya" ucap pak wang yi.
"Apa kamu mau melanjutkan lukisannya?" Tanya pak Wang Yi pada azen.
"Ah, tidak pak..lukisan ini sudah sangat bagus walau belum selesai, takutnya saya merusaknya jika-" belum selesai azen ngomong sudah di potong oleh pak wang yi.
"Tidak apa-apa, kamu adalah seorang seniman yang jenius, aku tidak akan keberatan jika itu kamu" ucap pak wang yi.
"Tapi..pak.." ucap azen masih ragu-ragu.
"Aku akan menyiapkan alat dan catnya" ucap pak wang yi yang pergi menyiapkan perlengkapan untuk melukis.
"Aku ingin melihatnya" ucap sera lalu berjalan mengikuti pak wang yi.
Tidak punya pilihan lain, akhirnya azen menyerah dan menyetujui untuk melanjutkan lukisannya. Azen kemudian membawa lukisan itu masuk ke dalam ruangan yang sepertinya itu adalah ruang lukis pribadi milik pak wang yi.
Pak wang yi sudah menyiapkan semuanya lalu mempersilahkan azen untuk melukis. Azen setuju dan meletakkan kanvas itu di rak dan mulai melanjutkan lukisannya. Pak wang yi pergi keluar dari ruangan membiarkan azen fokus melukis. Sedangkan sera memperhatikan tangan azen yang mulai memberi warna di kanvas.
Suasana di ruangan itu benar-benar sunyi. Hanya terdengar suara ketukan jam dinding. Langit juga sudah mulai gelap, matahari mulai tenggelam. Hanya menunggu waktu hingga malam tiba. Sera masih setia menunggu dan memperhatikan azen yang masih melukis.
Sera terlihat sangat kalem dan tidak ngereog seperti biasanya. Selama menunggu azen melukis, sera memainkan ponsel barunya. Sesekali sera keluar untuk membeli makanan atau cemilan.
"Nih" ucap sera sambil memberikan plastik berisi bungkusan makanan.
"Kamu aja yang makan" ucap azen.
"Ini dari pak wang yi, ayo makan bersama!" Ajak sera.
Azen kemudian menatap sera sebentar lalu berdiri dan pergi untuk mencuci tangannya. Saat kembali terlihat sera yang sudah duduk dan menunggu azen. Mereka kemudian makan bersama selama beberapa menit. Selesai makan azen melanjutkan untuk melukis.
Setelah hampir 3 jam melukis akhirnya azen selesai juga. Sera yang melihat azen mulai membereskan alat lukis langsing mendekati azen. Sera ingin melihat hasil dari lukisan yang di lanjutkan oleh azen.
"Wah, gila bagus banget, kamu benar-benar jenius, yah" ucap sera setelah melihat hasil lukisan itu. Mata sera terlihat sangat berbinar-binar karena kagum.
Pak wang yi tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Lalu melihat hasil karya azen, tentu saja pak wang yi memuji-muji hasil dari lukisan yang di lanjutkan oleh azen. Setelah itu pak wang yi mengajak azen dan sera untuk makan di rumahnya. Mereka berdua tidak menolaknya karena tidak enak dengan pak wang yi.
Mereka akhirnya makan bersama di rumah pak wang yi. Sera bertanya pada pak wang yi tentang lukisan tadi. Pak wang yi ingin menyimpannya dan azen tidak mempermasalahkannya.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 malam. Azen segera menghantarkan sera pulang. Sebenarnya azen sudah sangat panik karena dia pulang terlalu malam, apalagi dia bersama dengan seorang perempuan. Azen takut sera akan di marahi oleh orang tuanya karena pulang malam apalagi bersama seorang pria.
"Thanks" ucap sera.
"Iya" balas azen.
"Lo gak mau mampir dulu?" Tanya sera. Azen hanya menggelengkan kepalanya.
"Makasih juga udah jualin lukisanku" ucap sera.
"Iya, kalau gitu aku pulang dulu, sampai jumpa" ucap azen di angguki sera.
"Hati-hati" ucap sera di angguki azen. Lalu azen menyalakan motornya dan segera pergi dari rumah sera.
![](https://img.wattpad.com/cover/346176260-288-k371810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angry Girl (End)
RomanceSeranaya Elizha, yang biasa di panggil sera. Tiada hari tanpa berkata kasar dan kemarahan, itulah motto hidup sera. Hanya menceritakan sedikit kisah hidup sera. Penasaran seperti apa? Ayo baca ceritanya. "Hidup gue genrenya bukan romance bukan comed...