Gendis masih tidak habis pikir bagaimana bisa Agung sekarang berada di hadapannya. Dulu, dia mencoba mencari Agung untuk meminta penjelasan, tapi Agung justru menghilang tanpa kabar. Memutuskan kontak dengan Gendis begitu saja tanpa merasa berdosa.
Hingga Gendis masih menyimpan semua pertanyaan sampai sekarang lalu terkubur dalam karena digantikan oleh kehadiran Ganda yang makin lama makin intens. Gendis hanya ingin bertanya pada Agung "apa yang salah?".
Akan tetapi, ketika Gendis sudah berhenti mencarinya dan menganggap pertanyaan dia tidak akan pernah terjawab, tiba-tiba Agung muncul kembali ke permukaan dengan sapaan ramah tanpa merasa bersalah.
"Gung, perwakilan dari Creamy Cow cuma kamu yang sebagai auditee?" tanya Deril yang tadi juga sama terkejutnya ketika melihat Agung ternayta salah satu pegawai di perushaaan supplier.
"Sama manajer produksi, Pak. Kalau butuh orang dokumen juga bisa didatangkan," jawab Agung santai.
Gendis belum membuka suara sama sekali, sedangkan Ganda sengaja duduk di samping Gendis untuk menenangkan wanita itu, tidak, sebenarnya justru Ganda yang terlihat gelisah.
"Ndis, checklist auditnya mana? Dari tadi kok diem aja," ucap Deril yang menyadari bahwa Gendis sejak tad bergeming di tempatnya.
"Sebentar, Pak." Gendis membuka tas yang dibawanya dan mengeluarkan satu map berisi lembaran kertas checklist pengecekan dan inspeksi. Agung terus memperhatikan Gendis sejak tadi dari awal pertemuan yang mengejutkan.
"Gendis masih jadi supervisor QC?" tanya Agung entah ditujukan pada siapa karena pandangannya tidak mengarah pada Gendis yang duduk di seberangnya selisih satu meja. Di depannya tepat justru duduk Ganda yang sejak tadi juga menatapnya tajam.
"Gendis mau gantikan Pak Deril di awal tahun depan," jawab Doni setelah hampir sepuluh detik hening tanpa ada yang menimpali ucapan Agung.
"Wah, hebat banget sih. Selamat ya, Ndis." Kini Agung memandang Gendis yang sedang sibuk mengeluarkan isi map.
"Tanggung jawab lebih besar enggak perlu ucapan selamat," sahut Gendis tidak acuh.
"Tapi kamu naik jabatan lho, jadi manajer termuda dan satu-satunya perempuan bukan sih, di Three Mountains?" Agung masih berbasa-basi.
"Kamu juga hebat, Gung. Resign dari Three Mountains langsung jadi supervisor QC di Creamy Cow," celetuk Deril.
"Ah, enggak langsung kok Pak. Saya kontrak tiga bulan dulu di sini baru pengangkatan pegawai tetap, dua bulan kemudian ditunjuk jadi supervisor QC," jawab Agung merendah.
"Berarti kamu baru aja diangkat jadi supervisor?" tanya Deril ingin tahu.
Agung menjawab dengan anggukan kepala. "Terus, Ganda kok tumben nih ikut audit supplier? Dulu bukannya cuma QC sama plant manager?" tanyanya untuk kesekian kali.
"Justru Ganda ini yang akan menggantikan saya tahun depan. Saya dan Pak Deril kan pensiunnya barengan." Lagi-lagi Doni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan Agung.
"Kamu diangkat jadi plant manager, Nda? Pulang audit, syukuran bisa nih, kayaknya," goda Agung.
"Kamu deket sama Ganda, Gung?" tanya Pak Deril tiba-tiba.
"Ya lumayan deket sih , Pak, dulu. Saya pernah satu SMP sama Ganda sampai kelas delapan, kelas sembilannya saya baru pindah ke Surabaya," jawab Agung masih dengan raut wajah super santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRACEABILITY (TAMAT ✅)
ChickLitGendis Arum Pramidita―memilih berkarir di bidang industri manufaktur sebagai quality control supervisor dibandingkan bekerja kantoran di gedung-gedung tinggi. Hingga akhirnya memutuskan menjalin hubungan dengan Agung Wicaksana―staf quality control...