Ganda tahu betul ke mana dia harus pergi ketika Gendis sedang menangis atau pikirannya tengah kacau. Paradise. Hanya itu yang terlintas di pikiran Ganda, dia berharap semoga Gendis benar-benar berada di Paradise malam ini. Setidaknya tidak di tempat yang lebih membahayakan.
Ojek online yang memboncengnya sekarang, tengah memacu motor dengan kecepatan maksimal karena permintaan Ganda. Malam belum terlalu larut sehingga aktivitas kendaraan di jalan raya belum berkurang. Driver yang masih muda itu menyetir motor dengan gesit di antara kendaraan lain yang berjalan pelan karena jalanan yang ramai.
Begitu mereka sampai di depan bar yang dituju, Ganda segera masuk mencari Gendis. Namun, wanita yang dicarinya tidak ada di sana. Bar tengah sepi pengunjung, kemudian bergegas dihampirinya pramutama bernama Roni yang biasa melayani minuman Gendis.
"Gendis, ke sini enggak, Mas?" tanya Ganda tanpa duduk.
"Mbak Gendis? Enggak tuh, Mas. Saya dari tadi di sini enggak lihat dia masuk," jawab Roni yang sedang sibuk mengelap gelas wine dan sloki dengan serbet.
"Kira-kira dia kemana?" gumam Ganda.
"Coba ditelepon aja," ucap Roni.
"Ponsel Gendis gue bawa. Jadi gue enggak tau dia ke mana selain ke sini." Ganda menyugar rambut bagian depannya dengan gusar. Kemudian dia mengeluarkan ponsel bermaksud untuk bertanya pada seseorang, tapi setelah sepuluh detik menggulir ponselnya Ganda semakin bingung karena tidak tahu harus menghubungi siapa.
"Mas, coba ke The Valen deh. Mungkin Mbak Gendis di sana," kata Roni di tengah kebingungan Ganda.
Ganda menyatukan alis, dia tidak yakin dengan nama yang disebut Roni. "The Valen yang diskotik itu?"
Roni mengangguk. "Harusnya sih, sekarang sudah buka, Mas. Dicoba aja, soalnya saya pernah denger dia bahas The Valen sama Mas Agung dulu." Si pramutama melihat ke arah jam dinding.
Ganda bimbang sejenak, Gendis benci keramaian, mungkinkah dia di sana? Namun, kemudian Ganda bergegas pergi setelah berterimakasih pada Roni.
Sialnya, jarak dari Paradise ke The Valen lumayan jauh karena letak keduanya dari timur ke barat dan melewati jalan utama kota. Berkali-kali Ganda menepuk bahu driver ojek online yang membawanya untuk menambah kecepatan.
"Sabar toh, Mas. Wong macet ngene kok disuruh ngebut. Kalau nyosop di jalan, yaopo?"(1) ucap si driver yang usianya mendekati senja.
Padahal sejak tadi Ganda sudah mengatakan agar dia saja yang membonceng si Bapak, tapi Bapak tersebut tetap tidak mau dengan alasan takut kalau ternyata Ganda adalah begal. Pria dengan dua lesung pipi ini hanya pasrah karena dia dianggap berwajah kriminal.
Butuh tiga puluh menit untuk sampai di The Valen, sambil membawa hand bag milik Gendis yang memancing perhatian pengunjung lain, Ganda segera masuk ke bangunan yang ternyata di dalamnya tidak hanya ada diskotek, tapi juga karaoke dan kafe.
Ini pertama kalinya Ganda menginjakkan kaki di sana, sama seperti Gendis, baginya diskotek terlalu riuh dan sesak. Namun, entah mengapa dia menyetujui perkataan Roni untuk mencari Gendis di tempat ini.
Musik disko berdentum keras, arlojinya belum menunjukkan jam sepuluh malam, tapi tempat ini sudah ramai walaupun belum penuh. Ganda mengedarkan pandangan ke sekeliling, pintu masuk berada di lantai dua, sedangkan dance floor terletak di bawah.
Beberapa pramutama menawarkan tempat duduk untuknya, tapi Ganda tidak merespon sama sekali. Dia terlalu sibuk menengok ke bawah mencari sosok yang dicari sejak tadi. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada seseorang yang duduk di sudut ruangan di lantai yang sama dengannya. Dari arah berlawanan seorang pria bertubuh tinggi juga tengah berjalan menuju tempat yang sama lalu duduk di depan wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRACEABILITY (TAMAT ✅)
ChickLitGendis Arum Pramidita―memilih berkarir di bidang industri manufaktur sebagai quality control supervisor dibandingkan bekerja kantoran di gedung-gedung tinggi. Hingga akhirnya memutuskan menjalin hubungan dengan Agung Wicaksana―staf quality control...