Chapter 10 - Another Woman

1.6K 129 7
                                    

Menurut Gendis, Ganda adalah tipe pria yang menghormati perkataan orang lain. Apabila ada seseorang yang mengucapkan kata tidak nyaman padanya, maka Ganda tidak mengganggunya lagi. Sikap itu ditunjukkan pagi ini, ketika berpapasan dengan Gendis secara tidak sengaja di lobi kantor, Ganda diam saja. Tidak ada ucapan selamat pagi seperti hari sebelumnya dan Gendis yang menyadari perubahan itu, menjadi bersyukur luar biasa. Kalau tahu akan semudah ini menghentikan sikap Ganda yang abnormal, Gendis pasti sudah berbicara dengannya sejak dulu. Tidak perlu lagi repot-repot memasang pertahanan atau menghindarinya saat bertemu.

Tidak semua orang dapat menerima sebuah hubungan pertemanan dengan mudah, termasuk Gendis. Berteman dengan sesama jenis saja dia sudah cukup kesulitan selama ini, apa lagi membuat jalinan pertemanan dengan lawan jenis. Baginya, itu hanyalah sebuah kedok yang memiliki maksud lain dibaliknya. Setelah apa yang dilakukan Agung satu bulan lalu, Gendis merasa harus makin berhati-hati dalam memutuskan sebuah hubungan agar tidak jatuh pada lubang yang sama nantinya.

Gendis sendiri tidak mengerti mengapa dulu dengan mudah menerima Agung ke dalam kehidupannya. Walaupun tidak terlalu jauh masuk, tapi nama Agung terlanjur biasa dia sebut selama kurang lebih satu tahun lalu. Kemudian, dengan seenaknya Agung pergi meninggalkan Gendis sehingga membuat banyak pertanyaan yang mungkin tidak akan terjawab.

Gendis sudah berusaha bersikap sewajarnya saat menjadi kekasih. Diam-diam dia juga membaca buku serta artikel tentang psikologi yang menjelaskan tentang sikap wanita yang disukai pria pada umumnya. Dia juga berusaha menurunkan standar emosi dan level tersinggung serta sikap yang paling penting dalam sebuah hubungan perhatian.

Porsi perhatian Gendis pada Agung saat itu, dia rasa sudah pada takaran yang pas. Menurutnya, tidak terlalu berlebihan dan tidak terlalu acuh. Namun, mengapa masih saja sulit memahami apa yang diinginkan oleh seorang pria dalam menjalin hubungan? Hingga Agung memutuskan hubungan dan beralih ke wanita lain begitu cepat dan membuat semua terasa sangat sia-sia. Waktunya selama setahun terbuang percuma dan parahnya kini membekas luka.

Tiba-tiba Gendis merasa tangannya dicengkeram lalu ditarik oleh seseorang, lamunannya buyar seketika karena terkejut.

"Bu Gendis enggak apa-apa? Dari tadi sudah saya bel, saya kira enggak ada orang di depan. Maaf ya, Bu," kata Jono, si forklift driver yang menghentikan alat beratnya dua meter dari tempat Gendis berada.

Tanpa Gendis sadari, dia telah masuk ke area warehouse sejak melamun tadi. Lebih parahnya, dia tidak berjalan di dalam zona bergaris kuning yang merupakan jalur khusus untuk pejalan kaki di area tersebut, melainkan berjalan di luar zona yang banyak aktivitas forklift hilir mudik untuk untuk proses stuffing produk dari gudang ke wing box truck dan container truck.

"Eh, aku enggak apa-apa kok. Maaf juga ya, Mas Jono." Gendis melambaikan tanganya ke arah Jono dengan sebagai isyarat bahwa dia baik-baik saja.

"Untung ada Pak Ganda yang narik tangan Bu Gendis. Jangan melamun di gudang, Bu. Bahaya," terang Jono yang kemudian melajukan forklift-nya kembali.

Alis Gendis menyatu, dia segera menyadari sesuatu. Sepasang tangan terasa masih mencengkeram tangannya, Gendis menoleh dan dilihatnya Ganda yang juga juga tengah menatapnya.

"Mikir apa, sih? Jalur jalan sebelah sana," ujar Ganda menunjuk jalan dengan lebar satu meter yang ditandai dengan garis berwarna kuning. "Gembar-gembor safety first tapi lo sendiri enggak bisa jaga keamanan diri sendiri," lanjutnya kemudian melepas tangannya dari Gendis.

"Sorry," ucap Gendis pelan, seraya memungut arloji yang berada di lantai.

"Lah, Dis. Jam tangan lo pecah tuh, kayaknya gue kekencengen narik tangan lo tadi." Ganda memperhatikan jam tangan berwarna rose gold yang kacanya sudah retak.

TRACEABILITY (TAMAT ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang