Ini rumah kelima yang Gendis dan Ganda survei hari ini. Sebenarnya Gendis tidak terlalu banyak menuntut bagaimana kondisi dan letak rumahnya. Namun, justru Ganda lah masalahnya, dia terlalu pemilih.
"Nda, ini aja ya?" tanya Gendis meminta persetujuan.
Ganda kembali mengedarkan pandangan sekali lagi ke sekeliling rumah. Rumah yang Ganda pertimbangkan kali ini berada di perumahan yang jaraknya hanya empat kilometer dari Three Mountains. Rumah petak pada umumnya yang terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang santai, dua kamar, satu kamar mandi dan dapur yang sudah dilengkapi kitchen set.
"Dis, enggak mau sewa apartemen aja? Kayaknya di sini ...."
"Apa lagi? Firasatmu enggak bagus?"
"Ya ... emang gitu yang aku rasain sekarang, Dis."
"Jangan berlebihan deh. Dimana-mana rumah kosong ya sama aja suasananya. Aku udah capek muter-muter, Nda. Udah enggak bisa lebih dari hari ini di rumah kamu, bisa-bisa ibu kamu siram aku pakai air lagi."
Ganda tertawa. "Ibuku enggak sesinetron itu, Dis."
"Ini aja ya, Nda?" Gendis memohon sekali lagi agar Ganda sepakat dengan pilihannya. Hari makin sore dan Gendis belum memindahkan barang-barangnya dari kafe.
Malam ini, Gendis harus pindah, jika dia tidak mau dicap wanita tidak benar oleh ibu Ganda walaupun sebenarnya dia sendiri juga sadar bahwa sikap dan kebiasaan dia tidak benar seratus persen.
"Kamu yakin berani tinggal sendirian, Dis?"
"Kalau aku ngomong enggak berani, kamu pasti mau nginep di sini, kan?" Gendis melirik Ganda yang tengah senyum-senyum.
"Kita juga perlu coba kamarnya, Sayang," bisik Ganda agar tidak terdengar oleh si pemilik rumah yang masih berada di sana.
Gendis sontak menendang tulang kering Ganda begitu mendengar ucapan sang kekasih yang menggelikan itu.
"Aduuh, enggak usah nendang juga kali, Dis." Pria itu mengusap kakinya yang terasa nyeri.
"Gimana, Mbak? Jadi sewa langsung dua tahun, kan?" Seorang pria berusia kisaran lima puluh tahunan masuk ke rumah setelah menyapa beberapa tetangga.
"Airnya lancar, Pak?" tanya Ganda masih sambil mengusap tulang keringnya.
"Tenang, Mas. Airnya enggak pernah macet kok, di sini juga pakai PDAM dan ada tandon jadi sejauh ini enggak pernah sampai kekurangan air, sih," jawab si Bapak meyakinkan.
"Lingkungan di sini gimana, Pak? Aman?" tanya Ganda lagi. Kalimat itu selalu dia tanyakan setiap melihat rumah sewa, hingga Gendis paham apa saja yang harus diperhatikan agar nyaman dengan tempat tinggal.
"Aman, di luar rumah juga dipasang CCTV 24 jam dari RT." Bapak itu menunjuk ke arah sembarangan di luar rumah.
"Dulu yang pernah sewa ruma ini kenapa pindah ya, Pak?" Ganda sudah seperti reporter tivi bagi menurut Gendis.
"Oh, itu Mas, suaminya dipindah tugas ke Bandung."
Ganda mengangguk-anggukkan kepala seolah puas dengan jawaban si Bapak.
"Pak, kalau bayar setahun dulu boleh?" Ganda mencoba negosiasi karena dia merasa jika langsung membayar dua tahun dan ternyata Gendis tidak betah di rumah itu, terkadang beberapa pemilik rumah memutuskan uang sewa merekayang telah dibayar penuh akan hangus.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRACEABILITY (TAMAT ✅)
ChickLitGendis Arum Pramidita―memilih berkarir di bidang industri manufaktur sebagai quality control supervisor dibandingkan bekerja kantoran di gedung-gedung tinggi. Hingga akhirnya memutuskan menjalin hubungan dengan Agung Wicaksana―staf quality control...