"Tunggu bentar, Dis. Aku ganti baju dulu ya," kata Ganda sambil menyuruh Gendis duduk di salah satu kursi kafe. Mereka sepakat untuk makan malam di luar kali ini, kata Ganda dia butuh udara segar untuk menenangkan dirinya yang makin sibuk dengan aktivitas sebagai calon plant manager.
"Kamu yakin ngajak aku makan di luar?" tanya Gendis tiba-tiba.
Ganda mengerutkan dahi. "Emangnya kenapa? Kamu capek?"
"Enggak, kali aja kamu mau ngajak si Sofia," balas Gendis sambil menggulirkan ponsel.
"Diis ... please. Jangan dibahas lagi dong." Ganda menarik kursi di dekatnya dan duduk di samping Gendis. "Dia sudah aku tegur, beneran. Kamu kok jadi kayak ABG sih, cemburuan gitu." Ganda menekan kedua pipi Gendis hingga bibir kekasihnya mengerucut lucu.
Gendis melepaskan kedua tangan Ganda. "Emang kalau udah tua enggak boleh cemburu?" serang Gendis. "Aku cuma melakukan apa yang kamu lakukan kok. Kamu marah gara-gara aku digoda orang teknisi, tapi kamu malah sok-sokan enggak peka digodain Sofia." Perempuan itu menyilangkan tangannya di dada.
"Oke, oke." Ganda mengangkat kedua tangannya seperti yang dia lakukan biasanya ketika kalah bicara dengan Gendis. "Mulai sekarang, biar kita lebih nyaman apa lagi di kantor, kita berhenti debat soal lawan bicara kita terutama lawan jenis. Kalau aku sudah gantikan Pak Doni, enggak bisa dong tiba-tiba enggak bisa ngomong sama perempuan."
"Nah, sama. Kalau aku gantikan posisi Pak Deril, relasi kerjaku enggak cuma orang-orang di Three Mountains, bisa sewaktu-waktu meeting sama supplier, orang distributor atau orang lain."
"Mulai sekarang kita berhenti bahas 'tadi ngobrol sama siapa' atau 'makan sama siapa' atau 'pergi sama siapa' ya. Beri ruang dan privasi terutama masalah kerjaan," ucap Ganda dengan wajah serius.
"Oke deal. Just trust each other," sahut Gendis.
Ganda mengangguk puas. "Berhenti ngomongin Sofia atau Adine kalau mereka enggak terlibat langsung."
"Kamu juga berhenti ngomongin Agung atau Adam." Gendis mengarahkan telunjuknya ke arah Ganda.
"Kalau Agung sih, kayaknya malah kamu yang sering ngomongin dia," sindir Ganda.
Gendis berdecak. "Oke, mulai sekarang berhenti ngomongin orang lain."
"Deal." Ganda mengulurkan tangan mengajak Gendis bersalaman seolah mereka telah menyepakati sesuatu yang besar
Pagi ini, weekly meeting yang telah menjadi rutinitas oleh jajaran manager dan supervisor di Three Mountains setiap minggu dilakukan dengan agenda bahasan audit supplier. Pihak Three Mountains selaku auditor akan melakukan inspeksi di salah satu supplier bahan baku mereka. Gendis dan Ganda tentu saja terlibat dalam agenda tersebut.
"Audit ke Creamy Cow akan dilaksanakan besok dan dari pihak kita yang berangkat ada saya, Gendis, Pak Doni dan Ganda. Untuk kali ini Ganda akan mulai dilibatkan karena seperti yang sudah kalian tahu, dia akan menggantikan Pak Doni sebagai plant manager mulai tahun depan," terang Deril di akhir meeting.
"Gilang sudah mulai dibimbing untuk menggantikan kamu sebagai engineer manager 'kan, Nda?" tanya Pak Doni yang duduk di kursi paling ujung yang satu-satunya menghadap timur sehingga dia dapat mengamati seluruh peserta meeting.
"Sudah, Pak. Baru beberapa, tapi sejauh ini Gilang termasuk orang yang learning easy jadi enggakperlu waktu lama untuk memberi pengarahan ke dia," jawab Ganda.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRACEABILITY (TAMAT ✅)
ChickLitGendis Arum Pramidita―memilih berkarir di bidang industri manufaktur sebagai quality control supervisor dibandingkan bekerja kantoran di gedung-gedung tinggi. Hingga akhirnya memutuskan menjalin hubungan dengan Agung Wicaksana―staf quality control...