seni

13 0 0
                                    

Kini sera dan vexo masih saling kejar-kejaran. Sera terlihat sangat marah apalagi kecepatan lari vexo semakin lama semakin cepat. Tidak butuh waktu lama untuk sera kehilangan jejaknya vexo. Sera yang kelelahan akhirnya beristirahat duduk di kursi panjang depan ruang seni.

Sera mulai mengatur nafasnya setelah lari-lari mengejar vexo. Sera menatap pintu ruang seni, tiba-tiba pintu ruang seni terbuka. Keluar seorang siswa menggunakan masker hitam dan celemek. Siswa itu membawa sebuah ember berisi air yang sudah kotor dan ada beberapa kuas di dalamnya. Siswa itu menatap sera dan sera juga menatap balik siswa itu.

"Apa lo liat-liat??!!" Gertak sera kasar membuat siswa itu sedikit terkejut. Siswa itu mengabaikan sera lalu berjalan menuju wastafel.

Siswa itu membuang air kotor yang ada di embernya lalu membersihkan kuas-kuas. Sesekali siswa itu melirik ke arah sera, sedangkan sera fokus melihat ruang seni dari celah pintu yang terbuka. Siswa itu mengisi embernya dengan air yang bersih lalu berniat untuk masuk ke dalam ruangan lagi. Siswa itu berjalan hendak memasuki ruangan, namun siswa itu berhenti di ambang pintu lalu berbalik menghadap sera.

"Mau liat-liat?" Tanya siswa itu sambil menunjuk ke dalam ruang seni. Sera menatap siswa itu sebentar lalu diam berpikir dulu. Setelah beberapa detik akhirnya sera menganggukkan kepalanya.

Sera berjalan menghampiri siswa itu, lalu siswa itu mengajak sera masuk ke dalam ruang seni. Setelah sera masuk ke dalam ruangan, siswa itu langsung berjalan menuju tempatnya meninggalkan sera yang melihat sekitar. Di dalam ruang seni hanya ada sera dan juga siswa yang sudah sibuk dengan lukisannya sendiri.

Sera melihat ke sekeliling ruang seni, banyak sekali lukisan-lukisan yang di gantung di dinding, lalu patung-patung yang menjadi pajangan. Seperti ruang seni umumnya yang penuh dengan kanvas dan juga alat-alat lukis lainnya. Semuanya terlihat lengkap dan juga terawat. Sera berjalan pelan memperhatikan setiap sudut ruang seni. Selesai berjelajah, sera kemudian menghampiri siswa yang mengajaknya.

Sera melihat siswa itu sedang melukis sesuatu. Sera kemudian melihat ke arah kanvas siswa itu.

"Wahh" gumam sera pelan namun masih terdengar oleh siswa itu. Siswa itu langsung menoleh ke arah sera yang sudah berada di belakangnya.

"Apa?!" Tanya sera dengan nada kasar. Siswabitu kemudian berbalik melihat ke arah sera.

"Kenapa kamu ngomongnya kasar banget?" Tanya siswa itu dengan nada yang terdengar sangat lembut.

"Aku emang gini orangnya, kenapa?!" Tanya sera dengan kesalnya.

Siswa itu menggelengkan kepalanya lalu memutar tubuhnya kembali menghadap lukisannya. Siswa itu mulai melukis lagi, sedangkan sera berdiri di belakangnya hanya memperhatikan. Setelah lelah berdiri sera mengambil kursi lalu membawanya ke samping siswa itu. Sera sangat tertarik melihat seseorang melukis.

Suasana di ruang seni sangat sunyi. Tidak ada di antara sera dan siswa itu yang berbicara. Mereka fokus pada pikiran mereka masing-masing. Selama hampir 2 jam berlalu, siswa itu masih fokus melukis dan sera fokus memperhatikan siswa itu melukis.

"Apa kamu mau mencoba melukis?" Tanya siswa itu pada sera.

"Eh?? Enggak ah, aku gak bisa melukis" jawab sera.

"Tidak apa-apa, kamu bisa mencobanya" ucap siswa itu. Sera menggelengkan kepalanya.

"Enggak ah, kenapa kamu terus memintaku mencoba melukis sih!" ucap sera dengan kesalnya.

"Karena kamu terlihat sangat tertarik, aku pikir kamu ingin mencoba melukis" ucap siswa itu.

"Emang boleh?" Tanya sera. Siswa itu membalas dengan anggukan kepala.

Sera akhirnya memilih untuk mencoba melukis. Lalu sera mencari kuas dan cat yang sudah tersedia di dalam ruang seni. Kemudian sera duduk di tempat yang kanvasnya masih kosong. Sera membuka hpnya mencari refrensi untuk lukisannya. Sera berniat melukis sebuah sunset, setelah menemukan refrensi sera mulai melukis.

Ruang seni kembali sunyi. Hanya terdengar suara ketukan jam di ruang seni. Setelah hampir 1 jam, Siswa itu akhirnya selesai dengan lukisannya. Siswa itu kemudian membereskan alat lukisnya. Sera yang juga sudah selesai melukis langsung membereskan alat lukisnya dan mengembalikan di tempat semula.

"Heh!" Panggil sera pada siswa itu.

"Azen, namaku azen" ucap siswa itu yang memberi tahukan namanya.

"Azen, sini" ucap sera sambil mengayunkan tangannya. Azen kemudian berjalan mendekati sera. Setelah itu sera memperlihatkan hasil dari lukisannya pada Azen.

"Bagus" jawab Azen.

"Beneran?" Tanya sera. Azen hanya membalasnya dengan anggukan kepala saja.

"Halah, ini mah bukan apa-apa" ucap sera.

"Ini seni" balas Azen. Lalu mengambil kanvas sera dan melihatnya lebih dekat.

"Padahal itu cuma gambar sunset, gak ada unsur keseniannya sama sekali" ucap sera.

"Melukis itu termasuk kesenian, sunset juga seni, semua yang di dunia adalah seni" ucap Azen. Kata-kata yang Azen ucapkan seperti memiliki makna yang dalam namun sera tidak paham.

"Terserah deh" gumam sera pelan.

"Apa yang akan kamu lakukan dengan lukisanmu?" Tanya Azen.

"Tidak tau, yang jelas aku tidak akan membawa pulang atau menyimpannya" jawab sera.

"Kenapa?" Tanya Azen.

"Masalah pribadi, kamu gak perlu tau" jawab sera. Azen terdiam sebentar menatap lukisan sera lalu melihat ke arah sera.

"Aku punya saran tapi..ini bukan sesuatu yang sebenarnya harus aku sarankan" ucap Azen.

"Apa itu?" Tanya Sera.

"Bagaimana kalau kamu menjualnya? Lukisanmu lumayan ada nilai jualnya" ucap Azen. Menjualnya sama dengan mendapatkan uang. Sera yang melihat kesempatan itu langsung berbinar-binar matanya.

"Dimana aku bisa menjualnya?!" Tanya sera dengan semangat yang berkobar.

"Aku punya kenalan yang biasa menjual dan membeli karya seni, aku bisa membawamu ke sana" ucap Azen. Sera dengan cepat menganggukkan kepalanya.

"Kapan??! Kapan??!" Tanya sera sangat bersemangat.

"Besok, kalau hari ini tokonya tutup" ucap Azen di angguki Sera.

"Baiklah, besok kita ketemuan di ruangan ini pulang sekolah" ucap sera di angguki Azen.

Tiba-tiba bel pulang sekolah berbunyi, pas sekali sera dan azen menyelesaikan percakapan mereka. Sera langsung pamit kembali ke kelasnya pada azen. Setelah itu sera kemudian berlari dengan cepat menuju kelasnya yang sudah kosong. Bahkan sahabatnya juga sudah pulang.

"Sialan! Gue di tinggal!" Gumam sera dengan kesalnya. Sera membereskan barangnya lalu pergi meninggalkan kelas. Sera berjalan menuju gerbang pintu sekolah lalu pulang dengan berjalan kaki.

Angry Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang