Gendis sedang mengawasi produk Jujeju yang berjalan cepat di atas rel conveyor menuju tim terakhir untuk dilakukan packaging menggunakan box. Setelah product complaint beberapa bulan lalu, sejauh ini tidak pernah datang komplain berikutnya. Gendis sendiri tidak berharap itu terjadi lagi. Ambisinya menggantikan Pak Deril sebagai manager harus terwujud dan itu dapat diraih jika evaluasi kerjanya baik.
"Fer, estetika packaging diperhatikan ya. Expired code di box banyak yang miring dan penempelan lakbannya enggak rapi," ucap Gendis mengingatkan.
"E-eh, iya, Bu," jawab Feri, salah satu staf quality control yang bertugas di lapangan atau production field.
"Kamu empat hari ini terlambat terus lho, lewat empat sampai sepuluh menit dari jam masuk kerja. Kamu tahu 'kan seharusnya maksimal staf datang sepuluh menit sebelum jam pergantian shift," kata Gendis seraya berdiri di samping Feri sambil memperhatikan laporan.
"Iya, Bu. Saya tahu. Maaf Bu Gendis, besok saya enggak terlambat lagi," ujar Feri lesu.
"Kamu ada masalah di rumah?" tanya Gendis setelah meletakkan laporan di atas meja.
"Hah? Gimana, Bu?" tanya Feri tidak yakin dengan ucapan Gendis yang dia dengar tadi.
Gendis memandang Feri yang gugup, "Kamu ada masalah apa, sampai telat dateng kerjanya?" Gendis mengulangi pertanyaannya.
"Em .... " Feri hanya menggumam.
"Kalau enggak mau jelasin di sini, nanti setelah serah terima kerjaan waktu pergantian shift, ke ruangan saya," suruh Gendis.
"I-iya, Bu," jawab Feri sambil menunduk.
Gendis berjalan keluar melalui pintu dan tanpa disengaja dia berpapasan dengan Ganda yang akan masuk tepat di depannya, mereka hampir bertabrakan. Ganda menyipitkan mata, Gendis tahu pria itu sedang tersenyum di balik maskernya.
"Hai, Dis," sapa Ganda dengan suara yang kurang jelas terdengar.
"Hai," balas Gendis tidak acuh, lalu kembali berjalan menghindari tubuh Ganda yang masih meamtung di hadapannya.
"Kamu kenapa, sih? Cuek banget," ucap Ganda sambil memegang pergelangan tangan Gendis, menahan langkah kekasihnya.
"Emang biasanya gimana?" tanya Gendis yang mau tidak mau menoleh.
"Biasanya ramah, penyabar, manis, kalem."
"Kamu nyindir, ya?" Gendis menautkan alis.
"Enggak, Dis. Itu tadi beneran." Tangan Ganda membentuk huruf V.
Gendis berjalan mendekati Ganda kembali.
"Beneran bohong maksudnya," lanjut Ganda begitu Gendis sudah berada di dekatnya.
Gendis mencubit pinggang Ganda. "Kamu tuh ya, di tempat kerja masih aja bercanda," kata Gendis gemas.
"Gitu dong, Dis. Ketawa dikit kek, dari tadi cemberut aja." Ganda mengusap samping perutnya yang mendapat cubitan.
"Sok tahu, aku pakai masker begini enggak keliatan kali cemberutnya," ujar Gendis sambil menengok ke sekelilingnya.
"Kenapa lagi? Takut ketahuan?" tanya Ganda.
Gendis mengangguk. "Aku balik ruangan dulu deh, dari pada ada yang lihat kita di si—"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRACEABILITY (TAMAT ✅)
ChickLitGendis Arum Pramidita―memilih berkarir di bidang industri manufaktur sebagai quality control supervisor dibandingkan bekerja kantoran di gedung-gedung tinggi. Hingga akhirnya memutuskan menjalin hubungan dengan Agung Wicaksana―staf quality control...