Chapter 45 - Jealous

1K 71 0
                                    

Hari ini sesuai dengan jadwal yang Gendis buat, petugas kalibrasi datang untuk mengambil alat laboratorium yang akan dilakukan pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur yang berstandar nasional maupun internasional.

"Sama Bu Gendis ya ambil alat ukurnya," ucap Pak Deril mempersilakan dua orang petugas berseragam hitam dengan aksen garis putih tersebut.

"Bu Gendis ini QA di sini, Pak?" tanya salah satu petugas yang menggunakan kaca mata bernama Adam. Wajahnya khas orang Arab dengan hidung yang terlalu mancung untuk standar orang Indonesia, ditambah jenggot dan kumis tipis menghiasi wajah bagian bawah.

"Oh bukan, saya supervisor QC," sahut Gendis cepat.

"Lho, di sini QC yang bertanggungjawab atas pengecekan alat ukur, Bu?" Kini pertanyaan terlontar dari Haris sebagai petugas kalibrasi yang duduk di samping Adam.

Gendis spontan mengalihkan pandangan ke Deril yang duduk di sebelah kirinya.

"Seharusnya QA, tapi kami sebagai orang QC juga harus ikut bertanggung jawab karena sebagai pengguna utama. Bantu kerjaannya QA saja, kebetulan Gendis mau menggantikan saya sebagai manajer jadi ya, mau enggak mau dia juga harus ikut belajar," terang Pak Deril.

Adam dan Haris hanya menganggukkan kepala walaupun dari raut wajahnya terbaca bahwa ucapan Deril masih menimbulkan banyak pertanyaan di benak mereka.

"Kalau begitu, saya tinggal dulu ya. Saya masih banyak kerjaan di kantor," pamit Pak Deril.

"Silakan, Pak. Kami juga akan mengambil alat ukur langsung di lab," kata Adam yang kemudian beranjak dari kursi dan diikuti Haris serta Gendis.

Sepeninggal Deril, ketiganya berjalan dari lobi kantor menuju laboratorium yang terletak di factory building lebih tepatnya bagian selatan dari office building.

"Saya yakin sebenarnya kerjaannya Pak Deril enggak banyak, iya kan, Bu Gendis?" tanya Adam membuka suara karena sudah tiga menit berjalan, tapi mereka tetap hening tanpa obrolan. Agaknya, Adam adalah tipe orang yang selalu menjadi "starter" di setiap pembicaraan.

Gendis tertawa pelan. "Semua staf di sini kerjaannya sama, Pak. Sama-sama banyak." Gendis lebih memilih menjawab dengan jawaban aman.

"Memangnya Pak Deril mau pensiun, Bu?" Haris mengalihkan topik obrolan.

"Iya, Pak. Sekitar awal tahun depan," jawab Gendis yang kemudian tiba-tiba menghentikan langkah untuk membenarkan letak rat box yang menempel di dinding bagian bawah. Rat box ini digunakan oleh tim pest control untuk menangkap hewan pengerat seperti tikus yang tidak menutup kemungkinan akan berjalan melewati sepanjang dinding.

"Wah, enggak lama lagi Bu Gendis jadi manager termuda dong. Keren banget," puji Adam.

"Kelihatannya saja yang keren, Pak. Tapi tanggung jawab yang dibebankan juga lebih besar," ucap Gendis seolah dirinya bijaksana.

"Kalau manajernya seperti Bu Gendis sih, saya juga mau jadi bawahannya. Siapa tahu kan, di luar kantor bisa lebih dari bawahan," celetuk Adam.

Sebenarnya, Adam dan Haris ini bukanlah orang asing bagi Three Mountains karena setiap Three Mountains membutuhkan kalibrasi eksternal alat ukur, selalu Adam dan Haris yang datang. Sehingga mereka sudah cukup akrab untuk membicarakan sesuatu tentang lingkungan Three Mountains.

Padahal Gendis sudah berusaha tidak acuh, tapi mereka–terutama Adam–terkadang usil untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting dan Gendis sendiri agak segan untuk menegurnya. Terlebih lagi, Adam seakan berusaha mendekati Gendis secara pribadi sejak dulu dan sikapnya yang seperti itu terlalu diperlihatkan secara eksplisit.

TRACEABILITY (TAMAT ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang